Perhatian Islam pada Potensi Alam dan Reboisasi

Dari Jabir ra. mengatakan: Bersabda Nabi saw:

 لاَيَغْرِسُ مُسْلِمٌ غَرْسًا ٬ وَلاَ يَزْرَعُ زَرْعًا ٬ فَيَأْكُلُ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلاَ دَابَّةٌ وَلاَ شَيْءٌ إِلاَ كَانَتْ لَهُ صَدَقَةٌ٠ 

"Tidaklah seseorang muslim menanam tanaman atau pepohonan lantas dimakan orang atau binatang atau siapapun, terkecuali kesemuanya terhitung sedekah bagi si penanam."(HR. Muslim) 

Tanamlah! Jangan kau tebang! Saya saksikan di banyak negara dunia masih banyak sekali hutan-hutan dan kebun- kebun. Di samping pohon adalah harta kekayaan dan keindahan. 

Juga banyak negara di dunia ini, menyelenggarakan upacara kenegaraan, dengan istilah: Hari Pohon Sedunia. 

Itu semua, wahai pemuda pemudi merupakan gebrakan baru di alam modern yang puluhan tahun lalu belum lahir di alam madani "peradaban". 

Rasul agung kita saw semenjak empat belas abad yang lampau telah memberi instruksi kepada kita, tertuang dalam surat wasiat agung ini, untuk "menanam" ... ekstensifikasi pepohonan (tasyjiir) ... penghijauan bumi (tahdhiir) ... penyuburan kehidupan (ba'tsul hayaat) di gunung-gunung dan bukit-bukit. 

Pemuda pemudi ... sesekali terkadang kita bersama keluarga mengunjungi Kebun Raya, atau taman rekreasi. Arena wisata yang penuh kilauan daya tarik. Aroma wewangian menerpa ke sana ke mari, serta pohon tinggi menjulang ... menyejukkan iklim. Karenanya, sekian di antara loyalitas kita dengan wasiat Nabi kita saw, adalah menjaga potensi alam tersebut. Juga kita pergunakan "nilai investasi"nya, tanpa harus menelantarkan atau bahkan merusaknya. Juga ... taman-taman kota beserta jalan-jalan, juga isinya yang berupa kebun-kebun dan pohon-pohon, di tengah dan di sampingnya. Menambah keindahan dan kecemerlangan, kebanggaan, dan daya tarik. Kesemuanya adalah salah satu lambang kemajuan dan peradaban sebuah bangsa. 

Maka, menjaga dan melestarikannya, merupakan kewajiban duniawi dan ukhrawi dalam konsep dien kita, kaum muslimin. Persoalannya sekarang tidaklah berhenti sebatas "reboisasi" dalam diametral ke-indahan dan hiasan-hiasan. Tapi bagaimana bisa mendayagunakannya agar memberi kontribusi optimal. Artinya, bagaimana bibit tanaman punya potensi menghasilkan buah (Imkaaniyah itsmaar). 

Juga kita pikirkan, bagaimana kontribusi ini tidak sebatas dinikmati manusia semata, bahkan kalau bisa sebagai supplay produksi untuk konsumen semua hewan di muka bumi yang diciptakan Allah Ta'ala. Sebagai perluasan jaringan gerakan sosial serta sasaran-sasarannya. 

Bahkan dalam lain hadis, Rasulullah saw sempat berwasiat bahwasanya barang- siapa sudah di atas ranjang kematian dan ada padanya bibit pohon kurma, padahal ia masih bisa menanam, hendaklah ia tanam.