مَتَى رَزَقَكَ الطَّاعَةَ وَالْغِنَى بِهِ عَنْهَا فَاعْلَمْ اَنَّهُ قَدْ اَسْبَغَ عَلَيْكَ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً٠
“Apabila Allah swt telah memberi rezeki kepadamu, berupa perasaan puas dalam melaksanakan ibadah secara lahiriah, dan merasa cukup kaya bersama Allah secara batiniah, hendaklah engkau ketahui,. bahwasanya dengan itu, Allah telah melimpahkan nikmat- Nya padamu lahir dan batin."
Hamba Allah itu dituntut dalam dua hal, yaitu teguh memegang perintah pada lahirnya, dan tetap berpegang dengan Allah dalam batinnya. Perbuatan seperti ini menunjukkan bahwa si hamba telah diberi rezeki oleh Allah dan karunia-Nya lahir dan batin.
Tidaklah seseorang dikatakan patuh dan taat kepada semua perintah Allah, apabila ia tidak berpegang teguh kepada perintah-perintah-Nya meninggalkan larangan-larangan-Nya. Keteguhan hati berpegang kepada perintah Allah, dan tidak mudah melepaskannya adalah syarat mutlak bagi orang yang arif dan makrifat mendekatkan diri kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya. Syarat dari datangnya pertolongan Allah itu adalah istiqamah atas semua yang diperintah dan semua yang dilarang.
Pemberian Allah berupa rezeki, ilmu, ketenangan jiwa, kesehatan jasmani, sangat erat dengan bagaimana seorang hamba mentaati perintah dan larangan Allah. Adalah mustahil pertolongan Allah itu diberikan kepada orang yang suka melanggar perintah dan menerjang larangan. Demikian juga apabila seorang hamba mengharapkan kepuasan dalam ibadah, akan tetapi ibadahnya acak-acakan, sebentar melaksanakan sebentar tidak, sebagian dikerjakan sebagian ditinggalkan. Bagaimana pula seorang hamba merasa cukup kekayaan lahir dan kekayaan batinnya, kalau hubungan dengan Allah tidak diperkaya dan tidak diperbanyak. Adalah sangat mustahil kalau seorang hamba ingin agar rezekinya dari Allah menjadi cukup, kalau hubungan dengan-Nya tidak ia cukupi.
Seorang hamba pernah berdoa kepada Allah, dan ia telah merasa apa yang ia sampaikan dan ia mohonkan kepada Allah sudah terlalu banyak, kemudian ia berhenti berdoa, lalu menunggu hasil doanya itu. Sementara ia pun tidak memperbagus ibadahnya, bahkan ibadahnya bertambah susut dari hari ke hari, dan beberapa perbuatan dosa dan pelanggaran perintah Allah sempat ia terjang. Sangat mustahil doa yang dipanjatkan akan diterima oleh Allah dengan cara demikian, sebab Allah bukanlah suatu lembaga pemerintah atau swasta tempat kita melamar pekerjaan, kemudian menunggu balasan lamaran itu, diterima atau ditolak.
Allah Maha Mengetahui keadaan semua hamba-Nya yang lahir dan yang batin secara langsung. Allah tidak perlu membaca riwayat hidup seseorang, sebab Dia adalah Maha Penguasa, Maha Mengetahui, Maha Melihat, Maha berilmu, tidak dapat dikelabui dari hal diri seseorang. Oleh karena itu seorang hamba yang memohon pertolongan Allah hendaklah ia istiqamah dengan permohonannya itu, menunggu dengan sabar, dan tetap melaksanakan amal ibadah dengan sempurna dan makin bernilai dan meningkat, maka dengan cara ini, sudah pasti Allah akan menurunkan rahmat untuknya, dan mengabulkan permohonannya.
Cara inilah yang akan memberi kepuasan seorang hamba dalam ibadah. Ia akan mendapat kekayaan batin dan kemantapan jiwa, serta kegembiraan dalam beramal. Ia telah memperoleh dan merasakan kenikmatan hidup lahir dan batin.