Menegakkan Iman dengan Hati dan Ucapan

Iman Niscaya Tak Akan Lurus Tanpa Disertai Lurusnya Hati dan Ucapan 

Bersabda Nabi saw:

 لاَ يَسْتَقِيْمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهُ ٬ وَلاَ يَسْتَقِيْمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ لِسَانُهُ٠ 

"Tidak akan lurus (istiqamah) iman seseorang hingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya hingga lurus lisannya." (HR. Ahmad) 

Dalam nasihat nabawi kali ini, saya teringat akan hikmah Luqmanul Hakim: 

Dikisahkan bahwasanya di usia mudanya Luqman bekerja sebagai buruh pada salah seorang majikan. 

Sebab ia dimerdekakan, adalah karena pancaran hikmah, kecerdasan, kebaikan doa, serta akhlaknya. 

Untuk menguji dan ingin menggali hikmahnya, suatu kali tuannya memerintahkannya menyembelih seekor kambing, dan berpesan kepada Luqman untuk memberi sang tuan apa yang terbaik daripadanya. Maka bekerjalah Luqman. Ia sembelih, ia kuliti, lantas ia potong-potong. Kemudian dihadiahkanlah kepada tuannya lidah dan hatinya. Luqman tidak memberi dada, paha, atau punggung domba yang menurut banyak orang paling enak dan menarik selera. 

Di kemudian hari, sang tuan menyuruhnya kembali memotong kambing dan berpesan agar ia memberinya yang paling buruk. Luqman kembali menghadiahkan sang tuan dengan hati dan lidah pula. Maka tuannya pun terheran-heran sembari berkata: "Aku heran padamu, pernah kuminta agar engkau memberi yang terbaik dari domba, dan aku minta agar engkau memberi yang terburuk dari dagingnya, namun kenapa untuk kedua permintaan itu pemberianmu sama, hati dan lidah?!" Berkata Luqman: "Sesungguhnya seluruh tubuh akan baik jika keduanya baik, dan seluruh tubuh akan buruk, jika keduanya buruk." 

Pemuda pemudi ..., Rasulullah saw dalam hadis ini berpesan agar lidah kita menjadi juru bicara hati kita. Berbicara sesuai isi gudang iman dan isi harta karun keyakinan. Hadis ini juga menyinggung hati dan pandangan kita, bahwasanya istiqamah berurutan dari hati menuju lisan. Dari dalam, menuju keluar. Istiqomah memancar dari nurani (wijdan), berjalan melalui urat nadi, lantas dideklarasikan oleh lidah, kemudian memancar ke seluruh organ tubuh. 

Barang siapa memahami hadis tadi dengan sebaliknya, artinya ia berpahaman iman dimulai dari lisan, baru kemudian hati, ia tak ubahnya menjungkir kepala ke posisi kaki. 

Tugas lisan adalah alat berbicara. Mentransformasikan pemikiran dan perasaan (keyakinan) ke teks-teks verbal. Karenanya dikatakan

 لِسَانُكَ حِصَانُكَ إِنْ صنّتَهُ صَانَكَ وَإِنْ خُنّتهُ خَانَكَ٠ 

"Lidah adalah senjatamu. Jika engkau jaga ia akan menjagamu, sebaliknya jika engkau khianati, ia akan mengkhianatimu." Juga: 

الإِنْسَانُ مُوَكَّلٌ بِالْمَنْطِقِ٠ 

"Manusia, cukuplah diwakili oleh pembicaraannya." 

Dalam diri seseorang, seringkah persoalan meluas dari perkataan menuju perbuatan, dengan kaki atau tangan. Artinya, organ tubuh ini hanyalah alat seperti lisan. Hanya saja bukan dalam bentuk kata-kata. 

Karenanya, jadikanlah hati kalian terang dengan cahaya Allah dan iman kepada-Nya. Sehingga Allah menjadi lisanmu yang dengan-Nya kalian berbicara, dan menjadi tanganmu yang dengannya kalian bekerja, serta menjadi kakimu yang dengannya kalian berusaha.