Hukuman Membunuh dengan Sengaja

Islam menjelaskan pembalasan bagi orang yang membunuh dengan sengaja. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an : 

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa yang dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (QS. 17 : 33). 

Allah berfirman menjelaskan hukuman bagi orang yang membunuh : 

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”. (QS. 2 : 178 – 179). 

Adapun pengertian qishash yang diwajibkan oleh Allah atas golongan orang-orang mukminin ialah yang bertalian dengan pembunuhan secara sengaja. Dalam hal ini, Islam memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada ahli waris terbunuh. Kemudian, ahli waris tersebut boleh meminta kepada hakim untuk membunuhnya sebagai balasan, atau memaafkan dengan membayar diat dari pihak pembunuh terhadap ahli waris terbunuh sebagai ganti. Peranan hakim di sini hanya sebagai pelaksana ahli waris terbunuh. Apabila ahli waris meminta agar pembunuh dihukum sebagai hukum yang setimpal, maka hal itu merupakan hak mereka. Dan apabila ahli waris memberi maaf dengan mengambil diat sebagai penggantinya, maka hal itu adalah belas kasihan dari pihak ahli waris terbunuh kepada pihak pembunuh. 

Yang dimaksud qishash di sini ialah hukuman di dunia bagi pembunuh, dan hak mutlak bagi ahli waris terbunuh untuk meminta kepada hakim agar melaksanakan hukuman kepadanya, dengan harapan dapat dijadikan pelajaran bagi yang lainnya. 

Berbeda halnya dengan undang-undang buatan manusia. Undang-undang hanya menyerahkan persoalan sepenuhnya kepada kehakiman, dan hanya kehakimanlah yang berhak menghukum atau memaafkan pembunuh. Atau boleh juga kehakiman memutuskan dengan denda yang dibayarkan kepada ahli waris terbunuh. Tentu saja, keputusan semacam ini takkan dapat memuaskan hati para ahli waris terbunuh. Akibatnya, rasa dendam akan menyala di hati ahli waris terbunuh terhadap si pembunuh. Terkadang, peristiwa ini akan melibatkan orang lain yang masih saudara atau teman satu daerah. Demikian juga di pihak pembunuh, ia akan melibatkan temannya untuk mempertahankan dirinya. Akhirnya, meletuslah perang saudara yang berakibat banyaknya jiwa yang gugur dan kerugian harta benda yang banyak. 

Syariat Islam bertujuan membasmi segala bentuk kejahatan sampai ke akar-akarnya ketika ia menjadikan balasan pembunuh di tangan ahli waris terbunuh. Qishash hanya boleh dilaksanakan atas permintaan ahli waris terbunuh. Hal ini pada hakekatnya merupakan jaminan kelangsungan hidup bagi manusia. Karena setelah seseorang melihat akibat yang akan diterimanya jika melakukan pembunuhan, hatinya akan jera, dan khawatir mendapat balasan dari pihak ahli waris yang terbunuh. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah } 

“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”. (QS. 2 : 179). 

Yang demikian itu, apabila pembunuhan dilakukan secara sengaja. Adapun mengenai pembunuhan tidak sengaja, maka hukumannya hanya membayar diat kepada ahli waris terbunuh (secara tidak sengaja) dan masih ada hal-hal lain yang bertalian dengan hukuman pembunuh tak sengaja. Di sini kami tidak akan membahas tersebut. Bagi yang ingin memperdalam, kami persilakan membaca kitab-kitab fiqih khusus dalam bab ini.

Posting Komentar untuk "Hukuman Membunuh dengan Sengaja"