Lawanlah hal-hal yang dapat merusak yaitu mengikuti hawa nafsu, Sombong dan pelit yang harus dijauhi. Agar kalian selamat dengan memperoleh kemenangan dan petunjuk dari Allah.
Arti bait nazham ini adalah tolaklah ajakan ketiga sifat ini (hawa na£su, pelit dan sombong) dan kerjakan apa yang berlawanan darinya. Yaitu menolak hawa nafsu dengan mengikuti sunah nabi, bersikap tawadhu dengan melihat kebesaran anugerah Allah kepadanya dan mengeluarkan sebagian harta yang wajib dikeluarkan seeara syar’i atau sosial. Agar kalian selamat dari hal-hal yang merusak itu dan memperoleh kemenangan dan keberuntungan.
Allah berfirman, "Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang- orang yang beruntung.'' (al-Hasyr [59]:9) "Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (Shaad 26:[38ا)
Bait nazham ini didasari dengan hadist nabi, "Tiga perkara yang dapat merusak: sifat pelit, mengikuti hawa nafsu dan kesombongan seseorang atas dirinya." (HR. Thabrani)
Lafazh 'asy-syukhkha' artinya pelit (bakhil). Ada juga yang 'asy-syukhkha’ artinya pelit atas apa yang dimiliki dengan berlebih dan tamak atas apa yang bukan miliknya.
Diriwayatkan oleh Abu Tsa’labah al-Khusyani Rasulullah saw bersabda, "Apabila kamu melihat dalam dirimu sifat pelit, mengikuti hawa nafsu dan perasaan sombong pada dirimu, celakalah dirimu dan tinggalkan darimu .(HR. Abu Daud,Tirmidzi dan Ibn Majjah)
Diriwayatkan oleh jabir bin Abdullab, Rasulullah saw bersabda, jauhkan kezhaliman, karena kezhaliman itu adalah kegelapan hari kiamat. ]auhkan sifat pelit, karena sifat pelit yang telah menghancurkan orang-orang sebelum kalian dan ia yang membawa kalian menumpahkan darah dan menghalalkan yang haram." (HR. ’uslim)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, tidaklah berkumpul sifat pelit dan iman yang sempurna dalam hati orang hamba." (an-Nasa’i, Ibn Hibban dan dan Hakim)
Dalil Ayat al-Qur’an dan hadis nabi yang menjelaskan tentang celaan sifat pelit telah dipaparkan pada artikel sebelumnya. Sedangkan celaan atas sifat sombong akan disebutkan pada bab sepuluh, insya Allah.
Adapun melawan hawa nafsu dengan mengikuti sunnah telah disebutkan dalam beberapa dalil al Qur’an dan hadist.
Allah berfirman, jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka), dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim." (al-Qashash [28]:50)
Diriwayatkan oleh Abu Umamah, Rasulullah saw bersabda, tidak ada di bawah langit ini tuhan yang disembah yang paling besar di sisi Allah daripada hawa nafsu." (HR.Thabrani).Menurut Tirmidzi hadits ini hasan.
Hawa nafsu dikatakan tuhan karena orang yang mentaati hawa nafsu sama saja menyembahnya. Inilah yang disebutkan dalam al-Qur’an, "Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya." (al-Furqan [25j:43)
Diriwayatkan oleh Irbadh bin Sariyah, Rasulullah memberikan nasehat kepada kita. Nasehat yang menggetarkan hati setiap orang dan membuat mata mengeluarkan air mata. Kami berkata, “Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat perpisahan.” Lalu beliau memberi kami wasiat, "Aku berwasiat kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat walaupun yang memerintahkan kalian adalah seorang budak Ethiopia (Pada zaman Nabi ada ternpat yang disebut dengan "Habasyah" tapi sekarang dikenal dengan Ethiopia). Barangsiapa yang masih hidup di antara kalian dan kalian melihat perselisihan yang banyak, maka berpeganglah kepada sunnahku dan sunnah khulafa' urrasyidin al-mahdiyyin (yang mendapat petunjuk) setelah aku. Gigitlah ajarannya dengan rahang kalian (peganglah dengan kokoh apa yang mereka kerjakan). Jauhilah hal-hal yang baru, karena setiap yang baru itu bid'ah dan setiap bidah itu sesat." (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibn Hibban)
Arti bait nazham ini adalah tolaklah ajakan ketiga sifat ini (hawa na£su, pelit dan sombong) dan kerjakan apa yang berlawanan darinya. Yaitu menolak hawa nafsu dengan mengikuti sunah nabi, bersikap tawadhu dengan melihat kebesaran anugerah Allah kepadanya dan mengeluarkan sebagian harta yang wajib dikeluarkan seeara syar’i atau sosial. Agar kalian selamat dari hal-hal yang merusak itu dan memperoleh kemenangan dan keberuntungan.
Allah berfirman, "Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang- orang yang beruntung.'' (al-Hasyr [59]:9) "Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (Shaad 26:[38ا)
Bait nazham ini didasari dengan hadist nabi, "Tiga perkara yang dapat merusak: sifat pelit, mengikuti hawa nafsu dan kesombongan seseorang atas dirinya." (HR. Thabrani)
Lafazh 'asy-syukhkha' artinya pelit (bakhil). Ada juga yang 'asy-syukhkha’ artinya pelit atas apa yang dimiliki dengan berlebih dan tamak atas apa yang bukan miliknya.
Diriwayatkan oleh Abu Tsa’labah al-Khusyani Rasulullah saw bersabda, "Apabila kamu melihat dalam dirimu sifat pelit, mengikuti hawa nafsu dan perasaan sombong pada dirimu, celakalah dirimu dan tinggalkan darimu .(HR. Abu Daud,Tirmidzi dan Ibn Majjah)
Diriwayatkan oleh jabir bin Abdullab, Rasulullah saw bersabda, jauhkan kezhaliman, karena kezhaliman itu adalah kegelapan hari kiamat. ]auhkan sifat pelit, karena sifat pelit yang telah menghancurkan orang-orang sebelum kalian dan ia yang membawa kalian menumpahkan darah dan menghalalkan yang haram." (HR. ’uslim)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, tidaklah berkumpul sifat pelit dan iman yang sempurna dalam hati orang hamba." (an-Nasa’i, Ibn Hibban dan dan Hakim)
Dalil Ayat al-Qur’an dan hadis nabi yang menjelaskan tentang celaan sifat pelit telah dipaparkan pada artikel sebelumnya. Sedangkan celaan atas sifat sombong akan disebutkan pada bab sepuluh, insya Allah.
Adapun melawan hawa nafsu dengan mengikuti sunnah telah disebutkan dalam beberapa dalil al Qur’an dan hadist.
Allah berfirman, jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka), dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim." (al-Qashash [28]:50)
Diriwayatkan oleh Abu Umamah, Rasulullah saw bersabda, tidak ada di bawah langit ini tuhan yang disembah yang paling besar di sisi Allah daripada hawa nafsu." (HR.Thabrani).Menurut Tirmidzi hadits ini hasan.
Hawa nafsu dikatakan tuhan karena orang yang mentaati hawa nafsu sama saja menyembahnya. Inilah yang disebutkan dalam al-Qur’an, "Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya." (al-Furqan [25j:43)
Diriwayatkan oleh Irbadh bin Sariyah, Rasulullah memberikan nasehat kepada kita. Nasehat yang menggetarkan hati setiap orang dan membuat mata mengeluarkan air mata. Kami berkata, “Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat perpisahan.” Lalu beliau memberi kami wasiat, "Aku berwasiat kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat walaupun yang memerintahkan kalian adalah seorang budak Ethiopia (Pada zaman Nabi ada ternpat yang disebut dengan "Habasyah" tapi sekarang dikenal dengan Ethiopia). Barangsiapa yang masih hidup di antara kalian dan kalian melihat perselisihan yang banyak, maka berpeganglah kepada sunnahku dan sunnah khulafa' urrasyidin al-mahdiyyin (yang mendapat petunjuk) setelah aku. Gigitlah ajarannya dengan rahang kalian (peganglah dengan kokoh apa yang mereka kerjakan). Jauhilah hal-hal yang baru, karena setiap yang baru itu bid'ah dan setiap bidah itu sesat." (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibn Hibban)
Imam Ghazali rahimahullahu ta'ala berkata: Ketahuilah kunci kebahagiaan adalah mengikuti sunnah dan meneladani Rasulullah dalam segala perbuatan, sifat dan akhlaknya. Bahkan ketika makan, minum, duduk, berdiri dan tidurnya. Saya tidak mengatakan hanya sebatas ibadahnya saja, tetapi dalam kebiasaan sehari-haripun beliau patut menjadi tauladan kita. Dengan demikian, barulah dikatakan mentauladani Nabi secara mutlak.
Kita semua diharapkan untuk mengetahui sebab kita harus menteladani Rasulullah. Karena pembahasan masalah ini cukup panjang, maka perhatikanlah tiga point berikut ini:
- Ketahuilah! hati itu ibarat cermin, sehingga tidaklah mungkin dapat mengeluarkan gambar yang benar kecuali didukung dengan tiga faktor, yaitu: bening, bercahaya dan lurus. Maka agar hati mengkilap harus dengan menghilangkan akhlak-akhlak tercela, agar hati bercahaya harus dengan memberikan sinar-sinar zikir dan agar hati lurus harus dengan mengikuti sunnah Nabi. Karena dengan hati yang lurus, barulah hati dapat menerima hakikat sesuatu. Seperti halnya sebuah cermin agar dapat menerima/memantulkan gambar yang benar ia harus lurus.
- Ketahuilah! hal yang mendorong seseorang melakukan suatu perbuatan terbagi menjadi dua: Pertama, apa yang dapat diterima akal dengan melihat bahwa hal tersebut membawa kepada kebahagiaan atau kesengsaraan. Kedua, apa yang tidak dapat dicerna akal kecuali dengan cahaya kenabian.
Apabila kita melihat perbuatan-perbuatan Rasulullah saw, maka kamu akan menjumpai bahwa perbuatan beliau didasari kedua aspek tersebut. Tidak ada satupun perbuatan Rasulullah yang bertentangan dengan teori kedokteran dan kesehatan (seperti cara makan, minum, tidur dan lain-lain). Selain itu, dibalik itu semua terdapat rahasia-rahasia ilahiyah, yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja. Yaitu dengan cara melakukan perenungan atau ilham dari Allah.
Jadi, apabila kamu mengikutinya maka kamu akan mendapatkan kemanfaatan darinya. Meskipun kamu tidak mengetahui rahasia dibalik perbuatan tersebut. Seperti halnya seorang yang meminum obat dari dokter. Meskipun dia tidak mengetahui komponen yang terkandung dalam obat itu, dia akan mengambil manfaatnya apabila diminum sesuai dengan ajuran dokter.
- Ketahuilah! Rahasia kebahagiaan seseorang apabila dia dapat menyerupai malaikat dan rahasia kesengsaraan seseorang apabila dia menyerupai binatang. Manusia terdiri dari akal dan syahwat. Akal merupakan cerminan dari malaikat dan syahwat merupakan cerminan dari binatang.
Sedangkan sifat dari binatang adalah menjadi budak hawa nafsu. Jadi, apabila seseorang selalu mengikuti hawa nafsunya, dia telah menjadi seperti binatang. Dan, untuk melepaskan itu dia harus mengikuti sunnah nabi dalam setiap tingkah lakunya.
Ini adalah yang berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari. Sedangkan yang berkaitan dengan ibadah, Apabila kita tidak mengikuti Rasulullah saw tanpa ada uzur atau halangan, itu merupakan perbuatan kufur yang tersembunyi dan kebodohan yang sangat nyata.
Posting Komentar untuk "Lawanlah Hawa Nafsu, Sombong dan Pelit"