Menanggulangi Kerusakan Akhlak

Imam Khomeini r.a. memfokuskan pembahasan ini pada penjelasan tentang bagaimana menanggulangi kerusakan akhlak dalam tataran praktis dalam hal ini, ia mengingatkan dua hal.

Pertama, pemanfaatan kesempatan usia muda untuk menanggulangi kerusakan akhlak dan tidak menunda-nunda perkara penting ini. Sebab, berlalunya waktu merupakan rintangan besar dalam memperbaiki akhlak yang rusak, di mana kekuatan-kekuatan manusia menjadi lemah sehingga tidak mampu mencabut akar-akar kerusakan secara total, seperti pohon yang semakin tua usianya maka akarnya semakin kuat dan semakin menghunjam ke dalam tanah sehingga tidak mungkin dicabul kecuali dengan sangat susah payah. Oleh karena itu, Imam al-Khuamyni r.a. berkata: "Wahai yang mulia, bangkitlah dari tidurmu, sadarlah dari kelalaianmu, kuatkan tekadmu, manfaatkan kesempatan yang masih ada selama umur masih tersisa, selama kekuatan-kekuatanmu masih prima, masa mudamu masih ada, akhlak buruk belum menguasaimu, dan pembawaan-pembawaan tercela belum mengakar dalam dirimu. Carilah penanggulangannya. Temukan obat untuk menghilangkan akhlak buruk dan tercela itu. Tempuhlah jalan untuk memadamkan api pengobar syahwat dan ghadhab." 

Kedua, Imam al-Khuamyni r.a. menjelaskan bagaimana menanggulangi akhlak buruk dan tercela ini setelah memohon pertolongan Allah SWT dan meminta taufik dari-Nya. Ia berkata: "Penanggulangan yang paling utama untuk menanggulangi kerusakan akhlak ini adalah apa yang disebutkan para ulama akhlak dan ahli suluk. Engkau perhal i kan satu pembawaan yang engkau lihat dalam dirimu dan bangkitlah dengan keteguhan hati untuk menentang nafsu itu untuk selama-lama nya. Lakukanlah sesuatu yang bertentangan dengan apa yang diinginkan dan dituntutnya darimu.” 

" Bagaimanapun, mintalah taufik kepada Allah SWT agar Dia menolongmu dalam jihad ini. Tidak diragukan, hahwa akhlak buruk ini akan hilang dalam waktu yang tidak lama serta setan dan bala tentara nya akan lari dari parit ini, lalu posisi mereka ditempati oleh bala t en tara ar-Rahman." 

"Misalnya, akhlak tercela yang menyebabkan kebinasaan seseorang, mendatangkan himpitan dalam kubur, dan menyiksa orang itu di alam dunia dan alam akhirat. Akhlak buruk kepada penghuni rumah, tetangga, teman sejawat, atau pekerja pasar dihasilkan olehghadhab dari syahwat. Apabila manusia mujahid berpikir tentang ketinggian dan keluhuran, maka ia ketika menghadapi sesuatu yang tidak diinginkan yang menyebabkan api ghadhab membara untuk membakar batin dan mengajaknya pada perbuatan keji dan perkataan buruk harus melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nafsu, selalu mengingat akibat buruk dari perilaku ini, melaknat setan di dalam batin, dan memohon perlindungan kepada Allah SWT darinya" 

"Aku berani memberikan jaminan kepadamu, bahwa kalau engkau menempuh cara ini dan mengulanginya beberapa kali, maka akhlak buruk itu akan berubah sama sekali dan akhlak baik akan menempati alam batinmu. Namun, jika engkau berbuat sesuai hawa nafsu maka, mungkin saja, hal itu membinasakanmu di alam ini. Aku berlindung kepada Allah SWT dari ghadhab yang membinasakan manusia dalam satu masa di alam dunia dan alam akhirat. Ghadhab itu kadang-kadang semoga Allah tidak memperkenankan mendorong untuk membunuh orang lain. Mungkin saja, ketika dikuasai ghadhab, seseorang berani melanggar aturan-aturan Ilahi, sebagaimana kita lihat sebagian orang menjadi murtad karena dorongan ghadhab. Para filosof berkata, 'Kapal yang diterpa gelombang lautan yang mengganas tanpa kapten, tentu lebih dekat pada keselamatan daripada manusia yang dikuasai ghadhab. Atau, jika engkau-semoga Allah tidak memperkenankan—termasuk orang-orang yang suka bertengkar dalam diskusi-diskusi ilmiah, seperti kita para pelajar dan dikuasai perilaku buruk ini, maka lakukanlah sesaat perbuatan yang bertentangan dengan nafsumu. Apabila engkau terlibat perdebatan dengan seseorang di suatu forum dan engkau melihat bahwa ia berkata benar, maka akuilah kesalahanmu dan terimalah pendapat yang sebaliknya. Diharapkan perilaku tercela ini akan hilang dalam waktu sekejap." 

"Semoga Allah tidak berkenan untuk menimpakan kepada kita ucapan ahli ilmu dan orang yang mengaku memiliki mukasyafah yang mengatakan,' Telah tersingkap kepadaku melalui suatu mukasyafah bahwa pertengkaran penghuni neraka yang diberitakan Allah S W T adalah pertengkaran di antara ahli ilmu dan ahli hadis. " 

Jika seseorang meyakini kesahihan hal ini, maka ia harus berusaha sebanyak mungkin untuk menghilangkan perangai ini." 

"Diriwayatkan dari banyak ulama bahwa mereka berkata, 'Pada suatu hari, Rasulullah saw. keluar menemui kami, sementara kami sedang bertengkar tentang suatu perkara agama. Beliau pun sangat marah, padahal beliau tidak pernah marah seperti itu sebelumnya. Kemudian, beliau berkata, 'Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa hanya dengan ini. Tinggalkanlah pertengkaran, karena orang Mukmin tidak pernah bertengkar. Tinggalkanlah pertengkaran, karena orang yang bertengkar sempurna kerugiannya. Tinggalkanlah pertengkaran, karena orang yang bertengkar tidak mendapatkan syafaat pada Hari Kiamat. Tinggalkanlah petengkaran, karena aku melihat tiga buah rumah di surga; di taman, di tengah, dan di atasnya, untuk orangyang meninggal kan pertengkaran, padahal ia benar. Tinggalkanlah pertengkaran .karena hal pertama yang dilarang Tuhanku dariku setelah penyembahan beri ia la adalah pertengkaran. (Bihar al-Anwar, jil.2, hal. 138)' 

"Dari beliau juga diriwayatkan, 'Seorang hamba tidak menyem purnakan hakikat keimanan sebelum ia meninggalkan pertengkaran, walaupun ia pihak yang benar. (ibid, hal. 139)' 

"Hadis-hadis tentang hal ini banyak sekali jumlahnya. Betapa buruk kalau seseorang mengharamkan syafaat Rasulullah saw. melalui peria rungan parsial yang tidak mendatangkan hasil dan pengaruh apa pun Betapa buruk berubahnya mengingat-ingat ilmu yang merupakari ibadah dan ketaatan paling utama bila disertai niat yang benar menjadi kemaksiatan terbesar dengan pertengkaran dan menjadi setingkat de ngan penyembahan berhala." 

"Bagaimanapun, seseorang sebaiknya mulai memandang akhlak buruk sebagai sebuah pelajaran dan mengeluarkannya dari pembawaan ruhnya dengan menentang nafsu. Ketika perampas itu keluar, pemilik rumah sendiri datang. Ketika itu, ia tidak membutuhkan kesusahan yang lain atau janji-janji." 

Ketika jihad melawan nafsu pada maqam ini telah sempurna, sese-orang diberi taufik untuk mengeluarkan Iblis dari kerajaan ini, dan kerajaannya menjadi tempat kediaman para malaikat Allah dan tempat penyembahan hamba-hamba-Nya yang salih. Maka perjalanan spiritual (suluk) menuju Allah menjadi mudah, jalan kemanusiaan yang lurus menjadi jelas, pintu-pintu keberkahan dan surga-surga dibuka untuknya, pintu-pintu neraka Jahanam ditutup baginya, dan Allah SWT memandangnya dengan mata kelembutan dan rahmat. Ia menempuhjalan ahli keimanan dan menjadi termasuk ahli kebahagiaan dan ashhab al- yarnin. Dibukakan untuknyajalan menuju makrifat-makrifat Ilahi yaitu tujuan diciptakannya jin dan manusia dan Allah SWT memegang tangannya dijalan yang dikelilingi marabahaya ini." 

"Kami ingin menunjukkan maqam nafs ketiga dan cara berjihad melawannya. Kami juga ingin mengingatkan akan tipu daya setan pada maqam ini." Sebab, telah kami sebutkan sebelumnya bahwa terdapat surga dan neraka perbuatan, surga dan nereka pembawaan, dan surga dan neraka adz-dzat (diri). "Namun, kami tidak memandang maqam ini sejalan dengan hal tersebut. Oleh karena itu, kami palingkan pandangan darinya. Aku memohon taufik dan keteguhan kepada Allah SWT untuk menulis sebuah risalah khusus tentang masalah ini." 

Ini merupakan penutup pembahasan tentang hadis pertama, yaitu hadis Jihad an-Nafs (jihad melawan hawa nafsu) dari kitab al-Arbauna Hadltsan karya Sayyid Imam Khomeini r.a.. Segala puji bagi Allah di awal dan akhir, secara lahir dan batin.