Nasihat tentang Tanggung Jawab

Hukum-hukum Allah ialah larangan-larangan-Nya yang tidak boleh dilanggar. Manusia dalam hidupnya, pasti berada di antara dua perintah. Perintah mengerjakan, dan perintah meninggalkan. Kedua-duanya sama-sama menjaga dan membentengi seseorang dari akibat buruk. Sehingga siapapun yang nekat menuruti keinginan nafsunya, menulikan kedua telinganya, dan tidak mau melaksanakan perintah, lantas ia berlarut- larut melanggar larangan, berarti ia telah menganiaya diri dan juga masyarakatnya.

Demikian pula tanggung jawab juga terbagi dua: Pertama, tanggung jawab pribadi, kedua, tanggung jawab sosial. 

Tanggung jawab pribadi harus lebih memberi kontribusi kepada tanggung jawab sosial. Sebab seseorang di dalam bumi ini bukan sendirian, namun ia hanyalah salah satu elemen dari sebuah masyarakat besar. 

Misalnya engkau wahai pemuda- pemudi adalah individu dalam keluarga. Dan keluargamu, tentu merupakan kesatuan sosial. Tentu engkau tak mungkin bisa mengisolir diri dari mereka dan berkelit dengan slogan kebebasan. 

Artinya nasihat rasulmu di dalam menggambarkan kebebasan yang bertanggung jawab ini, merupakan nasihat paling hebat dan paling istimewa yang dimengerti manusia sepanjang generasi dan sejarah. 

Nasihat ini, jika engkau pahami makna substansial dan sasarannya pada usiamu yang relatif masih muda, lantas engkau pegang secara konsekuen dalam semua marhalah (fase) hidupmu, niscaya engkau menjadi pribadi yang baik dan dalam lingkungan yang kondusif. 

Sekarang saya terangkan nasihat luhur dan hadis mulia ini: Ada serombongan orang ingin berpetualang di lautan. Maka naiklah mereka ke badan perahu. Sayang, mereka cukup banyak. Tempatpun mereka bagi. Tempat tidur maupun tempat berjaga (ronda). Karena banyak, sebagian mendapatkan lantai atas, sebagian lain otomatis di lantai bawahnya. 

Penumpang lantai bawah, apabila memerlukan air untuk aneka keperluannya, terpaksa harus naik ke lantai atas untuk menimba air. Air mereka bawa dalam bejana yang tak mungkin stabil tak bergoncang. Sehingga air merembes ke kanan kiri sehingga mengganggu penumpang atas. Entah mengenai peralatan atau perkakas milik mereka. 

Sehingga muncullah umpatan, hardikan, dan rasa keberata n dari para penum-pang lantai atas (sikap semacam ini, keliru tentunya). Dari sini timbul inisiatif dari sekelompok orang: "Bagaimana kalau kita lubangi saja badan kapal ini, sehingga kita bisa menimba air tanpa mengganggu penumpang yang ada di atas" (opini ini pun tak bisa dibenarkan). 

Kesalahan penumpang atas timbul karena didorong rasa keberatan (kejengkelan) . Dan kesalahan penumpang lantai bawah didorong motif yang baik. Namun kedua- duanya, bukanlah solusi atas problema yang dihadapinya. Seandainya penumpang atas membiarkan penumpang bawah berbuat sekehen-daknya, niscaya semua binasa. Namun jika penumpang-penumpang itu bijaksana, dari kedua kelompok mencegah tindakan konyol orang-orang ngawur ini, niscaya semua akan selamat. 

Sesungguhnya kebebasan pribadimu wahai pemuda pemudi terbatasi oleh kebebasan sosial. Tidaklah kebebasan individu melainkan dalam batasan-batasan normal yang amat terbatas. 

Semoga Allah menjagamu dari brutalisme, anarkhisme, dan penyesalan.