Arti Ma'rifat dengan Allah

Bahwa pada hakekatnya tidak ada seorang pun yang sanggup untuk mengenal Allah SWT, kecuali dengan Allah SWT. Jua, pendapat tersebut dilontarkan oleh hampir semua Ulama’Shufi dan juga para ‘Arif Billah, dan pendapat tersebut telah disepakatinya. 

Atas rumusan tersebut, dari kalangan Ulama’ Shufi mempunyai sedikitnya tiga alasan yang sangat kuar antara lain adalah: 

1). Kehadiran manusia di muka bumi pada awalnya yaitu Nabi Adam as. Telah membawa pengetahuan tentang Allah SWT, juga tentang segala macam adalah karena diajarkan oleh Allah SWT. Sendiri kepada Nabi Adam as. Yang mana sebelumnya Nabi Adam as. Tidak mengerti apa-apa, berdasarkan firman Allah SWT :

Artinya: “Allah SWT, ajarkan kepada Nabi Adam, nama-nama semuanya”. (QS. Al-Baqarah : 31) 

2). Seorang anak yang telah lahir dari perut ibunya, sama sekali tidak mengenal dan juga tidak tahu apa-apa. Sesuai dengan firman Allah SWT : 

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun,”. (QS. AN-Nahl: 78). 

Mengenai masalah adanya yang dinamakan watak, Bakat, Intelejensia, Naluri dan lain-lain, adalah berdasarkan “Khalqiyah” (ciptaan) bukan dari manusia. 

3). Suatu kenyataan yang tidak dapat lagi dibantah oleh siapapun juga adalah termasuk faktor keterbatasan manusia. Kalau saja bukan lantaran Allah sendiri yang telah memberitahukannya melalui para Rasul dan Kitab-kitab-Nya, mana mungkin didalam keterbatasan manusia mampu untuk mengenal Allah SWT. 

Sedangkan para Ulama’ Ahluz Dzahir tidak sependapat dengan rumusan tersebut. 

Mengenai ketidak tahuan manusia, banyak hadits Rasulullah saw. Adalah sebuah hadits qudsi, yang artinya: 

“Semua kamu adalah sesat, kecuali orang yang Kuberi petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, Aku akan memberi petunjuk kepadamu. Hai hamba-hamba-Ku, semua kamu lapar dahaga, kecuali orang yang kuberi makan, maka mintalah makan kepada-Ku, Aku akan memberi makan kepadamu, semua kamu telanjang bulat, kecuali orang yang Kupakaikan pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku. Aku akan memberikan pakaian itu kepadamu. Hai hamba-hamba-Ku, kamu semua banyak berbuat salah sepanjang hari dan malam, Akulah yang memberi ampunan atas segala dosa-dosa itu semua, kecuali syirik, maka mintalah ampun kepada-Ku, Aku akan ampuni kamu”. (HR. Muslim, Abu ‘Uwanah, Ibnu Hibban dan Hakim, dari Abu Dzarrin ra). 

Timbul dan berkembangnya pengetahuan yang dimiliki oleh manusia, disebabkan karena adanya keterpaduan antara faktor Internal (unsur-unsur Khalqiyah) dengan faktor exsternal (alam dan hubungan dengan manusia dengan lingkungan). 

Di dalam firman-Nya Allah SWT. Telah menjelaskan sebagai berikut yang artinya: 

“Dan tidaklah ilmu yang didatangkan kepadamu kecuali sedikit sekali”. (QS. Al-Isra’ :85) Bahkan Allah SWT. 

Memperjelas lagi di dalam firman-Nya yaitu artinya: 

“Allah SWT. Yang telah mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahui”. ( QS. Al-‘Alaq: 5) 

Pada hakekatnya jelaslah bahwa untuk Ma’rifat kepada Allah SWT. Adalah karena Allah SWT. Jua, yaitu melalui petunjuk-Nya, hidayah-Nya, dan dengan kehendak-Nya, sehingga manusia tidak akan mengenal-Nya, kecuali tanpa AllahSWT. 

Bagaimana jika rumusan tersebut berbalik maksudnya menjadi: “Seseorang dapat mengenal Allah SWT. Dengan kemampuan dirinya sendiri, dalam kata hakiki, maka bukanlah kalimat demikian itu terasa sangat ganjil? 

Banyak sekali keterangan di dalam AL-Qur’an yang menjelaskan bahwa :
  • Dapat rizky, Allah yang telah memberi-Nya
  • Sembuh dari sakit, Allah SWT. Yang telah menyembuhkan-Nya.. 
  • Bisa makan dan minum, juga Allah SWT. Yang memberi. 
‘Arif Billah telah menerangkan hukum Syirik Khofi itu apabila mereka yang tidak mau meyakini bahwa “ Ma’rifat kepada Allah SWT. Dengan Allah, dalam arti yang lain bahwa Ma’rifatnya itu karena kemampuannya sendiri, dia tidak merasakan bahwa hal tersebut adalah merupakan karunia dari Allah SWT. Terhadap dirinya. 

Demikian juga jika seandainya dia berkeyakinan dan telah mengakui bahwa secara mutlak dan dalam arti hakiki di dalam dirinya, dia bisa makan, minum, mendapat rizqi, adalah berkat usaha dan kemampuannya sendiri, atau mungkin dia sembuh itu berkat dari dokter atau obat, maka keyakinan tersebut itu adalah juga termasuk syirik.