Contoh Keteladanan Nabi dalam Berpolitik

Adapun tentang teladan berpolitik yang baik, beliau (Nabi Muhammad) telah menjadi contoh untuk umat manusia, baik bagi masyarakat kecil atau luas, Mu'min atau kafir, awam atau orang khusus. Rasulullah telah diberi keberhasilan dalam setiap sesuatu, karena beliau telah dikaruniai akhlak yang mulia, berpolitik secara baik, dan meletakkan segala permasalahan secara proporsional. 

Di bawah ini akan dicantumkan salah satu contoh agung dari berbagai contoh yang telah dicetak di dalam sejarah, agar kita mengetahui tata politik yang bijak, yang sesuai dengan kecer¬dikan dan akhlak yang agung: 

"Setelah perang Hunain, Rasulullah saw. memberikan ghanimah kepada bangsa Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya, dan tidak sedikit pun beliau memberi kepada kaum Anshar, sehingga timbul pembicaraan di kalangan mereka. Salah seorang ada yang berkata, "Demi Allah, Rasulullah saw. telah menemukan kaumnya!" Wahai segenap kaum Anshar, apa yang kalian bicarakan sehingga sampai ke pendengaranku, kekurangan apakah yang kalian rasakan pada diri kalian? Aku telah datang kepada kalian ketika kalian dalam kesesatan, maka Allah memberi hi¬dayah kepada kalian? Bukankah kalian dahulu fakir? kemudian Allah menjadikan kalian kaya? Bukankah dahulu kalian saling bermusuhan, kemudian Allah menyatukan hatimu? Kaum Anshar berkata, "Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah memberi kami karunia yang tak terhingga!" Kemudian Rasulullah saw. bersabda, "Tidakkah kalian balas, wahai kaum Anshar?" Maka mereka berkata, "Dengan apa kami membalas, sedang karunia adalah semata-mata milik Allah dan Rasul-Nya!" Rasulullah saw. bersabda, "Demi Allah, jika kalian kehendaki, niscaya kalian berkata, dan jujur dalam perkataan kalian, bahkan perkataan kalian dibenarkan. Kamu telah datang kepada kami dalam keadaan dusta, maka kami telah benarkan kamu, dalam keadaan tak seorang pun yang menolong. Maka, kami telah tolong kamu dalam keadaan terusir, sehingga kami lindungi ketika kamu dalam keadaan aniaya. Kemudian, kami beri kamu contoh yang baik. Apakah kalian, wahai orang-orang Anshar, mendapatkan sesuatu yang aku himpun suatu kaum agar masuk Islam dan menyerahkan kalian kepada Islam? Apakah kalian tidak rela orang-orang pergi dengan domba dan unta, serta mengembalikan Rasulullah kepada pelana dan kuda kalian? Demi Yang Melindungi jiwa Muhammad! Jika bukan karena hijrah, niscaya aku menjadi salah seorang kaum Anshar. Jika orang-orang menelusuri sebuah jalan, dan kaum Anshar menelusuri jalan lain, niscaya aku akan menelusuri jalan kaum Anshar. Ya Allah, berilah kaum Anshar rahmat. Kasihanilah anak-anak dan cucu cicit kaum Anshar! Maka, menangislah mereka sehingga janggut mereka basah. Mereka berkata, "Kami rela dengan keputusan Rasulullah". Kata-kata jujur dan tulus, yang keluar dari hati Rasulullah saw., yang diterjemahkan oleh lisannya telah menundukkan hati kaum Anshar, dan meninggikan jiwa mereka ke tingkatan para Malaikat, membunuh fitnah yang bercokol dalam buaian¬nya, menggerakkan jiwa untuk mengetahui yang hak dan bijaksana. 

Kata-kata ini menunjukkan kepada kita, bagaimana Rasulullah saw. menyatukan orang-orang di bawah maslahat Islam yang luhur. Membela dan mengagungkan Islam, menyatukan pemeluknya di bawah naungan kedamaiannya, sehingga tercapai kesatuan kaum Muslimin di bawah naungan tauhid dan panji Islam. 

Jika Rasulullah saw. tidak memiliki sifat luhur ini, jika Allah tidak mengaruniakan kepadanya kecerdasan dan kemahiran berpolitik, tentunya beliau tidak akan mampu mendirikan Daulah Islam di Madinah, bahkan jazirah Arab tidak akan tertaklukkan dengan kecintaan dan kepatuhan. 

Dan bagaimana Rasulullah saw. tidak menjadi teladan yang baik dalam kemahiran berpolitik dan kemuliaan perlakuannya, sedang beliau adalah yang menjalankan perintah Tuhannya dalam politik yang digariskan Allah. Dengarkan peringatan Allah kepada Rasul-Nya:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah- lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling¬mu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah me¬nyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. 3:159)