Rasa bebas dari pengaruh dan penguasaan lain orang disebabkan oleh imannya dan keyakinannya bahwa hanya Allahlah yang menghidupkan dan mematikan derajat seseorang dan bahwa Dia jualah yang berkuasa menurunkan kemaslahatan atau kemudharatan, dan bahwa tidak seorang walau bagaimana pun tinggi pangkatnya atau luas dan besar pengaruhnya dapat mengelakkan apa yang dikehendaki oleh Allah atau mendatangkan sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya.
وَلاَ يَمْلِكُوْنَ لِاَنْفُسِكُمْ ضَرًّاوَلاَ نَفْعاً وَلاَ يَمْلِكُوْنَ مَوْتاً وَلاَ حَيَوةً وَلاَ نُشُورًا
Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak Kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) suatu kemanfaatanpun dan (juga) tidak Kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.(Surat Al-Furqan 3)
Dan jika seorang sudah bebas dari pengaruh dan penguasaan orang lain, maka dengan sendirinya ia bebas menentukan jalannya sendiri menuju cita-cita kesempurnaan dan kebahagiaannya tanpa dihalang-halangi oleh sesuatu penghalang atau dicegat oleh sesuatu pencegat.
Demikianlah ajaran-ajaran Al Qur’an mengarah ke tujuan itu, agar manusia hanya bersandar dan bertawakkal kepada Allah dengan usahanya menuju kebaikan, kebahagiaan dan kemajuan.
قُلْ أَفَرَءَيْتُمْ مَّاتَدْعُوْنَ مِنْ دُونِ اللهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَشِفَتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِيَ بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaKu, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri”. (Azzumar 38)
وَلاَ تَدْعُ مِنْ دُونِ اللهِ ماَلاَ يَنْفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإٍنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّلِمِينَ. وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّفَلاَ كاَشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيرٍ فَلاَ رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَالْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu Termasuk orang-orang yang zalim". Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, Maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Yunus 106-107)
Dan Rasulullah saw. Pun dengan kedudukan istimewanya di hadapan Tuhan dan terpilihnya sebagai nabi penutup tidak terkecualikan dari qaidah dan hukum alami tersebut di atas. Beliau sebagai seorang manusia tidak beda dengan lain-lain manusia tentang sifat-sifat kemanusiaan dan berlakulah di atas sesama manusia hukum alami yang sama.
قل لاّأملك لنفسى نفعا ولا ضرّا إلاّ ماشاء الله ولو كنت أعلم الغيب لاستكثرت من الخير وما مسّني السّوء ان أنا إلاّ نذير وبشير لفوم يؤمنون
“Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (Al-A’raaf 188)
Sesungguhnya kekuasaan yang tidak terbatas dan pengurusan yang sewenang-wenang dari pihak penguasa atau pun dari pihak pemimpin-pemimpin agama dan keruhanian adalah merupakan penghalang utama bagi kemajuan dan kemakmuran sesuatu bangsa atau ummat. Karena cara pimpinan yang autokratis itu akan menekan jiwa yang dipimpin, menghilangkan ras harga diri dan mematikan inisiatif bekerja mereka. Maka dengan dilarangnya dan ditantangnya cara-cara pengaiayaan, paksaan serta penguasaan dan pimpinan sewenang-wenang, agama Islam telah membebaskan ummat manusia dari belenggu kediktatoran dan hukum semena-mena yang telah berabad-abad lamanya merintih di bawahnya.