Hikmah yang terkandung dalam shalat ialah bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada manusia. Rasulullah sendiri selalu menjalankan shalat malam, sampai kedua kaki beliau membengkak. Ketika beliau ditanya : “Kenapa anda berbuat demikian, bukankah Allah telah memberi ampunan kepada anda tentang dosa-dosa yang telah lalu dan yang akan datang?”
Rasulullah menjawab pertanyaan itu dengan kata-kata berikut:
افلا اكون عبدا شكورا
“Bukankah kalau begitu saya termasuk hamba yang bersyukur?”
Oleh karena itu, setiap orang yang menjalankan shalat pada tiap raka’at selalu membaca surat Al-Fatihah yang dimulai dengan ‘Alhamdu Lillahi Rabbi Al-‘Alamina’ (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam). Begitu pula dengan I’tidal(berdiri sesudah ruku’) seseorang harus membaca kalimah do’a yang bunyinya ‘Sami’a Allahu LimanHamidah(Semoga Allah mendengar orang yang memujinya. Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji).
Dengan menjalankan shalat berarti seseorang telah melaksanakan kewajiban bersyukur kepada Allah. Apabila seseorang telah terbiasa melakukannya, maka pengertian bersyukur ini akan dilakukannya terhadap masyarakat. Oleh karenanya, akan berbakti kepada kedua orang tuanya, dan kepada orang lain yang berbuat baik kepadanya.
Rasulullah SAW telah bersabda selaras dengan pengertian di atas :
من لم يشكر الناس لم يشكر الله (رواه الترمذى
“Barangsiapa yang tidak bersyukur terhadap manusia, maka berarti ia pun tak bersyukur terhadap Allah”( Hadits riwayat Turmudzi).
Bersyukur adalah pekerti yang luhur. Karena syukur dapat menanamkan rasa cinta, dan memberikan dorongan untuk berlaku baik. Banyak sekali orang-orang yang berbuat kebajikan karena ingin mendapat pujian orang-orang yang berbuat kebajikan karena ingin mendapat pujian terhadap perbuatan baik yang dilakukannya apabila rasa syukur sudah tidak ada pada seseorang, maka dorongan untuk berbuat kebajikan pun akan lenyap dari dirinya.