Termasuk akibat dosa dan kemaksiatan adalah dapat menimbulkan berbagai macam bencana di bumi, baik pada air, udara, tanaman, buah-buahan, dan kemiskinan.
Allah Swt. berfirman:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali {ke jalan yang benar). (Q.S. Ar-Ruum [30] : 41)"
Mujahid berkata: "Jika orang zhalim berkuasa, ia tentu berbuat aniaya dan kerusakan. Allah kemudian menahan turunnya hujan hingga tanaman dan keturunan menjadi rusak. Sesungguhnya, Dia tidak menyukai kerusakan." Ia lalu membaca ayat di atas. Kemudian ia berkata, "Demi Allah, yang dimaksud bukan hanya laut kalian ini, tetapi semua daerah yang dialiri air."
Ikrimah berkata: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut, maksudnya bukan hanya laut kalian ini saja, namun setiap daerah yang ada airnya."
Qatadah berpendapat, "Yangdimaksuddarat adalah penduduk kota, dan yang dimaksud laut adalah penduduk desa dan dusun."
Menurutku, Allah menamai air tawar dengan sebutan laut. Dia berfirman:
Termasuk akibat dosa dan kemaksiatan adalah dapat menimbulkan berbagai macam bencana di bumi)
"Dan, tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit....(Q.S. Faathir [35] :12) “
Di dunia ini tidak ada laut air tawar yang tidak mengalir, namun yang ada adalah sungai-sungai yang mengalir. Adapun laut yang asin airnya tidak mengalir atau diam. Oleh karena itu, daerah yang dialiri air disebutkan oleh Allah dengan nama air (babr).
Ibnu Zaid mengatakan: "Yang dimaksud dari 'telah tampak kerusakan di laut dan di darat' adalah dosa-dosa." Maksudnya, dosa adalah penyebab kerusakan yang terjadi. Jika yang dimaksud kerusakan adalah dosa-dosa itu sendiri maka huruf "lam" yang terdapat pada ayat di atas adalah bermakna "akibat dan tujuan."
Menurut pandangan yang pertama, yang dimaksud dengan kerusakan adalah keburukan dan penyakit yang di munculkan oleh Allah di atas bumi sebab kemaksiatan yang dilakukan para hamba. Maka, setiap kali mereka melakukan dosa, Allah pasti memberikan hukuman kepada mereka. Ini sejalan dengan pendapat sebagian ulama salaf yang menyatakan, "Setiap kali kalian berbuat dosa, Allah pasti memberikan hukuman kepada kalian." Yang jelas, sesungguhnya yang dimaksud dengan kerusakan adalah dosa- dosa dan berbagai penyebabnya, sebagaimana dalam firman Allah: "Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka."
Seperti inilah keadaan kita sekarang. Allah menjadikan kita merasakan sebagian kecil dari akibat perbuatan kita sendiri karena jika tidak maka tidak akan ada lagi yang tersisa di permukaan bumi ini.
Di antara akibat kemaksiatan adalah bencana longsor, gempa bumi, dan dihapusnya berkah. Rasulullah Saw. pernah melewati daerah bekas perkampungan kaum Tsamud. Beliau Saw. melarang para sahabat untuk memasukinya kecuali sambil menangis, dan juga melarang mereka meminum airnya serta mengambil air dari sumurnya. Bahkan, Rasulullah Saw. melarang memberikan makanan kepada unta yang mana makanan tersebut tercampur dengan airnya. Itu semua karena dampak kesialan dari maksiat ada di dalam air dan pada buah-buahan yang cacat.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya, "Di gudang perbendaharaan Bani Umayyah terdapat biji gandum seukuran kurma. Biji tersebut disimpan dalam kantong yang bertuliskan, ini tumbuh di zaman kezhaliman keadilan." Sering kali, bencana ditimpakan oleh Allah Swt. sebab dosa-dosa yang diperbuat oleh manusia.
Orang-orang tua yang tinggal di padang sahara bercerita kepadaku bahwa mereka dulu bisa mendapatkan buah-buahan yang lebih besar dibanding dengan yang ada sekarang, serta banyak bencana-bencana terjadi hari ini yang belum mereka kenal sebelumnya meski belum berselang waktu yang lama.
Adapun dampak pengaruh dosa menyangkut bentuk rupa ataupun fisik maka telah diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam faami'-nya bahwa Nabi Saw. bersabda, "Adam diciptakan oleh Allah dengan tinggi enam puluh hasta, sementara ukuran makhluk terus menyusut sampai sekarang."
Apabila Allah hendak menyucikan bumi dari orang- orang zhalim, para pengkhianat, dan para pendosa maka Dia memunculkan seorang hamba dari keluarga Nabi Saw. yang akan menegakkan keadilan secara merata di muka bumi yang sebelumnya dipenuhi dengan penyimpangan. Nabi Isa As. pun diturunkan untuk membasmi kaum Nasrani dan Yahudi dan menegakkan agama Allah yang dibawa oleh Rasul yang diutus oleh-Nya. Bumi lalu mengeluarkan keberkahannya, dan kembali lagi seperti sedia kala. Ketika itu, manusia mengalami kelaparan hingga kering kerontang perutnya. Setandan anggur pun telah menjadi beban yang amat berat bagi unta dan bahkan, dengan hanya setetes air susu sudah cukup menyegarkan bagi manusia.
Di saat bumi telah suci dari kemaksiatan, muncullah sisa-sisa keberkahan dari Allah yang telah terhapus oleh dosa-dosa dan kekuluran. Pastilah bahwa hukuman-hukuman yang ditimpakan Allah di muka bumi adalah bekas-bekas akibat dosa yang terus mencari dosa-dosa sepadan dengannya yang tidak lain merupakan penyebab disiksanya umat-umat sebelumnya.
Semua yang ada di bumi sekarang ini adalah bekas akibat hukuman-hukuman, sebagaimana kemaksiatan maupun dosa- dosa adalah bekas dari segala kejahatan. Ketentuan Allah dan hikmah penciptaan itu berjalan bersamaan, baik di awal maupun di akhir. Hukuman berat diperuntukkan bagi dosa besar dan yang ringan diperuntukkan untuk yang ringan pula. Demikian juga Aliah menghukum makhluk-Nya di alam barzakh dan di hari pembalasan.
Perhatikanlah, bagaimana setan selalu mengiringi, apa kedudukannya, dan di mana tempat kembalinya! Ketika seorang hamba telah dikuasai oleh setan, hilanglah keberkahan umur, amal, perkataan, serta rezekinya. Ketaatan kepada setan mengakibatkan lenyapnya keberkahan yang ada di setiap tempat yang digunakan dalam menaatinya. Hal itu karena tempat kembalinya adalah neraka Jahannam yang di dalamnya tidak ada kelapangan, kasih sayang, dan juga keberkahan.