Perhatian Islam pada Kelestarian Fauna

Bersabda Rasulullah saw:

 دَخَلَتِ امْرَأَةُ النَارَ فِي هِرَّةٍ رَبَطَتْهَا ، فَلَمْ تُطْعِمْهَا ، وَلَمْ تَدَعْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ٠ "

Ada seseorang wanita masuk neraka karena seorang kucing yang ia kurung namun tidak ia beri makan, sehingga kucing itu tak berkesempatan memakan sisa-sisa makanan (di atas bumi)." (HR. al-Bukhari) 

Dan Allah juga telah mengampuni seseorang yang telah berbuat dosa, yang dosanya mewajibkan dia masuk neraka. Yang demikian karena ia pernah menjumpai anjing di padang pasir di hari terik panas, sementara si anjing menjulur-julurkan lidahnya karena kehausan. 

Orang tersebut sebelumnya mengalami hal serupa seperti anjing. Ia kehausan, namun dijumpainya sumur, lantas ia menuruninya, minum, dan memuji Allah. Tatkala ia melihat kondisi anjing kritis semacam itu ia mengatakan: Anjing ini, mengalami nasib serupa seperti saya tadi. Maka ia kembali ke sumur dan ia turuni. Ia lepas salah satu sepatunya, dan ia penuhi dengan air. Kemudian ia naik dan memberi minum anjing ... Maka Allah pun mengampuninya. 

Sayang kepada binatang, adalah sekian di antara tanda kemanusiaan, ketinggian, dan keluhurannya. 

Di antara hewan ada yang jinak menemani manusia dalam hidupnya bahkan memberi gizi dan makanan, pakaian, serta menjaganya. Juga ada yang tidak jinak, namun banyak membantu tugas manusia,mengangkut barang berat dan mengawasi bekerja. 

Ada juga burung, membelah angkasa dengan kedua sayapnya. Membikin sarang- sarang dan rumah-rumah di puncak-puncak gunung dan di pohon-pohon. Di antaranya ada yang memberi faedah bagi manusia. Memberi bahan makanan, mengawinkan pepohonan, sementara yang lain men-dendangkan lagu berkabung dan kegembiraan dengan alunan suaranya. 

Ada di antara mereka yang mengembara dan berpetualang di hutan-hutan, sebagian ada yang dagingnya amat lezat namun susah diburu, seperti rusa dan kijang. 

Juga ada di antaranya yang buas, mengganggu, dan membahayakan kehidupan manusia. Hewan semacam ini, tidak perlu disantuni. Hindari saja mereka, atau (kalau diserang) kita membela diri. 

Di dunia sekarang ini, bersamaan dengan kemajuan dan ketinggian kesadaran manusiawi, telah berdiri club-club dan badan-badan sosial yang mengurusi tanggung jawab kelestarian fauna. Mereka menyebarkan selebaran-selebaran, buletin- buletin, memasyarakatkan seruan-seruandan propaganda-propaganda di semua tempat sesuai dana yang mereka miliki. 

Kemudian banjirlah di negara (masyarakat) islami kita pada dekade dekade akhir ini prinsip-prinsip badan-badan sosial tersebut beserta tujuan-tujuannya. Lantas kita pun kagum dan terpengaruh. Dan didirikanlah di negara kita, badan- badan semisal itu. 

Gebrakan-gebrakan itu dan pengaruh- pengaruhnya —wahai pemuda pemudi Islam— adalah pada hakikatnya "tamu baru", sementara kita merasa terasing dengan prinsip-prinsip ajaran religius kita yang lurus. Dan artinya, kejahiliyahanlah yang masih "menempurungi" kehidupan kita hari ini. 

Persoalannya, bagaimana kita kembali "mengkaji ulang" studi kajian tentang substansial agama kita dengan lebih mendetail dan komprehensif. Sehingga prinsip-prinsip melestarikan fauna (kasih sayang terhadap hewan) selalu tak ketinggalan menghembusi nafas dan hati kita. 

Program-program mereka itu wahai pemuda pemudi Islam jauh ketinggalan dari kandungan dan tujuan ajakan Rasul mulia kita. Ajakan Rasul saw kita begitu tinggi mengangkat derajat Santun terhadap hewan sampai pada derajat maghfirah (ampunan) dan ganjaran. Bahkan ancaman Jahannam beserta sangsi-sangsinya. 

Artinya, sayang terhadap fauna yang merupakan ciptaan Allah Ta'ala, adalah berkaitan erat dengan aqidah, dengan iman. 

Hingga di saat menyembelih, saat kita ingin mengambil daging hewan yang telah Allah tundukkan untuk kita semua ini, kita diperintahkan untuk Arrifq (sayang). Nabi bersabda:

 إِذَا ذَبِحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَبْحَةَ ٠ 

"Jika kamu menyembelih, baguskanlah dalam penyembelihan."

 لِيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ٠ 

"Hendaklah masing-masing di antaramu menajamkan pisaunya, dan menenangkan sembelihannya." 

Tidak lupa, wahai anak-anakku bahwasanya hadis Nabi saw yang berkomentar tentang seorang wanita dan seekor kucing, mengingatkan saya pada persoalan penting, yaitu: Menangkar burung. Entah itu diberi makan dan disayang, atau penangkaran luas yang ia bebas ke mana-mana. 

Jauhilah olehmu sekalian, menyakiti makhluk-makhluk ini. Bahkan curahilah mereka dengan sebaik-baik pengawasan dan kelestariannya. Tuangkan seoptimal mungkin pada mereka rengkuhan kasih dan simpati. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat ganjaran agung untukmu.