Maksiat dan Rahmat Allah

 مُعْصِيَةٌ اَوْرَثَثْ ذُلاَّ وَافْتِقَارًا خَيْرٌ مِنْ طَاعَةٍ اَوْرَثَثْ عِزَّا وَاسْتِكْبَارًا٠ 

“Kemaksiatan yang menimbulkan rasa rendah diri dan harapan (akan rahmat dan belas kasih Allah), lebih baik daripada taat yang membangkitkan rasa mulia diri dan keangkuhan." 

Perasaan hina dan rasa rendah diri karena perbuatan maksiat yang melekat pada diri, adalah sifat hamba (ubudiyah). Dan perasaan Maha Mulia dan Maha Besar adalah sifat Tuhan (Rububiyah). Adapun sifat seperti yang dimaksud adalah sikap yang harus dimiliki oleh hamba yang melekat pada dirinya dosa-dosa, hendaklah ia tidak merasa hina dan rendah diri. Ia harus berpengharapan penuh kepada rahmat Allah. Orang seperti ini adalah orang yang lebih baik dari orang yang merasa lith banyak beribadah dan taat kepada-Nya, akan tetapi tumbuh rasa angkuh dan tinggi diri dengan amal ibadahnya itu. 

Ketauilah bahwasanya rendah diri hamba yang terlibat dalam perbuatan maksiat, lebih baik dari angkuhnya hamba yang berbuat taat. Seorang hamba yang taat beribadah, akan tetapi tumbuh rasa angkuh dan riya' dalam hatinya, maka kemungkinan Allah swt akan meremehkan amal ibadahnya itu. Ada juga hamba Allah yang sering terlibat perbuatan dosa, yang sangat menyedihkan hatinya, Allah memberi hidayah kepadanya, lalu tumbuh penyesalannya dan rasa khasiyah kepada Allah, ia telah berjalan menuju keselamatan. 

Kesombongan walaupun tidak dinyatakan dalam perkataan atau perbuatan, dapat dirasakan dalam hati si hamba sendiri. Sebab kesombongan yang tersimpan dalam hati, akan lebih membahayakan si hamba, karena akan menumbuhkan berbagai macam sifat yang bisa menggolongkan dirinya sebagai manusia syirik. 

Dikisahkan pada masa lampau ada seorang ahli ibadah yang selalu ber-taqarrub kepada Allah, membuat ia selalu mendapat perlindungan - Nya. Kemana saja ia pergi ia selalu ditutupi oleh awan hingga badannya tidak terkena panas matahari. Pada suatu hari ketika si 'abid ini sedang mengadakan suatu perjalanan, seorang pelacur melihatnya, lalu dalam hati pelacur ini tumbuh perasaan halusnya. Ia mendekati hamba Allah yang taat ini, dengan harapan ia mendapatkan rahmat Allah. Ketika pelacur ini mendekat kepadanya, tiba-tiba saja ahli ibadah ini menjadi jijik dan mengusir pelacur itu dengan kata-kata yang menyakitkan. 

Peristiwa itu dikisahkan dari peristiwa ahli ibadah Bani Israil. Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah swt tentang peristiwa ini, menyebut bahwa Allah ilf telah mengampuni dosa pelacur tersebut dan membatalkan amal ibadah si 'abid itu. Peristiwa ini telah memberi i'tibar kepada manusia, agarjanganlah mereka mencampurkan kemurnian ibadah kepada Allah dengan perasaan atau tindakan yang berakibat musnahnya amal ibadah mereka sendiri. Perbuatan seperti riya' angkuh, bangga, meremehkan sesama manusia, menyakitkan hati sesama hamba, karena merasa dekat dengan Allah, adalah perbuatan yang bisa merusak amal ibadahnya sendiri. Peristiwa yang sama juga pernah terjadi terhadap seorang hamba ahli ibadah Bani Israil. 

Ketika sedang sujud di tempat tafakkurnya, tiba-tiba tengkuk ahli ibadah ini diinjak oleh seorang laki-laki dengan sangat kerasnya, dan nampaknya sangat menyakitkan. Diriwayatkan bahwasanya kejadian ini berhubungan dengan sifat ahli ibadah yang diketahui oleh Allah swt sangat sombong dan membanggakan ibadahnya di hadapan manusia. 

Kesombongan karena merasa dirinya dekat kepada Allah berakibat dosanya tidak diampuni oleh-Nya. 

Dalam beribadah yang semata-mata dihadapkan kepada Allah swt belaka, seorang 'abid yang takwa hendaklah berhati-hati memelihara ibadahnya sasendiri. Jangan sampai bercampur baur dengan kehendak lain akan menjerumuskan si hamba kepada perasaan angkuh, riya',ujub, rasa suci, menganggap orang lain kotor, membuat diri seakan-akan tidak ada yang menyamainya, atau menempatkan diri sebagai manusia suci yang harus menyisihkan diri dari anggota masyarakat yang dianggap kotor dan berdosa. Seorang muslim yang mengikuti jejak Nabi Muhammad saw tidak boleh menjadi saleh sendiri, ia wajib pula membawa manusia yang dianggap banyak bermaksiat kembali kepada jalan Allah, agar menjadi saleh, hidup beribadah bersama para musliminlainnya.