Shiddiq/Benar dan tidak Dusta dalam Islam

Kata Shiddiq itu dapat diartikan sebagai benar, dan benar ini berarti tidak salah, tidak dusta, tidak keliru, sesuai dan juga cocok. Yang merupakan suatu tempat persinggahan yang paling agung dan juga menjadi asal-usul tempat-tempat persinggahan yang lainnya adalah Shiddiq (benar, jujur lurus dan juga tulus). Sebagaimana firman Allah di dalam surat At-Taubah ayal 119, berbunyi : 

 Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah SWT., dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar". (QS. At-Taubah : 119). 

Selanjutnya Rasulullah saw. pun bersabda di dalam hal shiddiq ini yakni sabdanya : "Seorang hamba senantiasa berbuat benar dan selalu benar sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar, dan seseorang senantiasa berbuat bohong dan selalu berbohong sehingga ditulis di sisi Allah SWT. sebagai pembohong". 

Yang merupakan jalan yang paling lurus adalah shiddiq, dan barang siapa yang tidak berjalan di atasnya berarti dia termasuk orang yang mengalami kegagalan di dalam perjalanan hidupnya. 

Untuk membedakan antara orang munafiq dan orang yang beriman ini hanyalah shiddiq, antara penghuni surga dan juga penghuni neraka. Di samping itu juga yang merupakan pedang Allah di atas bumi ini hanyalah shiddiq, yang mana setiap kali telah diletakkan di atas segala sesuatu, dan ia akan memotongnya serta setiap kebatilan di muka bumi ini akan ditebasnya sampai habis hingga ke akar-akarnya. 

Shiddiq adalah kesesuaian antara hati dan lidah, lahir dan juga batin, jika dihubungkan dengan perbuatan manusia menurut (pendapat Imam Ghazali). 

Sedangkan menurut pendapat Ustadz Asy-Syaikh berkata: "Shiddiq (benar) adalah merupakan tiang dari semua perkara. Dengan shiqdiq perkara itu akan menjadi sempurna, dan di dalam perkara tersebut akan tersusun menjadi rapi, dan yang mengiringi derajat kenabian adalah kebenaran. 

Berdasarkan firman Allah yang artinya adalah sebagai berikut: 

"Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiq, orang-orang yang mati syahid dan juga orang- orang yang shaleh". (QS. An-Nisa': 69). 

Setiap yang telah dilakukan adalah shiddiq, yaitu benar dalam ucapan, benar di dalam niat dan keinginan, benar dalam cita-cita dan menunaikan janji, benar di dalam perbuatan serta benar di dalam pandangan hidup, itu merupakan syarat untuk menjadi seorang shufi. 

Yang merupakan ruh amal, poros di dalam segala keadaan, pintu masuk orang-orang yang hendak menuju tempat AIIah dasar bangunan Agama dan sendi keyakinan adalah shiddiq.
Adapun derajatnya adalah mengikuti derajatnya Nubuwah, yang merupakan derajat yang paling tinggi. Mata air..., sungai di surga yang telah mengalir ke tempat para shiddiq atau shiddiq (orang-orang yang benar). 

Suatu nama yang harus dikaitkan dengan suatu .... itu adalah shadiq yakni orang-orangyang ahli di dalam kebenaran. Sedangkan shiddiq untuk tingkatan yang paling penting yaitu bagi orang yang tahu sangat banyak akan kebenarannnya Orang semacam ini adalah banyak didominasi oleh nilai-nilai kebenaran. 


Hal semacam di atas adalah sama dengan Assyakkir .... orang yang ahli mabuk (karena Tuhan) dan Al-Khamir, orang yang sangat kecanduan minuman khammer. Kesamaannya antara yang rahasia dan yang tampak adalah paling mudah tingkatan shiddiq, orang yang shadiq (pelaku kebenaran adalah orang yang benar di dalam ucapannya, sementara asshiddiqin adalah orang yang selalu benar di dalam setiap ucapan, perbuatan, serta di dalam keadaannya.

 ... dikabarkan oleh Allah SWT. bahwa orang-orang yang memiliki sifat shiddiq adalah orarig-orang yang telah berbuat......serta memuji mereka sebab amal mereka, yang berupa .... kepasrahan diri, sabar dan selalu benar. Manusia telah diridhoi oleh Allah menjadi orang yang Munafik dan orang yang.....|, berdasarkan pada firman Allah, yang artinya adalah sebagai berikut: 

Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang v.mg benar karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka". (QS. Al-Ahzab: 24). 

Siddiq itu adalah merupakan asasnya iman, sedangkan .... itu adalah asasnya kemunafikan, dan antara iman dengan .. tidak akan pernah bersatu, akan tetapi yang satu pasti ....memerangi pada yang satunya. maka tidak akan ada yang bisa menyelamatkan hamba pada hari kiamat nanti selain dari Shidiqnya, itu telah dikabarkan oleh Allah SWT. 

Bahwa apa saja yang dikatakan itu harus sesuai dengan ...., baik itu perkataan yang ditujukan pada diri sendiri maupun perkataan itu ditujukan kepada orang lain, maka ... benar. 

Sebagai contoh adalah jika ucapan itu ditujukan pada diri ..., bahwa dirinya adalah seorang sarjana, atau seorang .... terkenal, atau seorang pedagang yang telah berhasil ...juga seorang pemimpin sebuah organisasi yang disegani, ... seorang yang giat di dalam beribadah ataupun yang lainya, jika yang diucapkan itu sesuai dengan kenyataan dan di dalam hatinya, dan tidak mempunyai maksud tertentu maka ini maksud riya' maka ucapan itu adalah shidiq. Akan tetapi jika ucapan bertujuan agar dikatakan oleh orang: "Dia adalah mang yang hebat" atau karena ingin mendapatkan pujian orang lain, "Wah, ia adalah seorang yang telah berhasil", maka ucapan semacam itu adalah bukan ucapan yang shidiq dari sikap orang shufi, namun menjadi berbalik sebagai ucapan yang patut mendapatkan kemurkaan dari Allah. 

Untuk memperjelas contoh di atas maka firman Allah S W'I yang berkenaan dengan cerita tentang ucapan Qarun yakni: 

"Sesungguhnya aku mendapatkan kekayaan ini karena ilmuku semata-mata". (QS. Al-Qashash: 78). 

Tetaplah kalian di dalam suatu kebenaran, dan barangsiapa yang menginginkan Allah selalu bersamanya (pendapat dan Ahrnad bin Khadrawih). Karena sesungguhnya Allah SWT bersama dengan orang-orang yang benar. Al-Junaid pun telah berkata bahwa : "Orang yang benar dalam sehari itu akan mengalami pembolak-balikkan'empat puluh kali, sedangkan orang, yang riya' dalam empat puluh tahun tetap dalam satu keadaan". 

"Jika orang yang benar hendak mensifati apa yang ada di dalam hatinya, maka lidahnya tidak akan berkata", menurut pendapat dari Abu Sulaiman Ad-Darani. 

Dan telah dikatakan bahwa : Kebenaran adalah ucapan yang benar di tempat-tempat yang rusak. Kebenaran itu adalah kesatuan antara rahasia dan juga ucapan. Kebenaran itu adalah merupakan pencegahan yang haram, demikian itu telah di ucapkan oleh An~Naqqad. 

Sedangkan kebenaran itu adalah merupakan pemenuhan hak Allah SWT. dengan perbuatan (pendapat dari Abdul Wahid bin Zaid). Adapun seorang hamba yang telah mencium ban dirinya (nafsunya) atau lainnya tidak akan mencium ban 'kebenaran (menurut pendapat dari Sahal bin Abdullah). Telah diterangkan oleh Abu Sa'id Al-Qurasyi bahwa orang yang benar itu adalah orang yang telah mempersiapkan akan Kematiannya dan dia tidak akan malu apabila rahasia pribadinya tersingkap". Sebagaimana firman Allah yang berbunyi : 

Artinya : " ... maka inginilah kematian jika kamu memang benar. (QS. Al-Bacjarah : 94). 

Adapun shidiq di dalam perkataan itu artinya adalah menegakkan lisan di dalam perkataan bagaikan tegaknya bulir pada tangkainya, sedangkan shidiq di dalam perbuatan itu artinya selalu menegakkan amal pada p'erintah dan juga mengikuti As-Sunnah Rasul, seperti tegaknya kepala di atas jasadnya. Akan tetapi shidiq di dalam keadaan adalah menegakkan amal hati dan juga anggauta tubuh pada keikhlasan, seberapa jauh kesempurnaan perkara-perkara ini dan tegaknya, maka sejauh itu pula shidiqnya. 

Oleh karena yang telah memiliki puncak tanda shidiq atau disebut As-Shiddiq itu hanyalah Abu Bakar, sementara itu As-Shiddiq itu kedudukannya lebih tinggi daripada Ash-Shiddiq, bukan Ash-Shadiq, yang mana semua itu hanyalah merupakan pelaku dari sifat Shiddiq. 

Di samping itu ketenangan hati merupakan tanda dari Shidiq, dan di antara tanda dusta itu adalah keragu-raguan, sebagaimana telah disebutkan dari hadits Al-Hasan bin Ali, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda yang berbunyi: 

"Kebenaran itu adalah ketenangan dan kedustaan itu adalah keragu-raguan". 

Sebagai hamba Allah telah dilarang untuk menyekutukan- Nya, maka janganlah sekali-kali kamu menyekutukan Allah, apalagi menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri. Sebab merasa sudah cukup kuat dan dapat,berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa Rahmat, Taufiq, Hidayah serta Kurnia Allah SWT. 

Adapun ucapan yang kita tujukan pada diri sendiri itu sebaiknya haruslah mencontoh pada ucapan Nabi Sulaiman di saat menerima nikmat dari Allah, ketika mendapatkan istana raja Balqis, firman Allah yang Artinya : 

"Ini semata-mata dari kurnia Tuhanku, untuk menguji ke padaku, apakah aku akan bersyukur ataukah aku akan kufur, maka syukur itu untuk dirinya. Dan siapa yang kufur maka Tuhanku Dzat yang terkaya lagi Pemurah (tidak berhajat kepadanya)". (QS. An-Naml: 40). 

Akan tetapi ucapan shidiq yang kita ucapan atau tujukan kepada orang lain misalnya, dia adalah orang yang gemar di dalam menuntut ilmu, atau seorang yang giat di dalam bekerja, atau dia adalah seorang yang sangat pemalas, ataupun yang lainnya. 

Segala gerak-gerik manusia itu dapat dicakup oleh Shidiq, di antaranya adalah : Ucapan-ucapan yang baik dan benar, tidak mengada-ada, dan ucapan tersebut haruslah sesuai dengan kenyataan yang ada. 

Sedangkan kebalikan dari shidiq itu adalah bohong, dusta yaitu ucapannya itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, dan ucapan bohong ini adalah termasuk salah satu dari akhlak yang paling dibenci oleh Rasulullah saw, sebagaimana sabda beliau : 

"Tidak ada akhlak yang paling dibenci Rasulullah saw. lebih dari bohong. Apalagi melihat seseorang bohong dari segi apa saja, maka orang itu tidak keluar dari perasaan hati Rasulullah saw, sehingga beliau tahu bahwa orang itu telah bertaubat". (HR. Ahmad). 

Dengan niat yang baik hanya kepada Allah, dan karena Allah pula bukan karena hawa nafsu, meskipun niat itu sangat sesuai sekali dengan kenyataan, maka bukanlah niat shidiq, akan tetapi niat yang akan memperoleh siksa dan juga balasan dari Allah SWT, sebab Allah SWT. melihat perbuatan dari seseorang itu dilihat dari niatnya juga, itulah yang dimaksud dengan shidiq di dalam niat. 

Shidiq itu telah dijadikan oleh Rasulullah saw. sebagai kunci dan permulaan derajat shiddiq serta sekaligus tujuannya, yang mana sama sekali tidak dapat dicapai oleh seorang pendusta, baik di dalam perkataan, perbuatan ataupun keadaannya, lebih-lebih orang yang berdusta kepada Allah SWT., di dalam sifat juga Asma'-Nya, bagaikan menafikan apa yang telah ditetapkan-Nya dan menetapkan apa yang telah dinafikan-Nya, .itau dusta di dalam Agama dan syari'at-Nya, seperti menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT. dan mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah SWT.. 

Telah disebutkan di dalam Atsar Ilahi bahwa : "Barangsiap'a yang telah benar kepada-Ku disaat sembunyi-sembunyi, maka Aku akan membenarkannya di saat terang-terangan di tengah- tengah makhluk-Ku". 

Adapun penghiatan shidiqin yang pertama kali ialah bisikan terhadap diri sendiri (menurut pendapat dari Sahi bin Abdullah). Sedangkan Yusuf bin Asbath juga telah mengatakan bahwa semalam bermuamalah dengan Allah SWT. secara benar, lebih aku senangi daripada aku menghunus pedang di jalan Allah". 

Al-Junaid telah mengatakan bahwa hakekat dari suatu kebenaran itu adalah keberadaan yang berani di dalam membenarkan sesuatu di tempat-tempat yang tidak akan menyelamatkan kecuali kebohongan. Dan menurut Al-Junaid pula bahwa ada tiga hal yang tidak bisa disalahkan, yaitu antara lain:
  • Orang benar yang telah merasakan manisnya kehadiran Al-Haqq. 
  • Rasa segan karena penghormatan pada Allah SWT.. 
  • Cahaya taat yang membias pada wajah. 
Di samping itu juga Dzun Nun Al-Misri juga mengatakan bahwa kebenaran itu adalah merupakan pedang Allah SWT. Tidak ada sesuatu pun yang ditempati kecuali diputusnya. Sedangkan Fatah Al-Muwashili pernah ditanya mengenai kebenaran, kemudian dia langsung memasukkan tangannya ke dalam tungku yang panas, yakni tempat pembakaran besi dan dia mengeluarkan besi panas kemudian diletakkan di telapak tangannya sambil dia berkata : "Inilah kebenaran". 

Adapun mengenai tanda-tanda kebenaran, Al-Harits pernah ditanya, lalu dia menjawab :"Orang yang benar itu adalah orang yang tidak peduli, seandainya segala hal yang berharga yang menjadi miliknya itu keluar dan masuk ke dalam hati para makhluk demi untuk memperbaiki dirinya. Dan dia pun tidak senang di dalam menampakkan pada manusia kebaikan kebaikan amalnya meskipun hanya seberat biji-bijian, atau pun sama sekali tidak pernah membenci jika perbuatannya yang buruk itu telah diketahui oleh manusia. Dan jika dia membencinya, maka itu adalah merupakan suatu bukti yang menunjukkan bahwa dia masih senang untuk mendapatkan tambahan simpati di sisi manusia dan ini bukanlah termasuk akhlak dari orang-orang yang benar". 

Namun shidiq di dalam perbuatan itu adalah sesuai antara yang dikerjakan dengan niatnya, jika seseorang telah berbuai kebaikan, namun di dalam jiwanya ingin memperoleh sanjungan dari manusia, maka perbuatan semacam itu bukanlah shidiq dalam perbuatan, karena antara lahir dan batinnya tidak lagi sesuai. 

Akan tetapi shidiq di dalam pandangan hidup ialah jika pandangan hidupnya telah sesuai dengan ajaran Agama Islam, misalnya berjiwa Tawakkal, Qana'ah, Wara', Zuhud, Ridha dan lain sebagainya. 

Pandangan hidup yang demikian ini dinamakan dengan ' shiddiq dalam pandangan hidup, akan tetapi kalau pandangan hidup itu bukanlah bersumberkan dari Islam, maka pandangan hidup itu dinamakan pandangan hidup yang mardud, pandangan hidup yang tertolak. 

Demikian pandangan orang Shufi dalam hal shidiq, dan shidiq ini adalah termasuk salah satu dari sifat orang Shufi yang selalu ingin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'alah demi untuk meningkatkan kesempurnaan budi pekertinya. 

Dalam hal ini sebagian dari para Shufi telah mengatakan bahwa orang yang belum menunaikan kewajiban abadi maka kewajiban yang insidentil tidak akan diterima. Kemudian ditanya : "Apakah yang dimaksud dengan kewajiban abadi?", lalu dijawab : "Yaitu kebenaran".Shidiq adalah merupakan pencapaian sesuatu, kelengkapan dan kesempurnaan kekuatannya serta kebersamaan bagian-bagiannya misalnya jika dikatakan "Azimah Shadiqah", yang mempunyai arti hasrat yang benar, yakni jika hasrat itu kuat dan sempurna.