Dan ada suatu hal yang bisa meringankan tekanan musibah, yaitu menjauhi keduniaan yang selalu mengejar pahala akhirat.
Allah telah menjadikan kehidupan di dunia ini sebagai tempat untuk menguji iman seseorang; tak ada suatu kenikmatan pun di dalamnya kecuali tercampur dengan kotoran. Sesuatu yang dianggap kenyataan, hakikatnya adalah fatamorgana. Dan bangunan-bangunan yang tampak indah megah pada suatu waktu akan hancur.
Benarlah apa yang dikatakan oleh seorang penyair berikut ini :
“Hai orang yang membangun dunia dengan sungguh-sungguh, demi Allah apakah dunia tidak akan rusak.
Hai orang yang haus mengumpulkan harta
Apakah kau lupa bahwa di balik kebahagiaan itu kesusahan
Hai abdi jasadnya, sampai di mana engkau berkhidmat padanya?
Engkau mencari-cari keuntungan dalam kerugian.
Terimalah ruhanimu dan isilah ia dengan keutamaan
Engkau bisanya dikatakan manusia karena ada ruhnya.
Allah telah menjelaskan kepada orang-orang mukmin mengenai hakikat dunia ini, sehingga merupakan pelipur lara ketika tertimpa musibah.
Allah telah berfirman :
“Katakanlah : Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. 4 : 77).
Bersenang-senang hidup di dunia ini, apabila dibandingkan dengan pahala yang akan diterima seorang beriman tak ada artinya. Karena pahala akhirat bagi orang yang beriman lebih baik dan lebih utama dari kenikmatan dunia. Tak ada sedikitpun bagi orang yang beriman rasa penyesalan, ketika dirinya atau harta bendanya atau sanak familinya tertimpa musibah. Karena ia hanya meyakini satu hal yaitu adanya pahala akhirat bagi orang-orang yang mau bersabar dalam menghadapi segala musibah.
Sahabat ‘Abdullah ibnu ‘Umar telah meriwayatkan sebuah hadits berikut ini :
اخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنكبى فقال : كن فى الدنيا كأنك غريب او عابر سبيل (رواه البخارى وبن ماجة
“Rasulullah SAW memegang pundakku, kemudian beliau bersabda : ‘Jadilah kau hidup di dunia ini seolah-olah orang yang mengembara atau singgah (Hadits riwayat Bukhari dan Ibnu Majah)”.
Rasulullah bermaksud memberi nasihat kepada ‘Abdullah ibnu ‘Umar, agar ia jangan tunduk kepada dunia dan jangan menjadikan dunia sebagai tempat tinggal selama-lamanya, serta jangan terbujuk nikmat dunia, karena kehidupan di dunia ini bagaikan fatamorgana.
روي ان رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله دلنى على عمل اذا انا عملته أحبنى الله واحبنى الناس فقال رسول الله ازهد فى الدنيا يحبك الله, وازهد فى ما في أيدى الناس يحبوك (رواه ابن ماجة
“Diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki mendatangi Rasulullah SAW. Lelaki tersebut bertanya : “Wahai Rasulullah, berilah kami petunjuk tentang suatu amal yang apabila kami kerjakan Allah dan semua orang akan mencintai kami?” Rasulullah menjawab : “Berzuhudlah (jauhilah) perkara duniawi, maka Allah akan mencintaimu, dan berzuhudlah dari apa yang ada di tangan orang lain, maka orang-orang akan mencintaimu”( Hadits riwayat Ibnu Majah).
Bagaimana seseorang tidak mau berzuhud terhadap perkara duniawi, padahal jika dunia ini dapat membuat ketawa, kelak ia akan dibuat menangis terus menerus? Apabila dunia dapat membuat senang dalam satu hari, ia akan membuat susah berhari-hari. Apabila dunia memberinya sedikit, maka dunia akan menelantarkannya lama sekali. Tak ada suatu kebahagiaan pun di dunia ini, kecuali terkandung di dalamnya banyak sekali kesusahan.
Ibnu Mas’ud berkata : “Pada setiap kegembiraan ada kesusahan; tak ada suatu rumah pun yang dipenuhi kebahagiaan kecuali dipenuhi pula dengan kesusahan”.
Ibnu Sirin mengatakan : “Setiap ketawa akan selalu diiringi dengan tangisan”.
Ada pula yang mengatakan : “Barangsiapa telah mencapai puncak kebahagiaan, berarti ia akan sampai kepada puncak kesengsaraan”.
Ali RA berkata : “Barangsiapa yang berzuhud terhadap duniawi, maka ringanlah segala musibah baginya. Dan barang siapa yang selalu mengingat ajal, maka ia akan gesit terhadap kebajikan”.
Ibnu Abi’d-Dunya mengatakan : “Hasan ibnu Sakan telah mengatakan bait-bait syair berikut:
حياتك بالهم مقرونة فما
تقطع العيش الا بهم
لذاذات دنياك مسمومة فما
تأكل الشهد الا بسم
اذا تم امر بدا نقصه توقع
زوالا اذا قيل تم
“Hidupmu selalu dibarengi dengan kesusahan.
Tak ada suatu kebahagiaan pun kecuali kau raih dengan kesusahan.
Kenikmatan duniamu adalah beracun
Tak ada suatu kenikmatan pun kecuali beracun
Apabila sesuatu yang sempurna, maka tampaklah kekurangannya.
Sesuatu akan hilang apabila telah sempurna.
Dan ada lagi salah seorang pujangga mengatakan bait-baitnya berikut ini :
حكم المنية فى البرية جارى ما هذه الدنيا بدار قرار
بينا يرى الانسان فيها مخبرا حتى يرى خبرا من الأخبار
طبعت على كدر زأنت تريدها صفوا من الأقذاء والأكدار
Ajal pasti menimpa semua makhluk
Dunia ini bukan tempat menetap
Seseorang menganggap dirinya hanya hidup lestari di dunia
Tiba-tiba kini dirinya hanya tinggal nama belaka
Dunia diciptakan penuh dengan kekotoran, tetapi engkau menghendakinya
Kau sangka dunia ini bersih, padahal penuh dengan kekotoran.
Posting Komentar untuk "Sifat Zuhud: Menjauhi Keduniaan dalam Islam"