Pendidikan Anak: Perhatian Segi Moral dan Akhlak Anak

Hendaknya para pendidik memperhatikan sifat moral anak dalam hal kejujuran anak. Jika ketahuan bahwa seorang anak suka berdusta dalam ucapan dan janjinya, mempermainkan kata-kata dan ucapan, tampil dalam masyarakat dengan penampilan munafik dan pendusta, maka para pendidik, guru agama islam/da'i harus segera menangani persoalan yang ia perbuat. Selain itu, pendidik membimbingnya ke jalan hak dan petunjuk, menjelaskan tentang kejelekan dan kejahatan dusta, serta akibat yang diperoleh oleh kaum pendusta dan munafik. Sehingga, anak tidak mengulanginya sama sekali. Jika anak melepaskan ken­dalinya, tidak memperdulikan, maka sudah barang tentu si anak akan terus-menerus berdusta, dan menjadi pendusta di sisi Allah dan hadapan umat manusia!

Hendaknya para pendidik memperhatikan sifat amanat anak. Jika diketahui si anak berjalan mengikuti pencuri — meski­pun misalnya tak seberapa, seperti mencuri uang kecil (receh) milik saudaranya atau pensil temannya — maka pendidik harus meluruskannya secepat mungkin, dan memberi pengertian bahwa perbuatan itu haram. Sebab, perbuatan itu merupakan salah satu dari cara mengambil harta tanpa hak. Pendidik harus pula me­nanamkan dalam jiwa anak, suatu perasaan bahwa Allah senan­tiasa mengawasi gerak-geriknya dan menanamkan rasa takut kepada-Nya. Dengan demikian, diharapkan si anak akan menjadi baik, lurus akhlaknya. Jika tidak segera bertindak demikian, maka sang anak akan tumbuh dalam suasana khianat, biasa ber­buat tipu daya dan mencuri. Bahkan, ia akan menjadi pengkhianat dan penjahat, akan membahayakan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat.

Hendaknya para pendidik memperhatikan sifat menjaga lisan pada anak. Jika diketahui si anak mengucapkan kata-kata sumpah dan kecaman, keluar dari mulutnya kata-kata kotor dan keji, diharap para pendidik segera memperbaikinya secara bijak­sana, meningkatkan pengawasannya, dan menyelidiki sebab-sebab yang membuat sang anak berlaku demikian. Sehingga, sang anak terjauhkan dari sebab-sebab itu. Para pendidik juga harus mene­rangkan kepadanya dengan tata cara yang menarik mengenai sifat-sifat anak yang berbudi luhur, keutamaan manusia yang berakhlak mulia. Sehingga diharapkan sang anak tertarik untuk menjadi orang yang berjiwa luhur dan berakhlak mulia.
Masalah terpenting yang harus diperhatikan para pendidik dalam upaya menjaga lisan anak didiknya, adalah menjauhkannya dari teman-teman yang berperangai buruk. Sebab, dari mereka itu sang anak belajar, dan dari kelakuan merekalah sang anak terpengaruh.

Pendidik hendaknya juga memperhatikan gejala kejiwaan dan kehendak anak. Jika sang anak ternyata meniru secara mem­buta dan tenggelam dalam kemewahan dan kesenangan, bersenang-senang dengan musik dan lagu-lagu yang jorok, kebanci-bancian dalam penampilannya, bercampur gaul dengan wanita yang bukan muhrim-nya, menyaksikan acara-acara televisi yang bertentangan dengan ajaran Islam, pergi ke gedung pertunjukan (bioskop), membaca majalah cabul, memiliki gambar-gambar porno, mem­baca kisah-kisah cabul, dan sang anak melakukan ini, maka hendak­lah para pendidik segera memperbaiki gejala ini dengan memberi­kan nasihat dengan cara yang baik. Bisa juga dengan memberikan ancaman, bujukan, atau dengan memberikan hukuman. Hendak­nya pula pendidik mengikuti semua cara dalam upaya menyela­matkan dan memperbaikinya, sehingga anaknya kembali berada dalam barisan orang-orang yang bertakwa, orang-orang saleh pi­lihan!
Berapa banyak sang ayah memberikan perhatian dan kebi­jaksanaan, ketika masuk kamar anaknya secara tiba-tiba, untuk melihat apa yang sedang dipelajari? Apa yang sedang ditulis? Apa yang sedang dibaca? Kejutan seperti ini penting, karena ter­kadang sang ayah mendapatkan sang anak sedang asyik melihat gambar porno, membalik-balik lembaran majalah seks, membaca kisah cabul, atau asyik menulis surat cinta buat sang pacar?

Berapa banyak sang ayah sangat memperhatikan dan bijak­sana ketika beranggapan bahwa anak gadisnya pergi dan pulang dari sekolah. Hal ini dikhawatirkan adanya kemungkinan anak gadisnya itu pergi ke tempat-tempat tidak terhormat yang me­renggut kehormatannya, mencorengkan garis hitam di mukanya, atau ada hubungan dengan pemuda yang tidak terhormat, pemuda berandalan!

Berapa banyak kita mendengar peristiwa yang membuat dahi berkerut, bulu kuduk berdiri: perkosaan, hubungan seksual secara gelap, membunuh atau membuang anak hasil hubungan gelap dan lain sebagainya.

Karenanya, memberikan perhatian dan memperhatikan segi moral anak ada­lah masalah terpenting dalam mengungkapkan hakekat yang terselubung dalam diri anak, dan menyingkap tabir yang menutup perbuatan anak berupa kejahatan, dan apa yang dilakukan berupa kemunkaran. Bahkan memberikan kepada pendidik gambaran realitas yang sempurna tentang moralitas anak, dan kelakuannya dalam kehidupan.

Berdasar uraian ini, hendaknya para pendidik dapat memperbaiki penyimpangan moral anak dengan cara yang efisien, dan metode yang sesuai. Akhirnya, akan sampai pada pemecahan edukatif yang tegas, yang memberikan kebaikan pada anak, menyelamat­kan dan memberikan kepada anak keseimbangan dan petunjuk!

Posting Komentar untuk "Pendidikan Anak: Perhatian Segi Moral dan Akhlak Anak"