Rasulullah saw bersabda, "Aku mendatangi pintu surga lalu aku minta dibukakan. Penjaga surga bertanya, 'Siapa engkau?' Aku menjawab, 'Muhammad.' Kemudian ia berkata lagi, 'Denganmu aku diperintahkan agar aku tidak membuka pintu surga untuk siapa pun sebelummu.( Di-takhrij-kan oleh Muslim (nomor 439), oleh Ahmad (nomor 12143))'"
Hadits ini mengandung beberapa masalah: Pertama: Ucapan Rasulullah, "Aku mendatangi pintu surga," maksudnya adalah pada hari kiamat ketika Allah menghimpunkan semua orang terdahulu dan terkemudian lalu Ia memutuskan perkara di antara mereka.
Kedua: Orang yang pertama masuk surga adalah Nabi Muhammad saw.
Ketiga: Surga mempunyai beberapa pintu. Terdapat hadits shahih dalam riwayat al-Bukhari dan yang lainnya bahwa surga memiliki delapan pintu.
Jadi, pintu-pintu surga ada delapan, sedangkan pintu-pintu neraka ada tujuh. Kita bermohon kepada Allah agar Ia memasukkan kita dari pintu-pintu surga. Jarak antara dua daun pintu surga sebagaimana yang tersebut dalam hadits shahih adalah sebagaimana jarak antara Shan'a dan Ailah (Diriwayatkan oleh al-Bukhari (nomor 6433), Muslim (nomor 5948)). (Shan'a adalah ibukota Yaman sedangkan Ailah adalah Baitul Maqdis).
Para ulama bertanya-tanya: Apakah terdapat pintu-pintu lain di surga selain pintu-pintu yang umum? Yang benar, di sana terdapat pintu-pintu di dalam bagian milik seorang hamba di dalam surga.
Keempat: Walaupun Rasulullah saw paling akhir diangkat menjadi rasul, tetapi Allah memuliakan beliau dengan menjadikannya sebagai orang pertama yang masuk surga. Kemudian setelah beliau masuk, lalu masuklah para nabi sesuai tingkatan mereka.
Imam Ibn al-Qayyim bertanya-tanya tentang bagaimana mempertemukan antara firman Allah SWT, "Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian kerjakan." (QS. az-Zukhruf: 72) dengan sabda Nabi, "Tidak akan masuk surga salah seorang dari kalian dengan amalnya.( Di-takhrij-kan oleh al-Bukhari (nomor 6316))"
Jawaban yang benar secara ringkas adalah bahwa masuk surga itu tidak diperoleh karena amal perbuatan, melainkan hanya dengan rahmat Tuhan Yang Paling Penyayang. Maka barangsiapa yang tidak mendapatkan rahmat Allah, ia tak akan masuk surga. Sedangkan masuknya seseorang di tingkatan-tingkatan tertentu di dalam surga adalah dengan amal-amalnya berdasarkan firman Allah SWT, "Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian kerjakan." (QS. az- Zukhruf: 72)
Allah SWT berfirman tentang pintu-pintu surga:
Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu- pintunya telah terbuka, (QS. az-Zumar: 73)
dan berfirman tentang pintu-pintu neraka dalam ayat:
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya. (QS. az-Zumar: 71)
Jadi, Ia menambah kata waw di dalam pintu-pintu surga karena ia telah dibuka sebelum mereka (calon-calon penghuninya) sampai ke sana. Ini merupakan penghormatan bagi mereka. Dan Ia menghinakan penghuni neraka dimana ia biarkan mereka menunggu di pintunya. Jadi, pintu neraka belum dibuka hingga mereka sampai ke sana.
Kelima: Apakah surga itu sekarang telah ada atau belum?
Yang benar menurut Ahlussunnah adalah bahwa surga itu telah ada dan telah diciptakan. Kaum Mu'tazilah mempunyai pendapat yang berbeda tentang hal itu. Mereka mengatakan bahwa surga akan diciptakan nanti. Mereka berdusta, karena surga telah ada sekarang.
Syekh Hafizh bin Ahmad al-Hikami mengatakan:
Neraka dan surga adalah hak.
Keduanya telah ada, tak ada kebinasaan bagi keduanya.
Keenam Apakah mirgn dan neraka itu akan binasa?
Menurut pendapat yang shahih, keduanya tak akan binasa. Tetapi sebagian ulama Mu'tazilah seperti al-'Allaf, an-Nazhzham, dan lain-lainnya berpendapat bahwa surga dan neraka akan binasa. Pendapat mereka ditolak oleh kaum Ahlussunnah. Yang benar, penghuni surga akan kekal di dalam surga tanpa akan mati dan penghuni neraka pun akan kekal di dalam neraka tanpa akan mati. Allahlah tempat memohon pertolongan.
Ketujuh: Di dalam hadits tersebut dikatakan bahwa penjaga surga bertanya, "Siapa engkau?" Para ahli ilmu berpendapat bahwa di dalamnya terdapat petunjuk mengenai adab minta izin di dalam Islam yaitu apabila Anda mengetuk pintu kemudian pemilik rumah bertanya tentang nama Anda, maka Anda harus memberitahukannya (menyebutkannya). Rasulullah saw apabila meminta izin kemudian beliau ditanya, maka beliau menjawab, "Aku fulan."
Beliau meminta kepada para sahabat agar setiap orang menyebutkan namanya jika ditanya.
Di dalam hadits shahih disebutkan bahwa Jibril mengetuk langit, kemudian mereka bertanya, "Siapa?" Ia menjawab, "Jibril." Mereka bertanya lagi, "Siapa yang bersamamu?" Ia menjawab, "Muhammad." Mereka lalu menyambut, "Selamat datang atasmu dan atas orang yang bersamamu.( Ibid, (nomor 3800).)"
Di dalam Shahih al-Bukhari disebutkan bahwa suatu ketika Jabir meminta izin dengan mengetuk pintu Nabi saw. Maka beliau bertanya, "Siapa?" Jabir menjawab, "Aku." Kemudian Rasulullah membuka pintu dan mengatakan, "Aku, aku.( Ibid, (nomor 6107))" Tampaknya beliau tidak menyukainya karena dengan hanya mengatakan, "Aku," masih samar. Jadi, Anda harus menyebutkan nama Anda.
Para ahli ilmu mengatakan bahwa seandainya seseorang menyebutkan nama julukannya maka itu boleh, bila ia menyebutkan namanya juga boleh, dan jika ia menyebutkan gelarnya juga tidak salah. Jadi, syaratnya adalah panggilan yang dikenal oleh orang.
Kedelapan: Beliau mengatakan, "Muhammad." Ini salah satu dari nama-nama beliau. Beliau mempunyai nama-nama lain yang terdapat di dalam nash-nash. Di antaranya adalah Ahmad. Kata ini terdapat di dalam Al-Qur'an di dalam firman Allah SWT tentang Nabi Isa as, "Dan memberi kabar gembira dengan [datangnya] seorang rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad." (QS. ash-Shaff: 6). Selain itu al-'Aqib yang artinya orang-orang dikumpulkan di belakangnya. Kemudian al-Mahi yang berarti dengannya Allah menghapus apa yang sebelumnya. Setelah itu al-Hasyir yang artinya Allah mengumpulkan manusia di hadapan beliau.
Hassan mengatakan:
Nama beliau diambil dari nama-Nya untuk mengagungkannya.
Pemilik 'Arsy adalah Mahmud sedangkan beliau ini Muhammad.
Nabi saw bersabda, "Tidakkah kalian tahu bagaimana Allah memalingkan dariku celaan orang-orang musyrik? Sesungguhnya mereka mencela sedangkan aku adalah Muhammad (orang yang terpuji).( Diriwayatkan oleh al-Bukhari (nomor 3457))"
Beliau juga memiliki sebutan Abu al-Qasim. Yang menamakan beliau Muhammad sebagaimana keterangan para ahli sirah adalah Abdul Muththalib, kakek beliau.
Kesembilan: Ucapan beliau, "Kemudian aku minta dibukakan," artinya adalah bahwa beliau mendapati surga ketika itu tertutup walaupun Allah mengatakan sebagaimana yang telah disebutkan, "Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintu- nya telah terbuka." (QS. az-Zumar: 73) Lalu bagaimana mengga-bungkan (mempertemukan) kedua perkataan ini?
Jawabannya adalah ada yang berpendapat bahwa Rasulullah datang sebelum pintu surga dibuka sehingga beliau minta dibukakan, lalu pintu surga pun dibuka. Kemudian orang-orang datang ketika pintu surga telah dibuka bagi mereka.