Tidak ada Penghalang antara Abid dan Ma'bud

 اَلْحَقُّ لَيْسَ بِمَحْجُوْبٍ وَاِنَّمَا الْمَحْجُوْبُ اَنْتَ عَنِ النَّظَرِ اِلَيْهِ اِذْ لَوْ حَجَبَهُ شَىْءٌ لَسَتَرَهُ مَا حَجَبَهُ وَ لَوْ كَانَ لَهُ سَاتِرُ لَكَانَ لِوُجُوْدِهِ حَاصِرٌ وَكُلُّ حَاصِرٍ لِشََىْءٍ فَهُوَ لَهُ قَاهِرٌ ׃ وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ٠ 

“Allah swt yang Maha Haq, tidak berhijab. Yang berhijab adalah hamba (abid),  yang tidak mampu melihatNya. Apabila ada hijab antara abid dengan ma'bud, pasti akan tertutup segala yang menghijab-Nya. Allah swt tidak ada yang menutup-Nya, sebab setiap yang tertutup oleh sesuatu maka ia akan menguasainya. Sedangkan Allah adalah Dzat yang kekuasaan-Nya diatas semua makhluk dan hamba-Nya." 

Antara seorang hamba yang telah sampai ke tingkat dan martabat makrifat tidak ada hijab (penghalang) yang menghalanginya di antara si hamba dengan Allah swt. Memang, seperti sudah dijelaskan juga sebelum ini, bahwa manusia sudah dikaruniai Allah dengan mata hati (basirah), yakni Penglihatan hati nurani yang mampu menembus hijab kegelapan antara hamba dengan Rabbul 'Alamin. Kalau si hamba belum melihat Allah dengan basirahnya itu, berarti hati si hamba sedang tertutup oleh hijab hitam pekat (termasuk di dalamya bermacam-macam kotoran yang lekat bahkan menutupi jaringan syaraf kalbu si hamba). Akibatnya tidak mampu melihat Allah Tuhannya. Untuk itu diperlukan kekuatan yang mampu menyingkap tabir hijab sampai terbuka. Kekuatan itu adalah kekuatan rohani si hamba sendiri. Kekuatan rohani ini terdiri dari iman yang bersih, ikhlas yang jernih, jihad yang sungguh-sungguh. 

Walaupun demikian, Allah swt tetap akan memberi karunia kepada setiap hamba yang berkemauan keras dan sungguh-sungguh ingin mendekati Allah swt. Rahmat dan karunia Allah dapat dipelajari dengan penuh kebersihan hati si hamba, ia akan memperoleh karunia itu melalui tahapan yang direncanakan oleh Allah swt sendiri. 

Sehingga saat yang ditentukan ketika makrifat si hamba telah mencapai tingkat kesempurnaan, ia akan mampu menyingkap hijab yang menutupi antara si hamba dengan Tuhan Rabbul Jalil. Tiada seorang pun yang mampu menghalangi apalagi menutup si hamba mendekati dan melihat Tuhan dengan makrifat basirah yang telah dikaruniakan oleh Allah swt kepada hamba-Nya. Allah jua yang Maha Mengetahui dan Maha Memelihara hamba-hamba-Nya. Allah adalah Dzat yang tidak sama dengan apa dan siapa pun, Dia Maha Mendengai lagi Maha Melihat. (Laisa Kamislihi Syai'un wa huwa sami'un 'alim).