Siapa Ibnu Taimiyah ? Beliau bernama Taojyuddin Abui Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Abdis Salam bin Abdullah bin Taimiyah Al Harami Hambaili.
Ketika kota yang ditempati Ibnu Taimiyah diduduki oleh tentara Tartar, ayahnya membawa lari ke Damaskus, di kota inilah ia dibesarkan.
Dalam lingkungan baru itu mempertemukannya dengan guru-guru besar (syeikh-syeikh), sejak itu ia mulai mengenal Ilmu Hadits yang sebelumnya di dasari dengan pengetahuannya tentang Al Qur-an sekaligus hafal. Kemudian diikuti pendalaman Ilmu Musnad Hadits, Kutubus Sittah (kumpulan shahih Bukhari, shahih Muslim, Sunan Ibnu Majjah, Jami' Abu Dawud, Jami' Turmudzi, Sunan An Nasai), kitab Mu'jam At Thabrani Al Kabir dan masih banyak lagi kitab serta manuskrip-manuskrip kecil dari para imam yang dipelajarinya. Maka tidak perlu diragukan akan keilmuan Ibnu Taimiyah dalam jajaran para pemikir Islam.
Sejak kanak-kanak ia telah menampung berbagai ilmu mempelajari Teologi Islam serta Ilmu Hukum Islam dari ayahdanya sendiri; kemudian memperdalam, meneliti dan memperdebatkannya. Ibnu Taimiyah tumbuh dalam lingkungan berbahasa Arab. Ia mempunyai pengetahuan yang luas tentang mempelajari Ilmu Tafsir Al Qur-an, Ilmu-Ilmu lain tentang Agama, Itmu Logika seria Ahli Berfatwa. Semua itu ia tempuh sebelum berusia 20 tahun.)
Rupanya Allah telah menganugerahkan kemudahan kepadanya dengan mempersembahkan berbagai karyanya dalam bentuk buku – buku ilmiah. Ibn Taimiyah memang orang yang tekun, kuat hafalan, kuat berzikir dan mudah menangkap pemahaman terhadap permasalahan, dan ia tidak mudah lupa.
Ketika berusia 21 tahun, ayahdanya mati. Dari situ memaksanya untuk lebih berdikari disertai keistimewaannya. Maka dalam waktu singkat nama Ibnu Taimiyah sudah dikenal dan dikagumi oleh kalangan intelektual Islam pada waktu itu.
Ibnu Taimiyah memiliki semangat baja dalam menyusuri perjuangannya. Petuah – petuahnya dirangkum dalam bentuk buku – buku kemudian disebar luaskan kepada umat manusia. Ia berdakwah mengikuti jejak ulama salaf yang saleh. Ia teguh menegakkan kewajiban agama ber amar ma’ruf serta melarang bid’ah dan munkar. Karena ketajaman pandangannya menempatkan dirinya sebagai panutan bagi siapa pun yang berjiwa pelopor kebangkitan dan kemajuan.
Ibnu Taimiyah amat terkenal dengan teori akal sehatnya, pandai memberi sorotan dalam setiap masalah dan tepat dalam setiap orientasi. Ia sering mengadakan observasi keagamaan baik dengan pertimbangan ratio atau nadriah, sehingga dapat diketahui dengan mudah hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. Ia berpandangan luas, pengupasan mendetil, berhujjah kuat, kesabaran yang indah dan samudera ilmu.
Al-Hafidz Ibnu Sayyidinas dalam kitabnya mengatakan: Ibnu Taimiyah seorang penemu garis Ilmu Pengetahuan dan Al-Qur’an, ia menguasai sunnah Rasulullah saw beserta atsar para sahabat. Jika Ibnu Taimiyah berbicara tentang tafsir Al-Qur’an, ia kuasai kandungannya secara mendalam, jika berfatwa tentang hukum fiqih maka menerobos pada permasalahan akhir yang tepat, jika ia menyinggung Hadits, memang ia ahlinya dan menguasai setiap perawi serta riwayatnya. Apabila berbicara tentang filsafat memang ia juru interpretasi filsafat yang bisa di andalkan. Ia mempunyai pandangan luas dan lebih tinggi nilainya dibanding orang - orang sebayanya. Jarang ada bandingan yang bisa diandalkan. Yang lebih mengagumkan, ia beijiwa merdeka meliputi pandangan, pendapat serta pertimbangan; tidak pernah memihak atau mementingkan pribadi atau golongan sendiri.
Tetapi akhir hidupnya membawa nasib lain, Allah mengujinya. Di Damaskus ia ditahan pemerintah setempat mulai bulan Sya'ban tahun 726 H sampai bulan Zulqa'dah tahun 728 H. Ibnu Taimiyah menderita sakit selama 27 hari, tetapi rakyat umum tidak mengetahui sakitnya. Rakyat baru tahu setelah tersiar berita kematian beliau, yakni pada tanggal 20 Dzulda'dah tahun 728 H, malam senin, atau tahun 328 M.