Ruku' merupanan rukun dalam shalat yang wajib terlaksana untuk keabsahan shalat. DALIL RUKU’
Dalil ruku’ ialah firman Allah Ta’ala:
Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu. (Q.S. al-Hajj: 77).
Dan juga sabda Rasulullah SAW kepada seseorang yang beliau ajari shalat:
ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا(رواه البخارى 724 ومسلم 397
......Kemudian ruku’lahkamu, sampai kamu tenang dalam tuku’ (mu).
Contoh perbuatan Nabi SAW yang diriwayatkan secara otentik dalam hadits-hadits shahih, terlalu banyak untuk kita tulis semua di sini.
SYARAT-SYARAT RUKU’
Untuk sahnya ruku’, mushalli harus memperhatikan hal-hal berikut:
- Menunduk dengan ukuran seperti tersebut di atas, yaitu minimal telapak tangan mencapai lutut. Al-Bukhari (794) telah meriwayatkan dari Abu Humaid as-Sa’idi RA mengenai sifat shalat Rasulullah SAW:
وَاِذَارَكَعَ اَمْكَنَ يَديْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ
.................
dan apabila Nabi ruku’, kedua tangannya dapat mencapai lututnya.
- Ketika menunduk, tidak boleh bertujuan lain, selain ruku’. Jadi, kalau menunduk dikarenakan menghindari sesuatu, kemudian menunduknya itu diteruskan, dengan maksud menjadikannya sebagai ruku’, maka ruku’ seperti itu tidak sah, bahkan wajib kembali berdiri, kemudian menunduk lagi dengan maksud ruku’.
- Tenang (thuma’ninah). Maksudnya, menunduk dengan tenang selama kira-kira membaca tasbih. Ini minimal. Adapun dalilnya ialah sabda Nabi SAW yang lalu:
حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا
....sampai kamu tenang dalam ruku’(mu) Dan diriwayatkan pula oleh Ahmad, Ath-Thabrani dan lainnya dengan sanad shahih:
اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِى يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ، قَالُوا: يَارَسُوْلُ اللهِ، وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟ قَالَ: لاَيُتِمُّ رُكُوْعَهَا وَلاَ سُجُوْدَهَا
Bahwasanya Nabi SAW bersabda: “Seburuk-buruk pencuri adalah orang yang mencuri (sesuatu) dari shalatnya”. Para sahabata bertanya: “Ya Rasul Allah, bagaimanakah dia bisa mencuri (sesuatu) dari shalatnya?” Jawab Rasul: “Dia tidak ruku’ dan sujud dengan sempurna”.
Sementara itu al-Bukhari (758) telah meriwayatkan pula dari Hudzaifah RA:
رَاَى رَجُلاً لاَيُتِمُّ الرُّكُوْعَا وَسُجُوْدَ، فَقَالَ: مَاصَلَّيْتَ، وَلَوْمُتَّ مُتَّ عَلَى غَيْرِ الْفِطْرَةِ الَّتِى فَطَرَاللهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهَا
Hudzaifah melihar seorang lelaki tidak ruku’ dan sujud dengan sempurna. Maka dia menegur: “Kamu tidak shalat? Dan sekiranya kamu mati, maka kamu mati dalam keadaan menganut selain fitrah yang telah Allah ciptakan untuk Nabi Muhammad SAW.
Maksudnya, kamu tidak melaksanakan shalat sebagaimana yang diperintahkan. Dan seandainya kamu mati dalam keadaan demikian, maka berarti kamu menganut selain jalan yang dibawa oileh Rasulullah SAW dan bukan berarti dia tidak muslim.
Adapun ruku’ yang paling sempurna ialah apabila punggung rata dengan leher secara horizontal lagi lurus, tidak melengkung, kedua betis tegak, sedang kedua telapak tangan memegang lutut, dengan memekarkan jari-jari, dan ucapkanlah denagn tenang sebanyak tiga kali:
سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ
Maha suci Tuhanku Yang Maha Agung.
Sedang Msulim (772) dan lainnya meriwayatkan dari Hudzaifah RA, dia berkata:
صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ......وَفِيْهِ: ثُمَّ رَكَعَ، فَجَعَلَ يَقُوْلُ: سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ، ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ: سُبْحَانَ رَبِّىَ اْلاعْلَى
“Pernah aku shalat bersama Nabi SAW suatu malam.....” Antara lain Hudzaifah berkata: “Kemudian Nabi ruku’, maka mulailah beliau mengucapkan, “Subhana Rabbiya ‘l-‘Azhim” (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung), kemudian sujujd, maka mengucapkan, “Subhana Rabbiya ‘l-‘A’la” (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi.
Dan at-Tirmidzi (261), Abu Daud (886) dan lainnya juga meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA, dia berkata: Sabda Rasulullah SAW:
اِذَارَكَعَ اَحَدُكُمْ فَقَالَ فِى رُكُوْعِهِ: سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ، ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ رُكُوْعُهُ، وَذَلِكَ اَدْنَاهُ
Apabila seorng dari kamu sekalian ruku’, lalu mengucapkan dalam ruku’nya “Subhana Rabiiya ‘l-‘Azhim” tiga kali, maka sempurnalah ruku’nya. Dan itu adalah ruku’ yang terpendek.
Maksudnya, ruku’ sempurna yang terpendek.
Sedang dalam hadits riwayat Abu Humaid tersebut di atas, ada dikatakan:
ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرَهُ
..........kemudian membungkukkan punggungnya.
Maksudnya, membungkukkan punggung hingga condong ke tanah.