Apa dan Kenapa Harus JIhad?

Sebelumnya mari kita mengetahui definisinya. Jihad melawan nafs adalah jihad besar atau jihad akbar yang mengungguli peperangan dijalan al-Haqq SWT. Dalam maqam ini—yaitu tingkatan badan—ia merupakan kemenangan manusia atas kekuatan-kekuatan lahiriahnya dan menjadikannya tunduk pada perintah Sang khaliq Allah SWT, dan penyucian kerajaan itu dari kotoran eksistensi kekuatan-kekuatan setan dan bala tentaranya." 

Sebab Jihad Melawan Musuh Eksternal Disebut Jihad Kecil, dan Jihad Melawan Musuh Internal (Nafs) Disebut Jihad Besar Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu disebutkan beberapa aspek. Dan pada tulisan ini akan diringkas dengan menyebutkan dua aspek saja yaitu sebagau berikut. 

Aspek Pertama, Manusia mempunyai empat kekuatan: kekuatan syahwat, kekuatan ghadhab, kekuatan wahm, dan kekuatan akal ada dalam diri manusia melalui fase-fase kehidupannya, tidak sekaligus. Awalnya, hanya ada kekuatan syahwat dan ghadhab, lalu dihasilkan kekuatan wahm, dan selanjutnya dihasilkan kekuatan akal. Pada umumnya, seseorang meraih kesempurnaan akal ketika mencapai usia empat puluh tahun. 

Shadr al-Muta'allihin dalam al-Asfar mengatakan, "Nafs manusia selama berupa janin di dalam rahim, tingkatannya adalah tingkatan jiwa tetumbuhan dalam berbagai tingkatannya. Itu pun diperoleh sete­lah ia melewati tingkatan-tingkatan kekuatan benda mati. Dengan de­mikian, janin manusia adalah tumbuhan secara aktual dan hewan secara potensial, bukan aktual. Sebab, ia belum memiliki penginderaan dan gerakan. Keberadaannya sebagai hewan secara potensial merupakan pemisah yang membedakannya dari tetumbuhan yang lain, yang menjadikan baginya suatu jenis yang berbeda dari jenis-jenis tetumbuhan." 

"Apabila anak keluar dari perut ibunya, dirinya berada pada tingkatan jiwa-jiwa kehewanan hingga masa-masa baligb formal (shuri). Ketika itu, seseorang merupakan hewan manusia seeara aktual, dan insan ma­nusia secara potensial. Kemudian dirinya mulai mengenal sesuatu mela­lui berpikir dan melihat dengan menggunakan akal praktis. Demikianlah hingga masa-masa baligh spiritual (manawi) dan kedewasaan batiniah dengan memperkuat pembawaan dan akhlak-akhlak batin. Pada umumnya, hal itu terjadi pada usia sekitar empat puluh tahun. Pada fase ini, ia adalah insan manusia secara aktual, dan insan malaikat atau insan setan secara potensial. Pada Hari Kiamat, ia dikumpulkan entah termasuk partai malaikat atau partai setan dan bala tentara mereka. Jika taufik membantunya dan ia menempuh titian kebenaran dan jalan tauhid, serta akalnya disempurnakan dengan ilmu pengetahuan dan akalnya disucikan dengan menghilangkan ketergantungan pada fisik, maka ia menjadi malaikat secara aktual di antara malaikat-malaikat Allah yang memiliki sifat alim yang didekatkan. Sebaliknya, jika ia tersesat dari jalan yang lurus dan menempuh jalan kesesatan dan kebodohan, maka ia termasuk golongan setan atau dikumpulkan dalam kelompok binatang dan serangga.[ Al-Hikmah al-Muta'aliyah fi al-AsJar al-Aqliyyah al-Arba'ah, jil. 8, hal. 136.]" 

Pengertian inilah yang ditunjukkan as-Sabziwari dalam al-Manzhumah: 
Empat puluh jangka waktu terbentang 
Bagi bentuk manusia yang menyimpan misteri. 
Pada setiap waktu dia menjadi 
Dalam empat puluh tahun akal sempurna. 

Berdasarkan hal ini, kekuatan akal ketika terbentuk pada seseorang. Ia menemukan bahwa tempat-tempat penting dari kerajaan ini telah ditempati oleh tiga kekuatan yang telah ada sebelumnya. Oleh karena itu, perhatiannya adalah mengalahkan kekuatan-kekuatan lain dengan sulit. Hal ini seperti peperangan eksternal, di mana setelah satu pihak lebih dahulu menduduki tempat-tempat penting dan strategis yang menjadi perhatian pihak lain, dan proses kemenangannya merupakan sebuah proses yang sulit. Dari sini, dan berdasarkan hakikat ini—yaitu kemunculan kekuatan akal yang terjadi belakangan di dalam diri sese­orang dan pekerjaannya yang sulit jihad melawan nafs merupakan jihad besar. 

Kedua, mengingat jihad yang dilakukan manusia pada umumnya adalah melawan musuh eksternal, jihad tersebut merupakan jihad .( sementara dengan waktu tertentu dan tidak kekal, di satu sisi, dan di situ ia mengetahui musuhnya, karakteristiknya, perlengkapannya, dan arah kedatangan dan serangannya, di sisi lain. Adapun, dalam jihad melawan nafs, jihad tersebut merupakan jihad yang berkelanjutan sela­ma manusia ini hidup, bahkan meliputi pula keadaan tidurnya, terlebih lagi keadaan terjaganya. Kadang-kadang seseorang bermimpi melihat pemandangan setan dan Rahmani, sehingga pemandangan setan membantunya dalam melakukan perbuatan-perbuatan durhaka dan keji, sedangkan pemandangan Rahmani membantunya dalam melaku­kan perbuatan-perbuatan salih dan baik. Ia berada dalam jihad berkelanjutan terhadap nafs-nya. 

Ini dari satu sisi. Dari sisi lain, betapa banyak perkara yang tidak diketahui seseorang dari musuh internalnya ini. Betapa banyak rahasia vang masih tersembunyi darinya. Berdasarkan hal ini, jihad melawan nafs merupakan jihad besar, sedangkan jihad melawan musuh eksternal adalah jihad kecil atau jihad ashghar. Oleh karena itu, kita membaca di dalam riwayat dari para imam a.s., "Musuh bebuyutanmu adalah nafs-mu yang ada di dalam dirimu. [Awali al-Ali, 4: 118/187.]"

Posting Komentar untuk "Apa dan Kenapa Harus JIhad?"