Orang yang ikhlas itu memiliki tiga tanda:
Pertama, keikhlasannya tidak bertambah dengan pujian orang dan tidak berkurang dengan celaan orang, karena ia telah menjadikan tujuannya adalah Allah SWT. Jadi, ia tidak menginginkan selain Allah dengan perbuatannya itu. Pujian orang yang memuji maupun celaan orang yang mencela tidak menambah keikhlasannya, karena yang pujiannya membuat bagus dan yang celaannya membuat buruk hanyalah Allah.
Di dalam Sirah Ibn Ishaq dan Sirah Ibn Hisyam disebutkan bahwa utusan Bani Tamim mendatangi Rasulullah saw pada waktu qailulah. Mereka lalu berkata, "Wahai Muhammad, keluarlah menemui kami. Pujian kami membuat bagus dan celaan kami membuat buruk." Maksudnya: Keluarlah menemui kami sekarang, karena apabila kami memujimu berarti kami membuat derajatmu terangkat dan apabila kami mencelamu maka kami membuat derajatmu menjadi rendah.
Maka berkatalah Rasulullah saw, "Itu adalah Allah." Artinya, yang pujiannya membuat bagus adalah Allah, dan yang celaannya membuat buruk adalah Allah pula.
Maka apabila Allah memuji, Ia benar-benar memuji dan apabila mencela, Ia benar-benar mencela. Tidak akan rendah orang yang Allah puji dan tak akan tinggi (terangkat) orang yang Allah cela.
Contohnya, Musa as dituduh dan dilekatkan padanya isu-isu yang tidak benar. Maka Allah SWT berfirman, "Maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah." (QS. al-Ahzab: 69)
Saudara-saudaraku! Tanda yang pertama dari seorang yang ikhlas sebagaimana yang telah saya katakan kepada Anda adalah tidak bertambah keikhlasannya karena pujian dan tidak berkurang keikhlasannya karena celaan.
Tanda yang kedua adalah ia dalam keadaan sembunyi (tidak diketahui orang) maupun dalam keadaan terang-terangan (di hadapan manusia) adalah sama. Kita mendapati para pelajar atau mahasiswa yang berlaku riya akan bermalas-malasan apabila diberikan tugas untuk membuat suatu pekerjaan jika gurunya tidak berada di tempat. Tetapi apabila sang guru mengawasinya maka mereka mengerjakannya dengan penuh kesungguhan; keringat mereka berjatuhan dari dahi dan mereka mengerjakannya dengan tekun dan giat karena mereka menginginkan apa yang ada pada gurunya itu, bukan apa yang ada pada Allah.
Tanda yang ketiga adalah orang yang ikhlas tidak mencari (mengharapkan) balasannya kecuali dari Allah semata. Saya sering menyebutkan bahwa Qutaibah bin Muslim ingin menguji seorang laki-laki yang shaleh dan ahli ibadah, Muhammad bin Wasi' ketika Qutaibah menaklukan Kabul. Maka ia kirimkan kepadanya sebagian dari ghanimah yang di antaranya adalah kepala kerbau dari emas yang setara dengan ribuan dinar. Lalu Muhammad bin Wasi' pun mengambilnya. Wajah Qutaibah menjadi berubah; ia takut ditipu oleh Ibn Wasi'. Maka ia pun mengirim seorang tentara untuk mengikutinya agar dapat mengetahui ke mana Muhammad bin Wasi' pergi membawa barang itu. Tentara itu pun mengikutinya. Ternyata yang ia lihat barang itu diberikan kepada salah seorang di antara para peminta-minta dan orang-orang miskin yang berada bersama pasukan. Lalu tentara itu kembali dan mengabarkan hal tersebut kepada Qutaibah. Mendengar itu Qutaibah menjadi sangat gembira.
Ini adalah contoh orang yang tak menginginkan pahala kecuali dari sisi Allahi dan tak menginginkan ganjaran maupun ucapan terima kasih dari manusia atas perbuatan yang dilakukannya
Demikian pula yang dilakukan oleh Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khaththab ketika Sulaiman bin Abdul Malik, khalifah di masanya, berkata kepadanya tatkala keduanya berada di Baitullah, "Apakah engkau mempunyai kebutuhan, wahai Salim?"
"Wahai Sulaiman, apakah engkau tidak malu mengatakan ini padahal engkau sedang berada di Baitullah?" jawab Salim.
Ketika Salim keluar, Sulaiman menunggunya di luar Baitullah lalu kembali bertanya, "Apakah engkau mempunyai kebutuhan?"
"Kebutuhan dunia atau akhirat?" tanya Salim.
"Kebutuhan dunia."
"Mengenai dunia, kepada yang memilikinya saja, aku tidak memintanya. Lalu bagaimana aku memintanya kepada yang tidak memilikinya?" (Maksudnya, kepada Allah saja sebagai pemilik dunia, ia tidak meminta dunia, apalagi kepada manusia yang bukan pemilik dunia, penj)