Riwayat-Riwayat tentang Anjuran Akhlak yang Baik

Riwayat-riwayat yang datang dari orang-orang maksum a.s. dan yang menganjurkan akhlak yang baik amatlah banyak, di antaranya, sebagai berikut. . 
  1. Sabda Rasulullah saw., "Sesungguhnya aku diutus untuk me-nyempurnakan akhlak yang mulia. (Al-Mahajjah al-Baydha’ karya al-Faydh al-Kasyani, jil. 5, hal. 89)" Riwayat ini menun jukkan keistimewaan dan keutamaan Rasulullah saw. dan risalah nya yang datang untuk menyempurnakan "akhlak yang mulia," bukan semata-mata menyempurnakan akhlak yang dibawa para nabi sebelumnya dan riwalah mereka. Ini merupakan keistimewaan dan keutamaan bagi umat yang dimuliakan atas umat-umat yang lain. 
  2. Sabda Rasulullah saw., "Sesuatu paling berat yang diletakkan pada timbangan (al-mizan) adalah ketakwaan kepada Allah dan akhlak yang baik. (Ibid )" 
  3. Abu ad-Darda berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Sesuatu paling utama yang diletakkan pada timbangan adalah akhlak yang baik dan kedermawanan. Ketika Allah menciptakan keimanan, ia berkata, 'Ya Allah, kuatkanlah aku.' Lalu, Allah menguatkannya dengan akhlak yang baik dan kedermawanan. Ketika Allah menciptakan kekafiran, ia berkata, 'Ya Allah, kuatkanlah aku.' Lalu, Allah menguatkannya dengan kebakhilan dan akhlak yang buruk. (Ibid )" 
  4. Sabda Rasulullah saw., "Orang yang aku cintai dan paling dekat tempat duduknya kepada di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya. (Ibid )" 
  5. Anas berkata: Nabi saw. bersabda, "Dengan akhlak yang baik, hamba akan menggapai tingkatan yang agung di akhirat dan kedudukan yang mulia, padahal ia adalah orang yang lemah dalam beribadah. (Ibid )" 
  6. Sabda Rasulullah saw., "Akhlak yang baik adalah akhlak Allah Yang Maha agung. (Ibid )" 
Dari sini, terdapat anjuran untuk menyerupai akhlak Allah SWT, sebagaimana disebutkan di dalam hadis Nabi saw., "Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah. (Bihar al-Anwar, jil. 61, hal.129)" 

Guru kami, Hasan Zadih Amill, berkata,"Takahlluq (berakhlak) adalah merealisasikan dan menyifati diri dengan hakikat akhlak tersebut, bukan pengetahuan makna berupa konsep seperti yang diperoleh dengan merujuk pada kamus, bahwa rahim adalah begini dan 'athuf ada lah begini. Dari sini, menjadi jelaslah makna hadis Rasulullah saw.: Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama. Barangsiapa memahami dan mengamalkannya maka ia masuk surga. Maksudnya adalah berakhlak dengan hakikat nama-nama tersebut, sebagaimana disebutkan di dalam hadis lain dari Rasulullah saw., 'Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan akhlak. Barangsiapa berakhlak dengannya, maka ia masuk surga. (Al-Khishal karya ash-Shaduq, cet. Jami'ah al-Miidarrisin, Qum, hal593, di dalam hadis no. 4) Maksudnya adalah ber akhlak dengan hakikat nama-nama tersebut, sebagaimana disebutkan di dalam hadis lain dari Rasulullah saw., 'Sesungguhnya Allah memi liki sembilan puluh sembilan akhlak. Barangsiapa berakhlak dengan akhlak-akhlak tersebut, maka ia masuk surga,' karena hadis-hadis sal ing menjelaskan satu sama lain sebagaimana Alquran sebagiannya membicarakan sebagian lainnya.( Al-Hikmah al-Muta’aliyah fi al-Asfar al-‘Aqliyyah al-Arba’ah, koreksi dan komentar: Ayatullah Hasan Zadih Amuli, jil, hal.30)" 

 Inilah yang menjelaskan kepada kita penegasan Alquran dan fo kusnya pada karakteristik ini dalam kepribadian Nabi saw. yang mulia Allah SWT berfirman: Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung (QS al-Qalam [68]:4).