Ada sementara orang ketika tertimpa suatu musibah (Tasliyah Ahlul Mashaib, oleh Imam Abu ‘Abdillah Muhammad ibnu Muhammad Al-Mambaji Al-Hambali), ia bersikap mengingkari Tuhan dan mengingkari takdir serta menuduh Allah telah menghendaki kerusakan pada dirinya. Terkadang, ia pun mengingkari semua norma-norma kebaikan. Mereka menyangka dirinya telah ditakdirkan untuk sengsara. Oleh karenanya, tanpa malu-malu lagi ia mengatakan semua perbuatan yang diharamkan dan dosa.
Suatu musibah memang bisa berakibat fatal jika menimpa jiwa yang tidak dipersenjatai dengan iman yang kuat. Di samping itu akan mengakibatkan sakit badan atau jiwa; terkadang bisa membuat orang tersebut tidak dapat menghadapi kenyataan hidup. Banyak sekali kejadian bunuh diri akibat datangnya suatu musibah, terutama di kalangan orang-orang yang lemah iman dan berjiwa kosong.
Orang-orang yang mengingkari Tuhan dan mengingkari bahwa apa yang sedang menimpa dirinya adalah kodrat Allah, berarti iman mereka itu masih dangkal dan belum meresap ke dalam hati sanubari. Bahkan ibadah yang mereka lakukan sehari-hari, justru karena ada suatu yang diharapkan selain ibadah karena Allah. Pada hakikatnya mereka belum memahami arti agama secara benar, dan belum memahami arti ibadah untuk mengejar kebahagiaan di akhirat nanti. Setiap Islam menuju kebaikan keridhaan Allah, tidak mudah ditempuh dengan begitu saja. Tetapi dalam mengejar keridhaan dan pahala Allah, terkadang seseorang diuji dengan suatu musibah.
Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an :
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia adalah keadaan begitu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata”. (QS. 22 : 11)
Sebagian orang ada yang keyakinan agamanya sangat tipis. Apabila tertimpa sesuatu yang membuatnya senang, seperti harta benda, kesehatan dan anak istri, ia merasa senang dan tetap beriman. Tetapi apabila Allah menguji dengan musibah dan malapetaka, baik mengenal harta benda, anaknya atau kesehatannya, ia berbalik menjadi ingkar terhadap Allah. Akhirnya, ia menjadi orang yang rugi baik di dunia maupun di akhirat nanti. Padahal, Allah telah menjanjikan bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi musibah dengan surga yang abadi.
Posting Komentar untuk "Mengalami Musibah"