Termasuk akibat buruk maksiat adalah dapat membuat jiwa menjadi merasa kecil, kotor, buruk, dan hina hingga ia menjadi lebih rendah dan lebih hina daripada apa pun. Hal ini sebagaimana ketaatan dapat membuat jiwa tumbuh, bersih, dan mulia. Allah Swt. berfirman:
Sesungguhnya, beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan, sesungguhnya, merugilah orang yang mengotorinya.(q.s. ASY-Syams [91] : 9-10)"
Maksudnya, sungguh beruntung orang yang membesarkan dan meluhurkan jiwanya dengan melakukan ketaatan. Sebaliknya, sungguh rugi orang yang menyembunyikan, menghinakan, dan merendahkan jiwanya dengan perbuatan maksiat kepada Allah. Pada dasarnya, makna at-tadsiyah (mengotori) adalah al-ikhfa' (menyembunyikan).
Firman Allah:
"la menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan bu¬ruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan, ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.(Q.S. An-Nahl [16] : 59)"
Pelaku maksiat mengotori jiwanya dalam kemaksiatan dan menyembunyikan keadaannya. Ia juga bersembunyi dari manusia sebab apa yang telah diperbuatnya. Ia merasa kotor terhadap dirinya sendiri, terhadap Allah, dan terhadap makhluk.
Ketaatan dan kebaikan dapat membesarkan jiwa, memuliakan, serta meluhurk&nnya hingga ia menjadi yang paling besar, bersih, dan mulia. Oleh sebab itulah, jiwa merasa paling hina dan kecil di hadapan Allah. Dengan merasa hina seperti itu, kemuliaan, kehormatan, dan keluhuran pun bersemayam. Tiada yang lebih menghinakan jiwa kecuali maksiat kepada Allah. Begitu pula sebaliknya, tiada yang lebih memuliakan jiwa kecuali ketaatan kepada-Nya.