Etika Makan
Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw, beliau bersabda:
الْبَرَكَةُ تَنْزِلُ وَسَطَ الطَّعَامِ ٬ فَكُلُوا مِنْ حَافِتَيْهِ ٬ وَلاَ تَأْكُلُوا مِنْ وَسَطِهِ٠
"Sesungguhnya barakah akan turun di tengah makanan, maka makanlah dari pinggir, dan janganlah kalian makan dari tengah." (HR. Abu Turmudzi, an-Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban)
Juga diriwayatkan dari Amru bin Abi Salmah ra. ia mengatakan:
كُنْتُ غُلاَمَا حَدَنًا فِي حِجْرِ رَسُوْلُ اﷲِ ص٠م كَانَتْ يَدِى تَطِيْشُ فِي الصَّحْفَةِ٬ فَقَالَ لِى ׃ يَاغُلاَمٌ ٠٠٠ سَمِّ اﷲَ٬ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ ٬ وَكُلْ مِمَّايَلِيْكَ٠
"Ketika masih balita saya pernah duduk di pangkuan Rasulullah saw, sementara tanganku menggerayang ke sana kemari dalam piring. Maka berkatalah beliau kepadaku: Wahai anak... Sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang ada di hadapanmu."
Barakah dan etika, dua teman dekat nabawi kali ini. Apa maksud barakah?
Barakah, adalah rahmat dari Allah yang diturunkan buat hamba-hamba-Nya yang mukmin, menelusup sampai relung-relung perasaan. Mereka lihat dengan mata hati sebelum dengan mata kepala. Mereka dengar dengan getaran hati sebelum dengan telinga, dan mereka nikmati dengan jiwa dan ruh sebelum dengan lidahnya.
Bukti bahwasanya rahmat turun dari Allah Ta'ala, adalah sepatah kata dari Rasulullah saw: turun. Sebab kata-kata turun, tidaklah mungkin terkecuali dari atas ketinggian (a'laa). Dan 'uluzvw (ketinggian), »lalam pengertian nabi, sebatas tertuju pada d zat ilahiyah semata.
Barakah, adalah makna yang tak punya ujud (metafisik). Ia merupakan vitamin bagi jiwa (ruh). Ruh seorang mukmin yang menghantarkan kepada Allah Ta'ala. Dan setiap penyebutan nama Allah di kala makan dan minum, juga seluruh aktivitas yang dilakukan anak Adam, akan melipatgandakan barakah, kebaikan, dan menghalangi keburukan.
Bersabda Nabi saw:
كُلُّ عَمَلٍ لاَيُبْدَأُ بِسْمِ اﷲِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ خَدَّاجٌ٠
"Semua aktivitas yang tidak dimulai bismillahirrahmanirrahim, maka ia terputus."
Terputus di sini maksudnya dihilangkannya barakah.
Sebagaimana sabda beliau yang lain:
الْمُؤْمِنُ يَأْكُلُ بِمَعِى وَاحِدٍ وَالشَّيْطَانُ بِسَبْعَةِ أَمْعَاءٍ٠
"Seorang mukmin, makan dengan satu usus. Sebaliknya setan, makan dengan tujuh ususnya."
Kenapa? Sebab seorang mukmin menyebut nama Allah di kala memulai makan, sehingga barakah akan menyertai, jiwa dan raganya puas. Merasa kenyang dari yang sedikit, mewaspadai indra dari bahaya berlebihan.
Adapun lainnya, diserupakan setan. Sebab ia tak merasakan pengaruh barakah, rakus, tidak merasa kenyang. Tidak puas air, seolah ia berusus tujuh.
Dan di antara etika adalah kalian makan dari yang ada di hadapan kalian. Dari yang terdekat di meja hidangan, dengan tidak gegabah dan kelewatan, serius menjaga kebersihan dan aturan.
Dan Islam wahai pemuda - pemudi ingat antusias terhadap etika sosial, dalam setiap aspek kehidupan, setiap hentakan gerakan dan di semua aktivitas.
Orang Barat terpelajar, sekarang mengenal istilah yang dikenal dengan Proto kolat, yaitu katalugus yang berisi etika makan, minum, berbicara, bermajlis, berkunjung, pamitan, bertemu, dan lain-lain. Kesemuanya punya kaidah dan norma-norma.
Namun kesemuanya tak terkecuali jauh di bawah etika Islam, tunduk di bawah kedua telapak kakinya, kerdil dan berkerut. Sebab kesemuanya datang secara sporadis, terlambat sekian generasi. Lagi pula ia me¬rupakan spontanitas invalid.
Sadarkah kalian wahai pemuda-pemudi tujuan luhur nasihat nabawi ini?