Ucapan beliau, "Kenabian yang pertama," artinya sebelum kenabian beliau, karena sebelum beliau terdapat para nabi sebagaimana telah dimaklumi dan beliau mewarisi beberapa kalimat dari mereka.
Rasulullah saw bersabda, "Orang terakhir yang dikumpulkan adalah dua orang penggembala dari Mazinah yang hendak ke Madinah. Keduanya membentak kambing-kambing mereka. Ternyata mereka mendapatinya telah sepi sampai ketika keduanya tiba di Tsaniyyah al-Wada' mereka jatuh tersungkur di atas wajah mereka.( Di-takhrij-kan oleh al-Bukhari (nomor 1853))"
Di dalam hadits ini terdapat beberapa masalah:
Pertama: Pada ucapan beliau, "Orang terakhir yang dikumpulkan," arti dikumpulkan di sini adalah untuk terjadinya kiamat. Ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dikumpulkan dari timur ke barat, karena di antara tanda-tanda kiamat besar adalah api yang berhembus dari 'Aden mengumpulkan semua manusia dari arah timur.
Kedua: Mazinah yang terdapat pada ucapan beliau, "Dari Mazinah," adalah nama suatu kabilah Arab. Di antara yang berasal dari kabilah ini adalah Zuhair bin Abu Sulami, seorang penyair dan beberapa penyair yang lain. Kabilah ini disebutkan oleh Nabi saw dengan baik. Tempat kabilah ini di antara Madinah dan Nejd.
Ketiga: Ucapan beliau, "Ternyata mereka mendapatinya telah sepi," artinya manusia di kota-kota maupun di desa-desa telah mati sebelum terjadinya kiamat."
Angin yang dingin telah menghembus mereka sehingga Allah membinasakan mereka. Allah berfirman, "Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum [pada hari itu] kepunyaan- Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat." (QS. al-An'am: 62)
Sesungguhnya hari kiamat merupakan "sekolah terbesar" yang mendidik akhlak manusia, yang mengembalikan mereka kepada Allah, dan yang membuat mereka menjadi hamba-hamba yang shaleh. Masalah yang besar ini merupakan pembeda antara kita dengan kaum sekuler, orang-orang komunis, kelompok Freemasonry, dan kaum Yahudi. Inilah pula benang merah yang memisahkan kita dengan aliran-aliran dunia dan kelompok-kelompok kebangsaan.
Keempat: Ucapan beliau, "Hingga ketika keduanya sampai di Tsaniyyah al-Wada', mereka jatuh tersungkur di atas wajah mereka," merupakan dalil bahwa kiamat itu terjadi secara tiba-tiba. Kemudian Allah mengumpulkan orang-orang terdahulu dan orang-orang terkemudian. Orang-orang yang suka berbuat jahat lalu bangkit dari kubur mereka seraya mengatakan, "Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!" (QS. al-An'am: 31)
Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap saat-saat yang mahal, alangkah besarnya penyesalan kami terhadap waktu-waktu siang dan malam, alangkah besarnya penyesalan kami terhadap detik-detik yang kami gunakan, alangkah besarnya penyesalan kami terhadap gedung-gedung, kebun-kebun, perhiasan-perhiasan, dan jabatan-jabatan!
Kelima: Yang disebutkan oleh beliau, "Tsaniyyah al-Wada'," adalah suatu tempat di Madinah. Para ulama mengatakan bahwa ia adalah suatu tempat di hadapan Mekkah. Sedangkan ad-Dawudi mengatakan bahwa ia suatu tempat yang berhadapan dengan Tabuk. Disebutkan bahwa Nabi saw pernah mendekatinya. Ada yang mengatakan bahwa itu pada saat hijrah. Ada pula yang berpendapat bahwa itu ketika beliau kembali dari Tabuk. Lalu keluarlah anak anak kecil, baik putra maupun putri seraya melantunkan qashidah yang artinya sebagai berikut
Telah terbit bulan purnama ke tengah-tengah kita
dari Tsaniyyat al-Wada'
Kita wajib bersyukur
karena beliau menyeru kepada Allah
Wahai orang yang diutus kepada kami
engkau datang dengan perintah yang dituruti
Engkau datang memuliakan Madinah
selamat datang, wahai sebaik-baik penyeru
Rasulullah saw bersabda, "Orang terakhir yang masuk surga adalah seseorang yang berjalan di atas shirath dimana sesekali ia berjalan, sesekali ia tersandung, dan sesekali ia dihanguskan api neraka. Ketika telah melewatinya, ia menoleh kepadanya lalu berkata, 'Mahasuci Zat yang telah menyelamatkanku darimu. Allah telah memberikan kepadaku sesuatu yang tidak Ia berikan kepada seorang pun dari orang-orang terdahulu maupun terkemudian.' Kemudian sebuah pohon naik di hadapannya. Lalu ia pun berseru, Tuhanku, dekatkanlah aku dengan pohon ini agar aku dapat berteduh dengan naungannya dan dapat minum airnya.' Lalu Allah bertanya, 'Wahai anak Adam, seandainya Aku memberikannya kepadamu, apakah engkau akan meminta kepada-Ku yang lainnya?'
'Tidak, wahai Tuhan.' Kemudian ia pun berjanji bahwa ia tak akan meminta yang lain kepada-Nya. Tuhan menerima alasannya karena orang itu melihat sesuatu dimana ia tak dapat menahan diri darinya. Lalu Allah mendekatkannya dengan pohon itu, kemudian ia berteduh dengan naungannya dan minum airnya. Setelah itu naik lagi di hadapannya sebuah pohon lain yang lebih bagus daripada yang pertama. Lalu ia pun berseru, Tuhanku, dekatkanlah aku dengan pohon ini agar aku dapat minum airnya dan dapat berteduh dengan naungannya.' Kemudian Allah bertanya, 'Wahai anak Adam, bukankah engkau telah berjanji kepada-Ku bahwa engkau tak akan meminta yang lainnya? Seandainya Aku mendekatkanmu dengannya, apakah engkau akan meminta kepada-Ku yang lainnya?' Maka ia pun berjanji tak akan meminta yang lain kepada-Nya. Tuhan menerima alasannya karena orang itu melihat sesuatu dimana ia tak dapat menahan dirinya. Lalu Allah mendekatkannya dengan pohon itu, kemudian ia berteduh dengan naungannya dan minum airnya. Setelah itu naik lagi di hadapannya sebuah pohon lain di sisi pintu surga yang lebih bagus lagi dibandingkan dua pohon yang pertama. Lalu ia pun kembali berseru, Tuhanku, dekatkanlah aku dengan pohon ini agar aku dapat, minum airnya dan dapat berteduh dengan naungannya Aku lak akun minta selainnya.
Allah bertanya, 'Wahai anak Adam, bukankah engkau telah berjanji kepada-Ku bahwa engkau tak akan meminta yang lainnya?' Ia menjawab, 'Ya, wahai Tuhanku. Dekatkanlah aku dengan pohon ini. Aku tak akan minta selainnya.' Tuhan menerima alasannya karena orang ini melihat sesuatu di mana ia tak dapat menahan dirinya. Lalu Allah mendekatkannya dengan pohon itu. Ketika Allah telah mendekatkannya, ia mendengar suara-suara penghuni surga, lalu ia pun berseru, 'Tuhanku, masukkanlah aku ke dalamnya.' Kemudian Allah berkata, Wahai anak Adam, apa yang akan membuatmu senang? Apakah yang membuatmu senang adalah jika Aku memberikan kepadamu dunia bersama dengan yang sama dengannya?' Lalu ia berkata, 'Tuhanku, apakah engkau mengejekku sedangkan Engkau adalah Tuhan sekalian alam?' Allah menjawab, 'Sesungguhnya aku tidak mengejekmu. Tetapi Aku mampu melakukan apa saja yang Aku inginkan.( Di-takhrij-kan oleh Muslim (nomor 416), oleh Ahmad (nomor 3898))'"
Di dalam hadits ini terdapat beberapa masalah:
Pertama: Masuk surga itu ada tingkatan-tingkatannya.
Kedua: Sesungguhnya manusia itu bertingkat-tingkat dalam memasuki surga menurut perbuatan-perbuatan mereka.
Ketiga: Ada orang pertama masuk surga dan ada yang terakhir. Mereka (calon-calon penghuninya) tidak memasukinya secara bersamaan. Orang pertama yang masuk surga sebagaimana telah disebutkan adalah Muhammad Rasulullah saw. Sedangkan orang yang terakhir adalah laki-laki yang disebutkan dalam hadits ini.
Keempat: Orang-orang yang suka bermaksiat tetapi masih bertauhid akan diazab terlebih dahulu, berbeda dengan keyakinan kaum Murjiah yang tidak memandang iman sebagai kelebihan.
Kelima: Kaum Khawarij berpendapat para pelaku dosa-dosa besar akan abadi di neraka. Ini pendapat yang salah. Orang yang bertauhid tak akan kekal di neraka. Mereka akan keluar dari neraka setelah berada beberapa lama di sana.
Keenam: Allah SWT berbicara kepada manusia pada hari kiamat tanpa penerjemah.
Ketujuh Besarnya apa yang Allah berikan kepada orang Mukmin yang terendah di surga Di dalam hadits Abu Sa'id dan Abu Hurairah disebutkan bahwa yang paling rendah kedudukannya di antara para penghuni surga adalah orang yang memiliki seperti lima kali kerajaan dunia dan ada yang berpendapat sepuluh kali.