Dengki yang Terlarang - Ambisi yang Diperbolehkan

Bersabda Nabi saw:

 إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ٬ فَاِنَّ الْحَسَدً يَاكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْ كُلُ النَّارُ الْحَطَبَ٠ 

"Jauhilah rasa dengki, sebab ia akan memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Daud) 

Sebagaimana api memakan kayu bakar! Ungkapan yang membuat saya tertegun, dan membikin saya teringat pada sebuah pengalaman. 

Pernah suatu hari saya melihat pembakaran roti. Pemiliknya menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Saya pun mematung merenungi nyala api, dan bagaimana si tukang roti memelihara api tersebut agar terus menyala dan panas. Lama saya berhenti dengan tidak terasa. Kemudian saya bertanya: Berapa banyak kayu yang bapak butuhkan dalam setahun? 

Ia hanya tersenyum sambil tertawa. Lantas ia tergelak-gelak, kemudian menjawab: "Pembakaran roti ini, sekiranya kuberi seluruh kayu yang ada di muka bumi, niscaya semua terlahap dan dimakan apinya! Ia me-nambahkan: "Dahulu saya adalah seorang buruh kasar. Kemudian Allah memberi anugerah dengan karunia-Nya hingga saya punya pabrik roti ini beserta oven-nya. Pertama yang kupikirkan adalah bahan bakar. Lantas aku membeli dengan sisa-sisa hartaku beberapa gelondong kayu bakar. Saya katakan: Tahun ini saya tak akan membeli kayu bakar, saya sudah punya persediaan yang cukup." Tetapi baru setengah tahun, kayu bakar sudah terburu habis semua tak bersisa... Sesungguhnya api, wahai Ustadz Alfadhil tak bisa diukur dengan besar kecil tempat pembakaran (oven), akan tetapi dengan kemampuannya melahap bahan bakar. 

Saya pun berkata dalam hati: Maha benar Allah yang Maha Agung dengan firman- Nya: 

"Di hari Kami (Allah) berkata kepada Jahannam: sudahkah engkau penuh? Ia menjawab: masih adakah tambahan." (QS. Qaaf: 30.) 

Saya menceritakan pengalaman ini, karena dua sebab: 

Pertama: Menyanggah aneka pertanyaan yang seringkali muncul di hati orang-orang yang kurang percaya. Sering mereka menanyakan luas, kedalaman, dan ukuran Neraka Jahannam. Kesimpulannya, bahwasanya Ne-raka Jahannam tidak usah diukur dengan luas atau besar kecilnya. Tapi kekuatan melahap penghuninya. 

Kedua: Sebagai tamsil (penyerupaan) dengki dengan api. Dengki adalah penyakit yang apabila memasuki hati manusia, dengan kobaran apinya yang menyala-nyala akan menelan seluruh kebaikan, sifat mulia, dan keutamaan-keutamaan. Sehingga tidak tinggal kecuali hanyalah tulang-belulang yang sudah hancur. 

Kalian, dalam usia dan kondisi sosialmu seringkah menghadapi fenomena semacam ini. Maka waspadailah sifat dengki ini. Jadikan kelebihan dan keunggulan orang lain yang mungkin kamu dengki, sebagai motivasi untuk membandingkan diri (muqaranah) dan ambisi punya keistimewaan. Hasad, tidaklah sama dengan tumuuh (ambisi). 

Hasad pada dasarnya melahirkan sikap dengki dan kalian berkeinginan hilangnya nikmat pada diri orang lain. Sementara tumuuh (ambisi) adalah engkau ridha (senang) orang lain mempunyai kelebihan, tidak menginginkan nikmat hilang daripadanya, dan engkau berusaha optimal bisa menyamainya atau bahkan kalau bisa melebihi, dengan motivasi positif. 

Dengan prinsip Ghibtah (senang atas kenikmatan yang ada pada orang lain) dan tumuuh, masyarakat manusia saling bekerja dalam iklim yang dinamis dan kontributif, terhindar dari api kedengkian.