كَيْفَ يَشْرَقُ قَلْبٌ صُوَرَ الأَكْوَانِ مُنْطَبِعَةً فِىْ مِرْآتِهِ اَمْ كَيْفَ يَرْحَلُ اِلَى اﷲِ وَهُوَ مُكَبَّلٌ بِشَهَوَاتِهِ اَمْ كَيْفَ يَطْمَعُ اَنْ يَدْْخُلَ حَضْرَةَ اﷲِ وَهُوَ لَمْ يَتَطَهَّرْ مِنْ جَنَابَةِ غَفَلاَ تِهِ اَمْ كَيْفَ يَرْجُوْ اَنْ يَفْهَمَ دَقَائِقَ الأَسْرَارِ وَهُوَ لَمْ يَتُبْ مِنْ هَفَوَاتِهِ ٠
"Betapa hati manusia akan menyinarkan cahaya, bila cermin hati kita masih memantulkan beraneka macam gambaran tentang alam kmakhlukan? Betapa seorang hamba mampu menjumpai Allah, padahal ia terbelenggu ke dalam syahwat. Bagaimana mungkin seorang hamba dengan keinginan kerasnya untuk masuk ke hadirat Allah, padahal ia belum bersih darijanabat kelalaiannya. Bagaimana mungkin seorang hamba mampu memahami berbagai nihasia yang halus-halus, padahal ia belum juga bertobat dari kesalahannya."
Dua hal tersebut di atas tentu saja sangat mustahil dikumpulkan menjadi satu. Bahkan orang akan keheranan, apabila ada orang yang menghendakinya berbinar-binar cahayanya, padahal ia sendiri belum nwmpu memisahkan diri dari gambaran dunia yang mengasyikkan, tidak mungkin cahaya Allah itu dapat ditangkap untuk menghiasi hati nya, apabila cermin hatinya masih tertutup oleh kegelapan dunia.
Karena cermin hati itu dapat cahayanya apabila telah mendapat sinar keimanan.
Peranan yang perlu diperhatikan oleh seorang hamba dalam langkah-langkah menghidupkan iman dan ketakwaannya kepada Allah, tidak lain adalah melenyapkan kendala yang menutup pintu hati kita berupa perbuatan maksiat, kedurhakaan, kesenangan duniawi yang berlebih-lebihan, dan semua amal perbuatan yang dapat menghambat seorang hamba mendekati Allah Swt. Untuk memperoleh derajat seorang muttaqin maka seorang hamba hendaklah terus menerus mengadakan kontak dengan Allah di waktu dan keadaan apa pun, memohon hidayah dan pimpinan dari Allah yang mengetahui segala sesuatu yang terang-terang ataupun yang tersembunyi. Seperti firman Allah Swt dalam surat Al Baqarah ayat 282: "Dan bertakwalah kepada Allah, Dialah yang akan memimpin kamu, dan Allah atas setiap sesuatu Maha Mengetahui." Diriwayatkan pula dalam suatu kabar: "Barangsiapa mengamalkan sesuatu yang telah diketahui, maka Allah m akan mewariskan kepadanya ilmu pengetahuan yang belum ia ketahui."
Adapun segala yang wujud di dunia semuanya serba gelap. Pemberi cahaya terang kepada yang gelap itu adalah Al Haq (Tuhan Pemelihara Alam semesta). Barangsiapa melihat wujud Allah di alam semesta ini, akan tetapi ia belum menyaksikan Al Haq itu di dalam alam semesta ini, atau pada dirinya sendiri, atau sebelumnya atau sesudahnya (baik itu mikro kosmis atau makro kosmos), maka pastilah cahaya itu telah menyilaukannya, sehingga pemandangannya terhalang dari sinar makrifat karena kabut yang ada di sekitarnya."
Seluruh benda yang ada di alam makro ini asalnya tidak ada (dalam keadaan gelap) - tidak nampak pada pandangan mata manusia- Selanjutnya benda-benda di alam makro itu lalu menjadi ada, dan menunjukkan dirinya dengan jelas dan terang (mengeluarkan cahayanya), sehingga cahaya itu pun menjadikan alam ini nampak dengan jelas dan terang. Dari mana cahaya dan siapa yang meletakkan cahaya itu di alam ini? Tidak lain Dia adalah Al-Haq (Wujud dan Benar) yang Maha Kuasa dan Memelihara serta Maha Kaya dan Maha Luas Ilmu-Nya. Allah Swt mewujudkan benda-benda di alam semesta ini sebagai perwujudan bekas dari wujud Allah Swt sendiri. Manusia dapat melihat adanya Allah Swt dengan melihat dan menikmati bekas ciptaan Allah dari semesta alam. Apabila ia tidak mampu melihat Allah dari hasil ciptaan yang Maha dahsyat ini, maka sesungguhnya pandangan matalahir dan pandangan mata batinnya sedang tertutup, atau sengaja menutup penglihatannya sendiri, karena tidak ingin mengenal Allah Swt.
Mata dan pandangan orang beriman dan yakin kepada iman yang dimilikinya, akan memandang alam semesta dan seluruh benda yang ada di dalamnya, menjadi bukti adanya Allah Swt. Bagi orang beriman cukuplah alam semesta ini sebagai bukti yang sulit untuk dipungkiri. Akan tetapi apabila ada hamba Allah tidak melihat wujud Allah dari hasil ciptaan yang maha dasyat ini, maka jelas mata hatinya masih tertutup rapat, dan rohaninya beku, tidak mampu melihat wujud Allah pada wujud alam semesta.
Abu Hasin Asy-Syadzili menerangkan tentang penglihatan manusia, “Melihat Allah itu hanya dengan penglihatan iman dan yaqin. Allah Swt telah memperkaya alam semesta ini dengan dalil yang kokoh tentang wujud-Nya, alam ini telah menjadi burhan (penjelasan yang kokoh pula) sebagai tanda dari ciptaan Allah Swt. Oleh karena memandang alam semesta ini tidak lain hanya dengan mata keimanan dan keyakinan sepenuhnya.”
Cahaya Allah aken menembus seluruh yang ada dalam rongga dada manusia, selama manusia berkehendak mencari dan menemukan Allah. Kendala yang menjadi penyebab terhalangnya seorang mukmin mendekati Tuhannya, adalah dosa dan maksiat, yang menggelapkan hati sanubari. Kebersihan dan kesucian kalbu adalah cara yang paling dekat dan sangat berharga serta dipelihara kemurniannya, agar sinar Allah (nurullah) bertahta terus menerus dalam hati dan jiwa orang beriman.
Rahasia Allah di alam semesta ini dapat dipetik oleh orang beriman dan dijadikan penerang bagi kalbunya, sehingga si hamba memperoleh makrifatullah.