Maksud dan Tujuan diturunkan Kitab Alquran Al Karim

Alif lam mim. Kitab (Al Qur 'an) ini tidak ada keraguan padanya, adalah petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat dan menafkahkan sebagaian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Mereka yang beriman kepada kitab yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan merekalah orang-orang yang beruntung." (Al Baqarah 1-5) 

Al Qur'an merupakan syariat yang menyeluruh, sumber hikmat-kebijaksanaan, bukti (mukjizat) ke-Nabian dan cahaya bagi penglihatan (batin). Tidak ada jalan (keselamatan) menuju Allah dan tiada pegangan dari apa yang mengkhilafinya, kecuali dengannya (Al Qur'an). 

Barangsiapa yang hendak mengetahui atas keseluruhan dari syariat (agama), berhasrat demi mencapai berbagai maksud dan mengikuti ahlinya, niscaya ia akan mengambilnya (Al Qur'an) sebagai kawan setia yang dapat bercakap cakap pada malam hari dengannya. Juga sebagai guru yang mendidik serta bisa dijadikan pengisi majelis sepanjang hari dan malam (berupa pemikiran dan amal perbuatan). Dengan demikian, ia dapat mencapai cita-cita dan memenuhi hajat (kebuluhan) nya serta tergolong dari orang-orang yang terdahulu (barisan mereka yang bertakwa). 

Allah SWT. telah menurunkan Al Qur'an atas lisan Rasul-Nya, junjungan kita Nabi besar Muhammad saw. dengan tujuan : 

1. Menetapkan mukjizat, bukti ke-Rasulan terhadap tantangan, dengan sependek-pendeknya surat Al Qur’an yang dapat mendiamkan (membungkamkan) para fasih lisan dan melemahkan para penyusun kata yang indah. Sebagaimana firman Allah SWT. : 

"Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat sesuatu yang sama dengan Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat sepertinya, sekalipun mereka saling membantu." (Al Isra 88) 

Ayat tersebut disampaikan kepada para sastrawan Arab yang cerdik cendikia dalam menggubah prosa dan puisi yang amat indah pada berbagai gaya (irama). Namun, mereka telah berpaling kebelakang dan menggunakan kekerasan dengan senjata terhunus sambil meremehkan persoalan ini, demi mencegahnya. Sesungguhnya hal itu merupakan sifat seorang yang lemah (telah dikalahkan oleh hujah) dan sekali-kali tidak akan pernah tunduk (patuh) kepada yang hak (benar), karena sifat sombong dan keras kepala. 

2. Apa yang diwahyukan dalam Al Qur'an merupakan keterangan yang bersifat umum (global) demi syariat dan budi pekerti yang luhur. Sebagaimana sabda beliau saw. : 

 “Aku telah diutus demi menggenapkan (menyempurnakan) perangai (akhlak) manusia.” 

Allah SWT. Berfirman:

"(Ini adalah) sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu keluarkan manusia dari gelap-gulita kepada terang-benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) kejalan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Dialah Allah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi." (Ibrahim 1-2) 

Al Qur'an mengungguli semua kitab yang telah mendahuluinya dengan penghimpunan atas peraturan agama dan dunia dengan jenjang kebahagiaan bagi umat manusia (dunia akhirat). 

Kisah yang ada didalamnya bukanlah merupakan dongeng yang kosong, sebagaimana pada kitab-kitab lainnya. Bahkan (Al Qur'an) secara keseluruhan mengandung banyak sekali hikmat kebijaksanaan berupa pengajaran dan peringatan tentang permasalahan umat terdahulu, sebagaimana fir.man-Nya : 

"Sesungguhnya telah Kami turunkan Al Qur'an dalam bahasa Arab, mudah-mudahan kamu memikirkan." (Yusuf 2) 

Dan yang akan mengetahui akan hal itu adalah siapa yang membacanya dengan penuh pemikiran yang amat mendalam dan renungan. Sungguh, setiap hukum (dari hukum-hukum) Allah SWT. jauh sekali dari serba kekurangan ataupun berlebih-lebihan. Sebagaimana firman-Nya: 

"Dan tiadalah Dia membebani kamu kesukaran dalam agama. (Ikutilah) agama bapamu Ibrahim, Dia (Allah) telah menamai kalian Muslimin semenjak dahulu.” (Al Hajj 78) 

Islam adalah agama fitrah, dimana Allah telah memfitrahkan (menciptakan) para manusia atasnya. Sedangkan janji dan ancaman-Nya merindukan manusia akan ketaatan, amal kebaikan, menjauhkan diri dari berbagai kejahatan (kehinaan dalam dunia) dan celaka di alam akhirat kelak. 

Allah SWT. berfirman :

"Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang (mengerjakan sesuatu yang) melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sungguh Allah akan mengampuni segala dosamu. Karena Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang dan kembalilah kepada Tuhanmu, berserah kepada-Nya sebelum datang kepadamu siksaan, kemudian kamu tidak akan ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang siksaan kepadamu sedang kamu tidak menyadari." (Az Zumar 53 - 54) 

Allah SWT. telah menjanjikan ampunan dan ancaman-Nya, sehingga dapat memenuhi (hati sanubari) akan rasa takut pada ke-Maha Besaran-Nya. Apabila manusia telah berada di antara keduanya, niscaya ia tidak akan putus asa dari rahmat Allah untuk kemudian tunduk patuh kepada-Nya (demi menggantungkan diri kepada-Nya). Agar manusia mengambil (memilih) jalan sambil memohon pertolongan kepada Nya. 

Dan inilah tingkatan "Keimanan " yang sebenarnya dan manusia diharuskan mengikuti dan tunduk kepada bimbingannya (iman itu). 

Berlaku sopan (yang di perintahkan kepadanya) memberi jaminan ketenangan bagi seluruh umat manusia, apabila mereka berpegang teguh dengannya. Allah SWT. Maha Mengetahui, bahwa kaum Muslimin apabila berlaku sopan, niscaya umat lain tidak dapat mencapai ketinggian derajat dan mengejar martabat mereka.

Firman Allah SWT. :

"Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada manusia berlaku adil, berbuat kebaikan dan dermawan terhadap kerabat, melarang perbuatan keji, kemunkaran dan penindasan. Dia mengajari kamu supaya mendapat peringatan. Dan tepatilah kepada janji Allah apabila kamu membuat perjanjian. Dan janganlah melanggar sumpah sesudah kamu meneguhkannya. Sungguh, telah kamu jadikan Allah sebagai jaminan bagimu. Sungguh Dia mengetahui apa yang kamu lakukan." (An Nahl 90-91) 

Dan firman-Nya yang lain :

“Sesungguhnya telah beruntunglah orang-orang yang beriman" (Yaitu) mereka yang khusyu didalam salatnya. Mereka yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Mereka yang menunaikan zakat. Dan mereka yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Namun, barangsiapa mencari yang dibalik itu, mereka itulah orang-oang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) serta janjinya. Dan mereka yang memelihara salatnya." (Al Mukminun 1-9) 

Dan firman Allah yang lain :

"Sesungguhnya orang-orang mikmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara dua orang saudaramu (yang sedang bertikai). Dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan). Dan janganlah pula wanita-wanita mengolok-olokkan wanita- wanita lain, karena boleh jadi wanita (yang diolok-olokkan) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan). Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan ialah sebutan (panggilan) yang buruk sesudah (mereka) beriman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah merupakan suatu dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Al Hujurat 10 -12) 

Para ulama kita telah merasa cukup (daripada nas-nasnya Al Qur'an) dengan apa yang ada di tangan mereka dan membicarakan tentang cabang untuk menghindari dari masalah ushul (akidah). Mereka (para ulama) menduga, bahwa hal itulah yang dimaksudkan oleh agama. Namun, andaikan kalian menghendaki salah seorang dari mereka untuk membuat dalil (tentang masalah agama) dari ayat Al Qur'an, niscaya ia (sang alim) pasti akan diam dan menjawab : "Menurut ulama ini, hal itu demikian." Dan mereka telah merasa cukup dengannya (jawaban terebut). 

Sebagian besar dari manusia, dimana mereka membuat Al Qur'an sebagai berkat, hiasan, dan lagu-lagu nyanyian. Adapun para pembaca Al Qur'an, dengan suara yang merdu, hanya berhenti pada bacaan saja, tiadalah mereka menghiraukan, kecuali sedikit sekali dari makna yang terkandung di dalamnya. Dan yang tidak memiliki pemahaman, takkan mungkin dapat memberi bekas atas dirinya sendiri. Pada saat mereka mendengarkan rekaman (yang menyatakan kepada orang banyak) dari direkam berupa lafadz-lafadz tanpa arti dan makna, maka anda akan dapat melihat salah satu dari mereka melagu-lagukan dengan suara yang amat merdu. 

Sedang Allah SWT. di dalam firman-Nya menyatakan :

"Atau ia berkata, ketika melihat adzab (siksaan): Sekiranya aku dapat kembali (kedunia), niscaya aku akan berbuat kebaikan." (Az Zumar 58) 

Andaikan mereka (qari) mengetahui kandungan makna dari ayat ini, tentu akan merasa takut kepada Allah.

Allah SWT. berfirman : 

"Sungguh telah Kami mudahkan Al Qur'an (bagi manusia) untuk menjadi pengajaran. Adakah orang yang mau mengambil pelajaran daripadanya ? "(Al Qamar 17) 

Dan firman-Nya yang lain : 

"(Inilah) kitab yang Kami turunkan kepadamu dengan sepenuh berkat agar mereka merenungkan ayat-ayatnya dan agar mendapat pengertian bagi orang-orang yang berakal." (Shad 29) 

Hendaknya manusia merenungi isi dan kandungan Al Qur'an untuk kemudian diamalkan agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Posting Komentar untuk "Maksud dan Tujuan diturunkan Kitab Alquran Al Karim"