Agama Islam menganjurkan para penganutnya untuk berlomba-lomba bersedekah dan membelanjakan harta untuk amal-amal sosial. Rasa solidaritas dan gotong royong dipupuk dan ditanamkan dalam hati dan jiwa kaum muslimin melalui ayat-ayat Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah sebagaimana difirmankan oleh Allah swt.:
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah 245).
Ayat ini menetapkan bahwa orang yang memberi harta dan atau pertolongan kepada orang yang butuh dan yang tidak punya, ia sebenarnya memberi pinjaman kepada Allah dan berhubungan dengan Dia, dan bahwa Dialah yang akan membayarnya kembali berlipat ganda berupa barakah dan pertumbuhan rezki. Barakah dan pertumbuhan rezki itu dijelaskan dalam ayat tersebut di bawah:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.”(Al-Baqarah 261).
Seirama dengan maksud ayat tersebut di atas bersabdalah Rasulullah saw.:
من تصدّق بعدل تمرة من كسب طيّب ولا يقبل الله إلاّ الطّيّب، وإنّ الله تعالى تتقبّلها بيمينه ثمّ يربّيها كما يربّى أحدكم فلوّه حتّى تكون مثل الجبل.
“Barangsiapa bersedekah dengan senilai sebuah kurma, yang dikeluarkannya dari harta yang baik (halal) dan Allah tidak menerima melainkan barang yang baik, maka Allah akan menerima sedekah itu dengan kanan-Nya, lalu dipeliharanya seperti salah seorang daripada kamu memelihara anak ontanya sampai menjadi besar dan gunung.
Sesungguhnya harta kekayaan itu adalah barang titipan yang dititipkan oleh Allah kepada orang-orang yang memilikinya dan yang swaktu-waktu dapat dicabut daripadanya. Pemilik-pemilik itu adalah sebagai penguasa Allah atas harta milik itu untuk digunakannya bagi menutup kebutuhan orang-orang yang butuh dan meringankan kesengsaraan orang-orang yang menderita serta membelanjakannya pada usaha-usaha sosial yang ada hubungannya dengan kepentingan umum dan hajat hidup orang banyak dan yang dapat memberi kehidupan yang layak dan tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi umat dan negara.
Allah swt. berfirman:
“Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (Al-Hadid 7).
“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, Padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi.” (Al-Hadid 10).
Harta benda dan harta kekayaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap jiwa dan hati seseorang dan tidak jarang merangsangnnya untuk melakukan tingkah laku dan tindakan-tindakan yang membinasakan dirinya sendiri. Di samping itu pengaruh cinta harta benda dapat mengubah mental manusia dan menjadikannya seorang yang bakhil, serakah, egoistis dan pengecut serta lain-lain sifat yang bertentangan dengan fitrah dan tabiat yang baik. Maka untuk menipiskan cinta yang berlebihan kepada harta kekayaan, Allah melatih hamba-hamba-Nya agar beramal sosial dan melakukan kebaktian dengan harta-bendanya, sehingga dengan berbuat demikian ia dapat membebaskan dirinya dari pengaruh harta yang merusak itu.
Berfirman Allah swt.:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Ali-Imran 92).
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (At-Taubah 103).
Mereka yang suka memberi pertolongan kepada sesama manusia dan mengulurkan tangan memberi sedekah dan bantuan kepada yang membutuhkannya akan memperoleh barakah dari Tuhan dan do’a dari para malaikat. Bersabda Rasulullah saw.:
ما من يوم يصبح العباد فيه إلاّ وملكان ينزلان، فيقول أحدهما: اللهمّ أعط منفقا خلفا، ويقول الأخر: اللهمّ أعط ممسكا تلفا.
“Tiada suatu pagi hari berlalu melainkan ada dua malaikat turun. Berkata satu di antara dua malaikat itu: “Ya Allah berilah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya,”
sedang yang lain berkata: “Ya Allah berilah kebinasaan kepada harta orang yang menggenggamnya (Tidak menafkahkannya).”
خيرالنّاس أنفعهم للنّاس.
“Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia.”
Orang-orang yang berbudi baik (dermawan) selalu berada di bawah lindungan Allah, dilindunginya dari kejahatan dan dari bencana-bencana yang menimpa. Bersabda Rasulullah saw.:
صنائع المعروف تقي مصارع السّوء والصّدقة فى خفاء تطفئ غضب الرّبّ وصلة الرّحم تزيد فى العمر وكلّ معروف صدقة وأهل المعروف فى الدّنياهم أهل المعروف فى الأخرة وأهل المنكر فى الدّنياهم أهل المنكر فى الأخرة وأوّل من يدخل الجنّة أهل المعروف
“Amal-amal kebajikan dapat mencegah kejahatan yang akan menimpa. Dan sedekah yang disembunyikan memadamkan murka Tuhan. Silaturahmi menambah umur dan tiap perbuatan baik adalah sedekah. Ahli-ahli kebajikan di dunia merekalah juga ahli kebajika di akhirat dan ahli-ahli mungkar di dunia merekalah juga ahli-ahli mungkar di akhirat. Dan yang pertam akan masuk syurga ialah ahli-ahli kebajika (orang-orang yang baik budi).”
Hendaklah tiap orang berusaha sekuat tenaganya berbuat baik dan berlomba-lomba melakukan amal-amal kebajikan.
Bersabda Rasulullah saw.:
على كلّ مسلم صدقة: قالوا: يانبيّ الله فمن لم يجد؟ قال: يعمل بيده فينفع نفسه ويتصدّق، قالوا فإن لم يجد؟ قال: يعين ذاالحاجة الملهوف، قالوا فإن لم يجد؟ قال: فليعمل بالمعروف وليمسك عن الشّرّ فإنّهاله صدقة
“Hendaklah tiap muslim bersedekah, bertanya para sahabat: “Hai Nabi Allah, jika tidak ada yang disedekahkan?” Bersabda Rasulullah saw.: “Bekkerja dengan tangannya memanfaatkan dirinya dan bersedekah.” “Jika tidak dapat?” bertanya lagi para sahabat. “Menolong orang yang berkebutuhan yang sedang payah,” jawab Rasulullah.. “Jika tidak dapat?, tanya lagi para sahabat, yang dijawab oleh Rasulullah dengan sabdanya: “Hendaklah beramal kebajikan, menahan diri dari perbuatan yang buruk dan itulah sudah merupakan sedekah.”
Diriwayatkan oleh Abu Dzar Elghifari r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
على كلّ نفس في كلّ يوم طلعت فيه الشّمس صدقة منه على نفسه قلت يارسول الله من أين نتصدّق وليس لنا أموال؟ قال: من أبواب الصّدقة التّكبير وسبحان الله والحمد لله ولا إله إلاّالله وأستغفرالله وتأمر بالمعروف وتنهى عن المنكر وتعزل الشّوك عن طريق النّاس والعظم والحجر وتهدى الأعمى وتسمع الأصمّ والأبكم حتّى يفقه وتدلّ المستدلّ على حاجة له قد علمت مكانها وتسعى بشدّ ساقيك إلى اللّهفان وترفع بشدّ ذراعيك مع الضّعيف، كلّ ذلك من أبواب الصّدقة على نفسك
“Pada tiap hari di kala matahari terbit, tiap jiwa diwajibkan bersedekah.”Bertanya Abu Dzar: “Bagaimana kami bersedekah sedang kami tidak mempunyai harta?” Rasulullah menjawab: “Di antara pintu-pintu sedekah, ialah bertakbir, bertasbih, bertahmid, bertasyahud, beristighfar, beramal ma’ruf bernahi mungkar, menyingkirkan rintangan-rintangan di jalan yang dilalui orang seperti duri, tulang dan batu dan menuntun orang buta, memberi pengertian kepada orang yang tuli dan bisu sampai mengerti, memberi petunjuk kepada orang yang mencari sesuatu yang engkau tahu tempatnya, mendatangi orang yang mminta tolong yang susah, payah dan lemah dengan menyingsing baju dan betis, semuanya itu adalah merupakan sedekah bagi dirimu.”
Dan dalam sebuah hadits qudsi:
إنّ الله عزّ وجلّ يقول يوم القيامة: ياابن أدم مرضت فلم تعدنى، قال ياربّ كيف أعودك وأنت ربّ العالمين، قال: أما علمت أنّ عبدى فلانا مرض فلم تعده، أمالوعدته لوجد تنى عنده. ياابن أدم إستطعمتك فلم تطعمنى، قال ياربّ كيف أطمك وأنت ربّ العالمين؟ قال: أما علمت أنّه استطعمتك عبدى فلان فلم تطعمه، أما علمت أنّك لو اطعمته لو جدت ذلك عندى. ياابن أدم إستسقيتك فلم تسقنى، قال ياربّ كيف أسقيك وأت ربّ العالمين، قال إستسقاك عبدى فلان فلم تسقه، أما إنّك لو سقيته لوجدت ذلك عندى
“Berfimanlah Allah swt. pada hari kiamat: “Hai anak Adam, aku sakit, engkau tidak menjenguk-Ku,” Berkata Ibnu Adam: “Bagaimana aku dapat menjenguk-Mu padahal Engkau adalah Tuhan seru sekalian alam.” Berfirman Allah: “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku Fulan sakit dan tidak engkau jenguk, padahal kalau menjenguknya, engkau akan mendapatkan Aku padanya.” “Hai anak Adam”, Allah berfirman, “Aku telah minta makan kepadamu dan engkau tidak memberinya.” Anak Adam menjawab: “Bagaimana aku memberi makan pada-Mu padahal Engkau adalah Tuhan seru sekalian alam?” Allah berfirman: “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku Fulan minta makan dari padamu dan engkau tidak memberinya, tidakkah engkau tahu bahwa kalau engkau memberi makan padanya engkau akan mendapatkan Aku padanya.” Allah berfirman: “Hai Anak Adam, Aku minum kepadamu dan engkau tidak memberinya.” Anak Adam menjawab: “Ya Tuhanku, Bagaimana aku memberi minum kepada-Mu padahal Engkau adalah Tuhan seru sekalian alam?” Berfirman Allah: “Hamba-Ku Fulan minta minum kepadamu dan engkau tidak memberinya, andaikan engkau memberinya niscaya engkau akan menemukannya pada-Ku.