Tanda Kesempurnaan Iman, Ramah kepada Keluarga

Aisyah ra mengatakan: Bersabda Rasulullah saw:

 إِنَّ مِنْ أَكْمَلِ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَأَلْطَفُهُمْ بِأَهْلِهِ٠ 

"Sekian di antara tanda kesempurnaan keimanan seseorang, adalah yang terbaik perilakunya, dan paling lembut (sopan) kepada keluarganya." (HR. Turmudzi dan Al- Hakim) 

Akhlak, perinciannya amat banyak dan gambarannya lebih banyak lagi. Tidaklah ada sektor kehidupan terkecuali akhlak pasti diikutsertakan. Sekalipun etika cukup banyak, mendalam dan mendetail. Sebab Akhlaklah yang membangun pribadi dan masyarakat dengan bangunan yang kokoh dan kuat, lurus dan tidak labil, sekalipun keberadaan mereka terpencar-pencar dan di beberapa negara. Akhlaklah yang membersihkan masyarakat sebersih-bersihnya. 

Betapa banyak syair menjadi tumpul karena sering diulang namun tanpa penghayatan. Seolah-olah syair tersebut kehilangan misi, dan yang tinggal sekedar tulisan verbal belaka. Sekian di antaranya adalah syair al-Hafizh Ibrahim:

 وَإِنَّمَا الأُمَمُ الأَخْلاَقُ مَابَقِيَتْ فَإِنْ هُمْ ذَهَبَتْ أَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوا 

"Eksistensi sebuah bangsa, adalah karena akhlak. Apabila akhlak sirna, sirnalah pula sebuah bangsa." 

Betapa banyak syair ini kita lihat tertulis di dinding rumah dengan tulisan indah. Dalam pigura yang berhias, dalam posisi yang sedemikian serasi. Namun sayang, ia sekedar hiasan belaka. Kita baca, kita lihat, kita pandang, namun lantas kita pergi, dan hati kosong tanpa reaksi. 

Sesungguhnya sebuah bangsa, kemajuan dan eksistensinya adalah seiring dengan akhlak atau norma. Siapapun yang mengkaji sejarah, mencermati kebangkitan sebuah bangsa dan menyelami kehidupan serta aspek perilakunya, tentu ia akan berkesimpulan, bahwasanya runtuhnya sebuah bangsa adalah karena bobroknya akhlak. Dekadensi moral dan menyeleweng dari norma-norma lurus. 

Nabi Muhammad saw dalam wasiat hadis ini memberi keterangan kepada kita tentang akhlak, dalam dua klasifikasi: umum dan khusus. 

Umum adalah akhlak yang baik secara global. Nabi saw mengkaitkan kesempurnaan keimanan hati seseorang dengan akhlak. Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya. 

Wahai pemuda pemudi..., 

Akhlak adalah satu di antara sekian bukti bagi seorang muslim atas taraabut (korelativitas) kehidupan dunia dan akhirat. 

Keduanya tidak ada jarak pemisah atau dikotomi. Dengan Islam tidak ada kerugian dunia, juga tidak ada kerugian di akhirat. Dengan Islam tidak ada keterbelakangan di dunia atau (mendapatkan) siksa Jahannam di akhirat. 

Rasulullah saw telah bersabda kepada kita:

 أَقْرَبُكُمْ مِنِّى مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقًا ٠٠٠ 

"Sedekat-dekat orang di antara kalian dengan tempat dudukku di hari kiamat nanti adalah orang yang terbaik akhlaknya, di antara kalian." 

Dengan akhlak seseorang akan beruntung di dunia dengan kebahagiaan dan kemenangan. Dan beruntung di akhirat dengan kedekatan persinggahan bersama Nabi al- Mustafa saw, yang beliau menuntut kebaikan akhlak. 

Khusus: adalah akhlak yang baik kepada keluarga. Yaitu bersikap halus (santun) kepada mereka. Akhlak ini dikuatkan lagi oleh hadis beliau:

 خَيْرُكُُمْ خَيْرُكُُمْ لِأَهْلِهِِ ، وَأَتَا خَيْرُكُُمْ لِأَهْلِي ٠ 

"Sebaik-baik orang di antara kalian, adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan saya, adalah orang yang terbaik di antara kalian kepada keluargaku." 

Keluarga di sini mencakup keluarga dekat maupun keluarga jauh. Berbakti kepada keluarga orang tua, berbuat baik kepada keluarga saudara kandung, dan semua keluarga dekat yang tak bisa kami sebutkan satu persatu.