Anda tentu akan merasa takut gentar menghadapi seorang Direktur ketika anda dipanggil karena suatu kesalahan yang anda lakukan dibidang pekerjaan, dan anda pun telah mengerti hukuman yang akan dikenakan kepada anda.
Apabila seseorang merasa takut terhadap pimpinannya dalam keadaan seperti tersebut, maka sudah seharusnya sikap seperti itu haruslah melebihi di hadapan Tuhan yang akan memperhitungkan amal perbuatan di kemudian hari.
Al-Qur’an telah mengingatkan kepada umat manusia tentang suatu keadaan yang mengerikan di hari pembalasan kelak. Ungkapan ini disampaikan dengan nada yang menyentuh perasaan, sehingga menimbulkan rasa takut berbuat maksiat terhadap Allah.
Dalam hal ini Allah berfirman :
“Dan begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat dzalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu sangat pedih lagi keras.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada adzab akhirat. Hari kiamat itu adalah hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi-Nya), dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk).
Dan kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu.
Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan nafas dan menariknya (dengan merintih)”. (Q.S. 11 : 102-106).
Kemudian Allah menuturkan sifat-sifat kaum beriman yang mendekatkan diri kepada-Nya. Mereka itu selalu dirundung rasa takut terhadap siksa Allah di hari pembalasan kelak.
Firman Allah :
“...dan orang-orang yang menghubungkan apa saja yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”. (Q.S. 13 : 21).
Perasaan takut yang diajarkan di dalam Al-Qur’an ini ialah takut yang timbul dari perasaan iman atau keyakinan adanya pengawasan Allah dan takut siksaan-Nya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan rasa takut disini bukanlah takut lantaran Allah akan berbuat zhalim dengan menggunakan kekuasaan-Nya Yang Maha Mutlak. Sebab Maha Suci Allah dari perbuatan seperti itu.
Allah berfirman :
“...maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (.S. 2 : 38)
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Q.S. 10 : 62)
Seorang mukmin yang benar-benar takut kepada Allah, sudah barang tentu akan berupaya semaksimal mungkin menjaga diri dari perbuatan maksiat. Begitu pula ia akan mencurahkan seluruh kemampuannya untuk berbuat taat kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Namun demikian, mereka selalu merasa khawatir terhadap segal amal perbuatannya akan ditolak oleh Allah swt.
Terdapat satu riwayat yang mengatakan bahwa Siti Aisyah r.a menyatakan firman Allah yang berbunyi :
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka” (Q.S. 23 : 60).
Siti Aisyah menyampaikan kepada beliau : “Apakah seseorang bisa dikatakan takut kepada Allah swt., sedangkan ia suka mencuri, berzina dan minum-minuman keras?” Rasulullah menjawab “Tidak, orang yang takut kepada Allah adalah orang yang menjalankan puasa, bersedekah dan mendirikan sholat. Tetapi walaupun demikian ia masih merasa khawatir Allah tidak akan menerima amal perbuatannya” (Hadits riwayat Imam Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majjah.).
Orang-orang yang beriman akan menyadari kenyataan ini, sehingga mereka menjadi contoh dan teladan yang patut ditiru. Rasa takut kepada Allah itu selalu melekat pada dirinya, dan tak pernah berpisah sekejap pun.
Sebagai contoh kongkrit adalah pribadi Rasulullah sendiri yang dari dalam dadanya selalu terdengar suara bagai air sedang mendidih karena terlalu banyak menangis di dalam sholat beliau. Rasulullah sendiri pernah mengatakan :
“Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut di antara kalian kepada Allah, dan akulah orang yang paling bertakwa kepada-Nya” (Hadits riwayat Bukhari.).
Kemudian Rasulullah saw. memberikan gambaran kepada kita tentang gejala takut kepada Allah, dan betapa luhurnya kedudukan yang ada di sisi Allah. Rasul bersabda :
“Bahwasanya seorang laki-laki yang menganiaya dirinya sendiri ketika ajalnya sudah dekat ia berwasiat kepada anak-anaknya : ‘Apabila kelak aku mati, maka bakarlah tubuhku lalu hancurkanlah, setelah itu hamburkanlah abu jasadku bersama angin. Demi Allah seandainya Allah hendak menakdirkan sesuatu kepadaku – maksudnya hendak menyiksaku – niscaya Allah akan menyiksaku dengan siksaan yang belum pernah Allah timpakan kepada seorang pun. Ketika ia mati, wasiatnya dilaksanakan. Allah lalu memerintahkan kepada bumi: “Kumpulkanlah segala yang ada padamu’! Bumi segera melaksanakan perintah-Nya. Setelah itu laki-laki tadi hidup kembali. Allah bertanya kepadanya : ‘Apakah yang menyebabkan kamu berbuat demikian?’ Laki-laki itu menjawab : ‘Ya Tuhanku, hamba merasa takut kepada-Mu’. Mendengar jawabannya, segera Allah memberikan ampunan kepadanya” (Hadits riwayat Bukhari )
Rasulullah menuturkan tentang tujuh orang yang mendapat pengayoman dan naungan Allah kelak di hari kiamat, ketika tidak ada naungan selain naungan Allah. Seseorang di antara mereka adalah :
“Seseorang yang berdzikir kepada Allah di waktu sepi, kemudian matanya mengalirkan air mata” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Rasa takut kepada Allah yang mendarah daging ini telah ada dikalangan umat Islam pada periode pertama, di antaranya adalah Abu Bakar r.a. Di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau adalah seorang yang gampang mencucurkan air mata, dan tak dapat menahan air matanya ketika membaca Al-Qur’an. Zainu ‘l-‘abidin Ali Ibnu Al-Husen apabila telah selesai mengambil air wudhu untuk melakukan shalat, seluruh tubunya terasa gemetar. Kemudian seorang menanyakan kepada beliau tentang hal tersebt, maka beliau menjawab : “Celakalah kalian, apakah kalian tidak mengerti, kepada siapa aku hendak menghadap, dan kepada siapa aku hendak bermunaja?” (kitab Hilyatu Al-Awliya. Juzz III).
Jadi, rasa takut kepada Allah secara benar adalah yang dapat mendekatkan seseorang kepada Tuhannya, dan bisa menghalang-halangi antara dirinya dengan perbuatan maksiat.
Al-Qu’ran telah memuji orang-orang yang mempunyai rasa takut kepada Allah, sebagaimana yang dikatakan di dalam ayat :
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar”.(Q.S. 67 : 12)
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.”. (Q.S. 24 : 52).
Apabila seseorang merasa takut terhadap pimpinannya dalam keadaan seperti tersebut, maka sudah seharusnya sikap seperti itu haruslah melebihi di hadapan Tuhan yang akan memperhitungkan amal perbuatan di kemudian hari.
Al-Qur’an telah mengingatkan kepada umat manusia tentang suatu keadaan yang mengerikan di hari pembalasan kelak. Ungkapan ini disampaikan dengan nada yang menyentuh perasaan, sehingga menimbulkan rasa takut berbuat maksiat terhadap Allah.
Dalam hal ini Allah berfirman :
“Dan begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat dzalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu sangat pedih lagi keras.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada adzab akhirat. Hari kiamat itu adalah hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi-Nya), dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk).
Dan kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu.
Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan nafas dan menariknya (dengan merintih)”. (Q.S. 11 : 102-106).
Kemudian Allah menuturkan sifat-sifat kaum beriman yang mendekatkan diri kepada-Nya. Mereka itu selalu dirundung rasa takut terhadap siksa Allah di hari pembalasan kelak.
Firman Allah :
“...dan orang-orang yang menghubungkan apa saja yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”. (Q.S. 13 : 21).
Perasaan takut yang diajarkan di dalam Al-Qur’an ini ialah takut yang timbul dari perasaan iman atau keyakinan adanya pengawasan Allah dan takut siksaan-Nya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan rasa takut disini bukanlah takut lantaran Allah akan berbuat zhalim dengan menggunakan kekuasaan-Nya Yang Maha Mutlak. Sebab Maha Suci Allah dari perbuatan seperti itu.
Allah berfirman :
“...maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (.S. 2 : 38)
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Q.S. 10 : 62)
Seorang mukmin yang benar-benar takut kepada Allah, sudah barang tentu akan berupaya semaksimal mungkin menjaga diri dari perbuatan maksiat. Begitu pula ia akan mencurahkan seluruh kemampuannya untuk berbuat taat kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Namun demikian, mereka selalu merasa khawatir terhadap segal amal perbuatannya akan ditolak oleh Allah swt.
Terdapat satu riwayat yang mengatakan bahwa Siti Aisyah r.a menyatakan firman Allah yang berbunyi :
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka” (Q.S. 23 : 60).
فَقَالَتْ: يَارَسُوْلُ اللهِ اَهُوَالرَّجُلُ يَسْرُقُ وَيَزْنِيْ وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ وَهُوَمَعَ ذلِكَ يَخاَفُ اللهَ تَعَالَ؟قَالَ:لاَ...وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ يَصُوْمُ وَيَتَصَدَّقُ وَيُصَلِّيْ وَهُوَ مَعَ ذلِكَ يَخَافُ اللهَ تَعَالَى اَنْ لاَ يَتَقَبَّلَ مِنْهُ.(رواه الامام احمد والترمذي وابن ماجه
Siti Aisyah menyampaikan kepada beliau : “Apakah seseorang bisa dikatakan takut kepada Allah swt., sedangkan ia suka mencuri, berzina dan minum-minuman keras?” Rasulullah menjawab “Tidak, orang yang takut kepada Allah adalah orang yang menjalankan puasa, bersedekah dan mendirikan sholat. Tetapi walaupun demikian ia masih merasa khawatir Allah tidak akan menerima amal perbuatannya” (Hadits riwayat Imam Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majjah.).
Orang-orang yang beriman akan menyadari kenyataan ini, sehingga mereka menjadi contoh dan teladan yang patut ditiru. Rasa takut kepada Allah itu selalu melekat pada dirinya, dan tak pernah berpisah sekejap pun.
Sebagai contoh kongkrit adalah pribadi Rasulullah sendiri yang dari dalam dadanya selalu terdengar suara bagai air sedang mendidih karena terlalu banyak menangis di dalam sholat beliau. Rasulullah sendiri pernah mengatakan :
اِنِّى لأَ خْشَا كُمْ لِلَهِ وَاَتْقاَ كُمْ لَه‘. رواه البخارى
“Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut di antara kalian kepada Allah, dan akulah orang yang paling bertakwa kepada-Nya” (Hadits riwayat Bukhari.).
Kemudian Rasulullah saw. memberikan gambaran kepada kita tentang gejala takut kepada Allah, dan betapa luhurnya kedudukan yang ada di sisi Allah. Rasul bersabda :
كَانَ رَجُلٌ يُسْرِفُ عَلَى نَفْسِهِ فَلَمَّا حَضَرَهُ الْمَوْتُ قَاَلَ لِبَنِيْهِ: اِذَا اَنَا مِتُّ فَاحْرِقُوْنِى ثُمَّ اطْحَنُوْنِ، ثُمَّ ذَرُوْنِىْ فِى الرِّّيْحِ فَوَاللهِ لَئِنْ قَدَرَ عَلَيَّ رَبِّى - اَيْ لَئِنْ اَرَادَ تَعْذ يْبِيْ – لَيُعَذِّ بَنِي عَذَاباً مَا عَذَّّبَهُ اَحَدًا! فَلَمََّا مَاتَ فَعَلَ بِهِ ذَلِكَ، فَاَ مَرَاللهُ اْلاَرْضَ فَقاَلَ: اِجْمَعِىْ مَافِيْكَ مِنْهُ، فَفَعَلَتْ فَاِذَاهُوَ قَا ئِمٌ، فَقَالَ: مَا حَمَلَكَ عَلَى مَاصَنَعْتَ؟ قَالَ: يَارَبِّ خَشِيْتُكَ فَغَفَرَ اللهُ لَهُ. (رواه البخار)
“Bahwasanya seorang laki-laki yang menganiaya dirinya sendiri ketika ajalnya sudah dekat ia berwasiat kepada anak-anaknya : ‘Apabila kelak aku mati, maka bakarlah tubuhku lalu hancurkanlah, setelah itu hamburkanlah abu jasadku bersama angin. Demi Allah seandainya Allah hendak menakdirkan sesuatu kepadaku – maksudnya hendak menyiksaku – niscaya Allah akan menyiksaku dengan siksaan yang belum pernah Allah timpakan kepada seorang pun. Ketika ia mati, wasiatnya dilaksanakan. Allah lalu memerintahkan kepada bumi: “Kumpulkanlah segala yang ada padamu’! Bumi segera melaksanakan perintah-Nya. Setelah itu laki-laki tadi hidup kembali. Allah bertanya kepadanya : ‘Apakah yang menyebabkan kamu berbuat demikian?’ Laki-laki itu menjawab : ‘Ya Tuhanku, hamba merasa takut kepada-Mu’. Mendengar jawabannya, segera Allah memberikan ampunan kepadanya” (Hadits riwayat Bukhari )
Rasulullah menuturkan tentang tujuh orang yang mendapat pengayoman dan naungan Allah kelak di hari kiamat, ketika tidak ada naungan selain naungan Allah. Seseorang di antara mereka adalah :
رَجُلاً ذَكَرَاللهَ خَالِيًا فَفَا ضَتْ عَيْنَاهُ. (رواه البخار)
“Seseorang yang berdzikir kepada Allah di waktu sepi, kemudian matanya mengalirkan air mata” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Rasa takut kepada Allah yang mendarah daging ini telah ada dikalangan umat Islam pada periode pertama, di antaranya adalah Abu Bakar r.a. Di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau adalah seorang yang gampang mencucurkan air mata, dan tak dapat menahan air matanya ketika membaca Al-Qur’an. Zainu ‘l-‘abidin Ali Ibnu Al-Husen apabila telah selesai mengambil air wudhu untuk melakukan shalat, seluruh tubunya terasa gemetar. Kemudian seorang menanyakan kepada beliau tentang hal tersebt, maka beliau menjawab : “Celakalah kalian, apakah kalian tidak mengerti, kepada siapa aku hendak menghadap, dan kepada siapa aku hendak bermunaja?” (kitab Hilyatu Al-Awliya. Juzz III).
Jadi, rasa takut kepada Allah secara benar adalah yang dapat mendekatkan seseorang kepada Tuhannya, dan bisa menghalang-halangi antara dirinya dengan perbuatan maksiat.
Al-Qu’ran telah memuji orang-orang yang mempunyai rasa takut kepada Allah, sebagaimana yang dikatakan di dalam ayat :
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar”.(Q.S. 67 : 12)
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.”. (Q.S. 24 : 52).
Posting Komentar untuk "Takut Kepada Allah Dapat Menghidari Diri dari Perbuatan Dosa"