Setiap individu akan mempunyai sikap yang berbeda dalam menghadapi dan menyikapi marah. Berikut ini terdapat tiga golongan orang yang mempunyai sikap dan respon yang berbeda dalam menyikapi marah. Manakah dari tiga golongan orang berikut ini yang patut kita contoh dan tauladani dalam menyikapi kemarahan yang ada dalam diri?
Golongan orang pertama, adalah golongan orang yang acuh tak acuh dan tidak memiliki perasaan marah.
Orang seperti ini tidak ingin mempertahankan kehormatan dirinya, istrinya, anaknya dan apa saja yang menjadi haknya yang semestinya ia pertahankan. Sikap demikian termasuk sikap tercela. Ketika ada orang yang menghina Rasulullah kita pun acuh tak acuh, dan tidak marah sama sekali. Tentu saja sikap yang demikian itu sangat tidak dibenarkan. Apalagi ketika masalah yang berhubungan dengan keyakinan beragama kita dihina dan dirusak orang, maka kita wajib membelanya.
Mengenai hal ini, Firman Allah saw. dalam Al-Qur'an surat At-Tahrlm (66) ayat 9:Artinya: "Perangilah orang-orang kafir dan munafik itu dan bersikap keraslah terhadap mereka".
Golongan orang Kedua, golongan orang yang menyikapi kemarahan dengan berlebihan.
Golongan Orang seperti ini adalah golingan orang yang mudah sekali marah. Tersinggung sedikit saja perasaannya, ia marah sekali. Orang yang bersifat pemarah seperti ini perbuatannya tidak lagi sesuai dengan akal sehat. Ia bertindak semaunya, dan menuruti hawa nafsunya, terlihat wajahnya dan matanya merah, bibirnya bergetar, giginya gemeretuk, tangannya dikepalkan, kakinya menendang apa yang ada di dekatnya. Sikap marah yang seperti ini pun termasuk akhlak tercela, dan jangan kita ikuti.
Golongan orang Ketiga, golongan orang yang mampu mengendalikan kemarahannya, dan ini termasuk akhlak terpuji.
Sifat marah harus tetap ada, tetapi disalurkan sesuai dengan akal sehat dan tuntunan agama. Marah itu diterapkan dalam keadaan tertentu, misalnya ketika agama kita direndahkan orang, ketika keluarga kita dihina, dan sebagainya. Tetapi marah itu harus diredam bahkan dipadamkan manakala kesabaran dipandang sebagai jalan penyelesaian.
Pernah terjadi suatu peristiwa yaitu ada seorang yang termasuk golongan orang Arab yang berwatak kasar. Pada suatu ketika orang itu dengan lancang berkata kepada Umar r.a.: "Demi Allah, Tuan ini tidak berbuat adil dan Tuan tidak memberi yang cukup banyak". Umar r.a. tampak marah sehingga dapat dilihat dari wajahnya. Kemudian seorang lain lagi mendekati Umar dan berkata: "Wahai Amirul Mukminin apakah Tuan belum pernah mendengar firman Allah swt. dalam surat Al-A'raf (7) ayat 199:
Artinya: "Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh".
Orang yang di samping Tuan nyata-nyata termasuk orang yang bodoh. Mendengar pernyataan itu, Umar r.a. redalah marahnya dan memaafkan orang yang berkata lancang tadi.
Bagaimana cara meredamnya jika kemarahan itu sudah terlanjur meluap pada diri kita? Adapaun cara meredam marah, antara lain sebagai berikut.
Mengenai hal ini, Firman Allah saw. dalam Al-Qur'an surat At-Tahrlm (66) ayat 9:Artinya: "Perangilah orang-orang kafir dan munafik itu dan bersikap keraslah terhadap mereka".
Golongan orang Kedua, golongan orang yang menyikapi kemarahan dengan berlebihan.
Golongan Orang seperti ini adalah golingan orang yang mudah sekali marah. Tersinggung sedikit saja perasaannya, ia marah sekali. Orang yang bersifat pemarah seperti ini perbuatannya tidak lagi sesuai dengan akal sehat. Ia bertindak semaunya, dan menuruti hawa nafsunya, terlihat wajahnya dan matanya merah, bibirnya bergetar, giginya gemeretuk, tangannya dikepalkan, kakinya menendang apa yang ada di dekatnya. Sikap marah yang seperti ini pun termasuk akhlak tercela, dan jangan kita ikuti.
Golongan orang Ketiga, golongan orang yang mampu mengendalikan kemarahannya, dan ini termasuk akhlak terpuji.
Sifat marah harus tetap ada, tetapi disalurkan sesuai dengan akal sehat dan tuntunan agama. Marah itu diterapkan dalam keadaan tertentu, misalnya ketika agama kita direndahkan orang, ketika keluarga kita dihina, dan sebagainya. Tetapi marah itu harus diredam bahkan dipadamkan manakala kesabaran dipandang sebagai jalan penyelesaian.
Pernah terjadi suatu peristiwa yaitu ada seorang yang termasuk golongan orang Arab yang berwatak kasar. Pada suatu ketika orang itu dengan lancang berkata kepada Umar r.a.: "Demi Allah, Tuan ini tidak berbuat adil dan Tuan tidak memberi yang cukup banyak". Umar r.a. tampak marah sehingga dapat dilihat dari wajahnya. Kemudian seorang lain lagi mendekati Umar dan berkata: "Wahai Amirul Mukminin apakah Tuan belum pernah mendengar firman Allah swt. dalam surat Al-A'raf (7) ayat 199:
Artinya: "Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh".
Orang yang di samping Tuan nyata-nyata termasuk orang yang bodoh. Mendengar pernyataan itu, Umar r.a. redalah marahnya dan memaafkan orang yang berkata lancang tadi.
Bagaimana cara meredamnya jika kemarahan itu sudah terlanjur meluap pada diri kita? Adapaun cara meredam marah, antara lain sebagai berikut.
- Menyadari akan manfaat menahan marah, keutamaan memberi maaf atas kesalahan orang, dan keutamaan bersikap sabar.
- Membayangkan tentang siksa Allah yang pedih akibat dari memperturutkan sifat marah.
- Mengingat akan akibat buruk dari permusuhan dan dengki. Permusuhan hanya akan menimbulkan kerusakan dan kerugian baik harta, jiwa maupun raga. Dengki merupakan sumber segala perbuatan jahat.
- Membayangkan betapa buruknya muka kita ketika sedang marah. Kalau kita bercermin, kita akan merasa malu melihat muka sendiri yang buruk karena marah.
- Menyadari bahwa marah itu terjadi karena pengaruh bujukan setan. Jika orang memperturutkan nafsu amarahnya, maka dia adalah teman setan (kecuali marah yang dibenarkan menurut ajaran agama).
- Mengucapkan lafaz ta'awudz, yaitu:
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Yang Artinya: "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk."
- Apabila sedang berdiri hendaklah duduk, dan jika sedang duduk hendaklah berbaring.
- Disunahkan bagi orang yang sedang marah segera berwudu dengan menggunakan air dingin. Sebab kemarahan berasal dari setan, setan terbuat dari api, sedangkan api dapat dipadamkan dengan air.
Posting Komentar untuk "Cara Menyikapi dan Meredam Kemarahan yang Benar"