Akhlak yang Baik dan Mulia

Dalil firman Allah berfirman mengenai akhlak yang baik dan mulia yang dimiliki Rasulullah, "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (Ali Imran [3]:159)

Ketika beliau telah berakhlak dengan akhlak Allah, maka Allah berfirman, "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (al-Qalam [68]:4)

Dalam hadits nabi mengenai akhlak yang baik dan mulia dari Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr dia berkata, “Tidak pernah Rasulullah melakukan perbuatan keji dan berkata kotor. Beliau berkata, 'Sesungguhnya sebaik-baiknya kalian di sisi Allah adalah yang paling baik akhlaknya.'" (HR. Bukhari-Muslim)

Hadits yang lain tentang akhlak yang baik dan mulia adalah merupakan timbangan amal yang tinggi, Diriwayatkan oleh Abu Darda, Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada sesuatu yang paling berat bagi timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia. Sesungguhnya Allah membenci orang yang melakukan perbuatan keji dan berkata dengan kata-kata yang kotor." (HR.Tirmidzi)

Hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Dzar menegaskan kepada kita untuk takut kepada Allah apabila kita mengerjakan akhlak yang buruk dan segera melakukan perbuatan atau akhlak yang baik dan mulia yang artinya sebagai berikut :

Rasulullah saw berkata kepadaku, "Takutlah kepada Allah di manapun kamu berada dan apabila kamu telah melakukan suatu perbuatan yang buruk segeralah melalukan perbuatan yang baik, karena perbuatan yang baik akan menghapuskan perbuatan buruk tersebut dan bergaullah kepada manusia dengan akhlak yang baik. " (HR. Tirmidzi). 

Hadits hasan shahih. Dia bernama Jundub bin Janadah al-Qifari, salah satu sahabat senior, salah satu sahabat yang pertama masuk Islam. Dia orang yang beranggapan bahwa orang-orang miskin boleh menikmati harta orang kaya. Ketika hal itu dilaporkan oleh Usman bin Affan, dia memerintahkan Abu Dzar untuk pergi ke Rabdzah (dekat Madinah), di sana dia tinggal sampai meninggal dunia, tahun 32 H, dia seorang yang berakhlak mulia, harta yang banyak atau sedikit tidak membuatnya sedih.

Hadit lain masih membahas tentang akhlak yang baik dan mulia dan derajat yang tinggi. Hadits ini diriwayatkan oleh Aisyah radhiallahu'anha, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, 

"Seorang mukmin dengan akhlak yang baik akan mencapai derajat orang yang ahli puasa dan orang yang ahli ibadah." (HR. Abu Daud, Ibn Hibban, Tirmidzi dan Hakim) 

Diriwayatkan oleh Ibn Mubarak rahimahullahu ta'ala berkata, akhlak yang baik adalah wajah yang berseri-seri, melakukan kebaikan dan menahan diri dari perbuatan buruk.”

Imam Ghazali rahimahullah ta'ala berkata:

Telah banyak ulama yang menjelaskan tentang hakikat akhlak yang baik dan mulia. Bahkan kebanyakan mereka menyertainya dengan buah dari akhlak yang baik itu. Oleh karena itu, untuk mengetahui hakikat akhlak yang baik kita harus mengetahui terlebih dahulu bahwa manusia itu terdiri dari dua unsur: jasmani dan rohani atau akhlak (khalq). Untuk mengetahui keadaan jasmani dapat digunakan pandangan mata [ashar], sedangkan untuk mengetahui keadaan rohani harus dengan pandangan bathin (bashirah).

Keadaan dua unsur tersebut dapat dikatakan baik atau buruk. Jasmani dikatakan baik apabila keadaan rukun-rukunnya baik, seperti mata, hidung, mulut, tangan, kaki dan lain-lain. Begitu pula, rohani atau akhlak, dikatakan baik apabila rukun-rukunnya juga baik. Yaitu: kekuatan akal, kekuatan keadilan, kekuatan amarah dan kekuatan syahwat. Apabila keempat rukun ini baik, maka akan terbentuk akhlak yang baik dan mulia.

Posting Komentar untuk "Akhlak yang Baik dan Mulia"