فَاقَتُكَ لَكَ ذَاتِيَّةٌ وَوُرُوْدُ الأَسْبَابِ مُذَكِّرَاتٌ لَكَ بِمَا خَفِىَ عَلَيْكَ مِنْهَا وَالْفَاقَةُ الذَّاتِيَّةُ لاَ تَرْفَعُهَا الْعَوَارِضُ٠
“Kebutuhan kepada sesuatu adalah sifat asli (manusia). Adapun sebab-sebab yang menimpa manusia, merupakan tali pengikat yang tersembunyi dalam sifat aslimu itu. Kebutuhan yang asli tidak dapat dihilangkan oleh sesuatu yang bersifat sementara."
Apabila telah jelas bahwasanya nikmat ijad dan nikmat imdad itu adalah pemberian dari Allah swt, dan manusia pun memerlukan dua hal tersebut, maka itulah sifat aslinya manusia. Maka sifat membutuhkan sesuatu merupakan sifat yang mendasar bagi hidup manusia. Itulah yang dinamakan hajat hidup insan. Akan tetapi kebutuhan manusia itu memang tidak jelas (samar-samar). Akibatnya manusia sering lupa kepada nikmat yang sering diterima oleh-Nya. Terutama ketika manusia telah berada di dalam situasi lapang, maka ia merasa apa yang diperolehnya adalah hasil usahanya sendiri, bukan anugerah dan kenikmatan dari Allah Kadang-kadang pula kenikmatan itu dilupakan sama sekali.
Ketika manusia berperasaan seperti tersebut di atas, berarti ia telah lupa .itas semua kejadian. Namun demikian karena sifat aslinya manusia itu memerlukan bimbingan Allah swt ,maka kelalaiannya hanya sementara. Di saat ia sadar tentang dirinya sendiri sebagai hamba Allah yang membutuhkan petunjuk-Nya, akan tumbuh kembali rasa terima kasih si hamba atas kenikmatan yang diterima dari-Nya.
Manusia memang berada di atas dua kepentingan yang sudah menjadi kebutuhan pokoknya, yakni kebutuhan untuk kepentingan jasmaniah dan kebutuhan untuk kepentingan rohaniah. Kebutuhan jasmani berupa makan minum, pakaian dan tempat tinggal atau kebutuhan lain yang menunjang kebutuhan jasmaniah. Kebutuhan rohani berupa iman, akhlak dan semua yang menyangkut ketenangan hidup manusia.
Dua kebutuhan primer manusia ini adalah anugerah Allah yang asli dan mendasar yang sangat diperlukan oleh manusia. Manusia tidak dengan sendiri menghadirkan kebutuhan itu semua untuk dirinya, ia memerlukan sesuatu yang lain, seperti ilmu pengetahuan, kekuatan, kerjasama dari sesama manusia, dan lain-lain yang menunjang tercapainya kebutuhan manusia. Di atas segalanya itu manusia memerlukan kekuatan dan bantuan yang sama sekali tidak mungkin di usahakannya, itulah kenikmatan iman. Atau dengan kata lain manusia memerlukan Allah swt, karena segala yang dimiliki manusia adalah anugerah dari Allah swt jua. Di sinilah letak kebutuhan manusia untuk memelihara nikmat ijad dan nikmat imdad yang telah dianugerahkan Allah untuk hamba-hamba-Nya.
Memelihara nikmat Allah yang telah diterima manusia seperti nikmat ijad dan imdad, menunjukkan bahwa manusia sangat membutuhkan Allah swt dalam hidupnya. Tidak terlepasnya manusia dari nikmat Allah berarti tidak terlepasnya juga manusia dari Allah swt.
Sebenarnya memelihara hubungan antara manusia dengan Allah adalah untuk kepentingan manusia sendiri, bukan untuk kepentingan Allah swt. Jangan sampai hubungan dan kepentingan manusia kepada Allah hanya ketika ia dalam keadaan sulit (sempit) sedangkan ketika dalam keadaan senang (lapang) manusia lupa akan semua nikmat Allah kepadanya.
Para hamba Allah sebaiknya selalu mendekati Allah dan berhubungan dengan-Nya pada semua situasi dan dalam keadaan apapun. Syekh Ahmad Ataillah mengingatkan:
خَيْرُ اَوْ قَاتِكَ وَقْتٌ تَشْهَدُ فِيْهِ وُجُوْدََ فَاقَتِكَ وَ تَرِدُ فِيْهِ اِلَى وُجُوْدِ ذِلَّتِكَ٠
“Sebaik-baik waktu ketika hidupmu, ialah di waktu kamu mengakui akan kebutuhanmu (kepada Allah), dan kembali mengingat kerendahan dirimu."
Hamba Allah yang sadar akan keadaan dan asal dirinya, hendaklah mengakui, bahwa ia terus menerus memerlukan Allah swt yang mengatur seluruh hidupnya, dan satu-satunya tempat bergantung dan memohon pertolongan.
Manusia memerlukan Allah dan berhubungan dengan-Nya tidak hanya di waktu melakukan hubungan saja, umpamanya di waktu salat, puasa dan lain-lain ibadah, akan tetapi hamba Allah berhubungan dengan Allah di setiap waktu walaupun tidak sedang melakukan ibadah. Sebab Allah swt selalu mengontrol perbuatan manusia, melihat dan memberi arah kepada semua perbuatan manusia kepada jalan yang benar. Dengan menjadikan semua waktu itu bagi hamba Allah sebagai waktu yang terus menerus kontak dengan Allah swt, maka si hamba akan berada dalam tanggungan Allah serta mendapat perlindungan dari Nya. Salah satu cara yang perlu dijalankan, ke mana pun seorang hamba pergi selalu dalam keadaan zikrullah, apalagi dalam keadaan tidak batal wudu'. Sungguh adalah amal yang mulia untuk berbuat seperti itu.