Sunnah-sunnah Shalat

SUNNAH 

Sunnah ialah amalan yang disuruh melakukannya secara tidak tegas, yang apabila orang islam melakukannya maka mendapat pahala, dan apabila meninggalkannya maka tidak dihukum. 

Shalat mempunyai syarat-syarat dan rukun-rukun yang mau tidak mau, atau secara tegas harus dipenuhi, supaya shalat itu sah. Dan semua itu sudah kita terngkan di atas. 

Di samping itu, shalat juga mempunyai sunnah-sunnah yang dianjurkan mengamalkannya, tetapi tidak secara tegas, yang apabila dilakukannya maka akan menambahi pahala shalat, dan apabila ditinggalkan maka tidak dihukum karenanya. Sunnah-sunnah shalat cukup banyak, yang semuanya terbagi mennjadi: sunnah-sunnah yang dilakukan sebelum shalat, sunnah-sunnah yang dilakukan dalam shalat, dan sunnah-sunnah sesudahnya. 

A. SUNNAH-SUNNAH YANG DILAKUKAN SEBELUM SHALAT 

Sunnah-sunnah yang dilakukan sebelum shalat tak lebih dari tiga perkara: 

Pertama, adzan, yang sudah kita terangkan definisinya, dalilnya, syarat-syaratnya maupun hal-hal lain yang berkaitan dengannya. 

Kedua, iqamat, yang juga telah kita terangkan definisinya, syarat-syaratnya maupun perbedaannya dengan adzan. 

Dan ketiga, memasang batas tempat shalat (sutrah), yang membatasi antara orang yang shalat dengan orang-orang lain yang lalu-lalang, seperti dinding, tiang, tongkat, atau dengan menggelar tikar, sajadah dan semisalnya di tempat shalat itu. Atau kalau tidak ada, boleh juga dengan membuat garis. 

Al-Bukhari (472), dan Muslim (501) telah meriwayatkan dari Ibnu Umar RA:

 اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ اِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيْدِ اَمَرَ بِالْحَرْبَةِ، فَتُوْضَعُ بَيْنَ يَدَيْهِ، فَيُصَلِّى اِلَيْهَا وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ، وَ كَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِى السَّفَرِ 

Bahwasanya Rasulullah SAW apabila keluar pada Hari Raya, beliau menyuruh ambilkan lembing, lalu dipasang di hadapan beliau. Lembing itu beliau hadapi dalam shalatnya, sedang orang-orang ada di belakang beliau. Dan itu beliau lakukan (pula) dalam perjalanannya. 

Al-Harbah: lembing pendek bermata lebar. 

Yang lebih utama, hendaklah batas shalat itu berada dekat dengan tempat sujud. Karena, menurut riwayat al-Bukhari (474), dan Muslim (508), dari Sahal bin Sa’ad RA, dia berkata:

 كَانَ بَيْنَ مُصَلَّى رَسُوْلُ اللهِ صَلّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَ بَيْنَ الْجِدَارِ مَمَرُّالشَّاةِ 

Antara tempat sujud Rasulullah SAW dengan dinding terdapat jarak selebar jalan kambing. 

B. SUNNAH-SUNNAH YANG DILAKUKAN DALAM SHALAT 

Sunnah yang dilakukan dalam shalat pun dibagi menjadi dua: Ab’adh dan Hai’at. 

Sunnah Ab’adh ialah sunnah yang apabila tertinggal maka diganti dengan Sujud Sahwi pada akhir shalat. 

Sedang sunnah Hai’at ialah sunnah yang apabila tertinggal maka tak perlu diganti dengan Sujud Sahwi. Adapun mengenai Sujud Sahwi ini dan pembahasan-pembahasan lain yang berkaitan dengannya, akan kita terangkan pada akhir pembicaraan tentang amaliah-amaliah shalat. 

Kita mulai terlebih dahulu tentang sunnah-sunnah Ab’adh shalat, barulah nanti kita bicarakan tentang sunnah-sunnah Hai’atnya.