Menyampaikan Hajat Kepada Allah

 لاَ تَرْفَعَنَّ اِلَى غََيْرِهِ حَاجَةً هُوَ مُوْرِدُُهَا عَلَيْكَ فَكَيْفَ يَرْفَعُ غََيْرُهُ مََاكَانَ هُوَلَهُ وَاضِعًًا، مََنْ لاَ يَسْتَطِعُ اَنْ يَرْفَعَ حَاجَةً عَنْْ نَفْسِهِ ، فَكَيْفَ يَسْتَطِعُ اَنْ يَكُوْنَ لَهَاعَنْ غََيْرِهِ رَافِعًا٠ “

Jangan mencoba menyampaikan hajatmu kepada selain Allah. Dia pillah Dzat yang memberikan hajatmu, tidak mungkin kepada selain Allah hajatmu diterima, padahal Allah swt adalah pemilik dari pengatur semua hajat manusia. Orang yang tak mampu melenyapkan keperluan untuk dirinya, bagaimana ia akan mampu tidak memerlukan orang lain?". 

Apabila Allah swt menghendaki meluluskan keperluanmu, atau menurunkan rahmat pemberian untukmu, maka engkau akan menerimanya, tak seorang pun yang mampu menahannya. Demikian pula Allah swt bermaksud menahan pemberian-Nya kepadamu, in.ika pasti itu terjadi, siapa pun tidak akan mampu meniadakan kehendak Allah itu. 

Dengan tegas ditolak oleh syariat Islam, apabila ada muslim yang bermohon keperluannya, baik yang bersifat duniawi, ataupun yang bersifat ukhrawi, kepada yang bukan Allah. Permohonan kepada yang lnikan Allah, sama halnya dilaksanakan secara terang-terangan atau secara samar-samar, termasuk ke dalam perbuatan meminta pertolongan kepada yang bukan Allah. Perbuatan seperti ini dinamakan syirik. Apalagi kalau perbuatan syirik ini dibiasakan karena takut, karena resah gelisah, atau karena mempunyai keinginan agar cepat terlaksana. 

Menyampaikan hajat seseorang dengan membiasakan diri dengan sengaja maupun tidak, selain hukumnya syirik, ia sudah melibatkan dirinya ke dalam perbuatan khurafat, kotor dan menipu diri sendiri serta orang lain. Perbuatan khurafat lalu menjadi syirik, disebabkan jiwa manusia dan pengetahuan seseorang kosong dari pengertian iman yang sebenarnya. Perbuatan seperti ini dilakukan oleh orang-orang jahil dan dungu, karena akalnya tidak berperanan dan imannya kosong dari akidah yang murni. 

Mendatangi kuburan yang dianggap keramat, atau kuburan orang tua-i.ua yang semasa hidupnya alim dan saleh, atau kuburan Kiai yang semasa hidupnya memiliki kemampuan rohani dan makrifat kepada Allah yang tinggi, dan yang serupa dengan itu, sangat baik, apabila perbuatan ini, bermaksud ziarah untuk memanjatkan doa kehadirat Allah, bagi yang ada di dalam kubur itu. Hukumnya sunat. 

Akan tetapi apabila menziarahkan kuburan seperti itu dengan maksud menyampaikan hajat dari peziarah untuk keperluan pribadinya atau orang lain, maka perbuatan seperti ini hukumnya haram, karena perbuatannya termasuk mensyerikat Allah. Si hamba menyampaikan hajatnya dan meminta bantuan kepada yang bukan Allah. Termasuk dalam perilaku seperti ini, sama dengan perilaku menyembah berhala, karena menempatkan benda mati sebagai tempat bersandar dan tempat meminta. Selain Tuhan, berpengertian menempatkan kuburan itu sebagai Tuhan, atau benda-benda serta adat dan tradisi yang serupa dengan itu, tempat menyampaikan hajat manusia. 

Agama Islam mengatur hubungan abid dengan ma'bud (manusia sebagai hamba dengan Allah yang disembah), dengan ketentuan yang sudah dibakukan dalam akidah Islam (Aqaid), sesuai dengan wahyu Allah (Al-Qur'an dan Sunah Nabi Muhammad saw). 

Mengapa hajat kita dimintakan kepada benda-benda mati, atau kepada makhluk yang sama sekali tidak mampu menolong dirinya sendiri? Adalah sangat mustahil, sesuatu yang bukan Allah Rabbul Alamin bisa merubah nasib manusia, dan mengabulkan hajat yang diinginkan padahal benda atau tempat yang kita minta, tidak abadi, sewaktu - waktu rusak, atau berkarat, atau hilang, atau berubah bentuk karena telah tua. Allah swt Yang Maha Mulia dan Maha Agung tidak bersifat seperti itu. 

Agama Islam dan syariatnya menolak anggapan bahwa ruh orang mati sanggup mengabulkan permintaan orang hidup, dan mengajaknya berdialog, atau kadang-kadang masuk menyelusup ke dalam diri seseorang. Perbuatan seperti ini jelas-jelas berlawanan dengan akidah dan Tauhid Islam. Ajaran seperti ini berasal dari ajaran Hindu dan Kristen adanya keserupaan dan inkarnasi. Mendekati Allah seperti ini selain sesat, juga menyesatkan. 

Pada dasarnya semua perilaku seperti yang sudah disebut di atas termasuk menipu diri sendiri dan menipu orang lain, serta sangat menyesatkan, karena membuat orang menjadi bodoh. Oleh karena itu ingat kembali, ungkapan dari Syekh Ahmad Ataillah agar menyampaikan hajat diri kita semata-mata kepada Allah, jangan kepada yang bukan Allah. Jangan tertipu oleh kehebatan manusia atau benda dan makhluk lainnya, lalu kita mengikutinya dan menempatkannya sebagai tempat bergantung dan menyampaikan hajat kita.