Membuang Sifat-sifat Merusak

 اُخْرُجُ مِنْ اَوْصَافِ بَشَرِيَّتِكَ عَنْ كُلِّ وَصْفٍ مُنَاقِضٍٍ لِعُبُوْدِ يَّتِكَ لِتَكُوْنَ لِنَدَاءِِ الْحَقِّ مُجِيْبًا وَمِنْ حَضْرَتِهِ قَرِِيْبًا٠ 

“Keluarlah kamu dari sifat-sifat manusiamu yang bertentangan dengan sifat ubudiyah (sifat seorang yang beribadah), agar engkau dapat mendekati Zat Al Haq itu, dan masuk ke dalam sentuhan-Nya.” 

Sifat-sifat basyariyah (kemanusiaan), yang menyangkut perintah agama ada dua macam. Pertama, yang menyangkut lahiriah manusia, yaitu amal. Kedua, yang menyangkut batiniah dan hati manusia, yaitu perjanjian. Adapun yang berkaitan dengan lahiriah di bagi dua, yaitu berkaitan dengan perintah dinamakan taat, dan yang berkaitan dengan meninggalkan perintah, dinamakan maksiat. Adapun yang menyangkut dengan batiniah, juga dibagi dua, yaitu yang menyangkut hakikat, dinamkan iman dan ilmu, dan yang menyangkut lahirnya disebut nifaq dan jahil. 

Sesungguhnya hati itu adalah ibarat Penguasa dari suatu kerajaan, yang akan menghalau setiap musuh yang datang menyerang kerajaan jasadnya. Sedangkan iman dan ilmu adalah senjata dan perisai untuk menahan dan memukul musuh dari daerah kekuasaannya. Seperti juga lelah dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam hadis yang berbunyi: 

"Sesungguhnya dalam tubuh anak Adam itu ada segumpal daging Apabila gumpalan daging itu baik, maka baiklah sekujur tubuh, akan tetapi apabila gumpalan daging itu rusak, maka rusaklah pula sekujur tubuh." Adapun hati yang saleh itu ialah mensucikannya dari sifat yang rusak (madzmumah). 

Sifat-sifat yang dapat menutup hati itu adalah nifaq, fusuq,yang benipa kibir, ujub, riya', menggunjing, dengki, tergila gila dengan kekuasaan dan harta, kuatir jatuh sengsara dan susah. Suka menjilat kepada orang-orang kaya dan menjauhi orang-orang miskin Termasuk penghalang terangnya hati manusia adalah sifat bakhil, panjang angan-angan, sempit dadanya, hilang malunya. Adapun hal yang bersinar dan terang diliputi sifat-sifat Rububiyah, Ubudiyah, suka membersihkan diri dari dosa-dosa kecil dan menghindari dosa-dosa besar, baik berupa larangan Allah dan perbuatan yang berkaitan dengan sesama manusia. 

Atau perbuatan syubhat yang samar-samar yang menutup hati dan menutup hubungan dengan Allah swt, memelihara diri dari semua hal yang tidak langsung memberati mizan kejahatan, demikian juga perbuatan yang meragukan jatuhnya hukum. Sifat-sifat mulia seperti diterangkan dalam Kitab Suci Al Qur'anul Karim, surat AlFurqan 63: 

"Adapun hamba-hamba Allah yang pemurah ialah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang bodoh menegur mereka, merekapun mengucapkan selamat. Mereka adalah orang yang menghabiskan waktu malam dengan bersujud dan berdiri di hadapan Tuhan mereka. Mereka itu adalah orang-orang yang berdoa, 'Tuhan kami hindarkanlah kami dari siksa api neraka, sesungguhnya siksa neraka itu adalah siksa yang sangat pedih. Sesungguhnya ia adalah tempat tinggal dan tempat peristirahatan yang paling buruk." 

Sifat-sifat mulia seperti digambarkan dalam Al-Qur'an di atas adalah sifat yang perlu dimiliki oleh seorang hamba dalam makrifatnya dan sifat ihsannya. Termasuk di dalam melaksanakan beraneka ragam pensucian melalui jalan riyadah dan mujahadah. Tujuan dari mujahadah dan riyadah adalah untuk mengusir semua sifat sayatin dan sifat hewan yang suka bertahta dalam hati manusia. 

Untuk sampai kepada tingkat makrifat yang dituntut oleh yang hendak mendekati Tuhannya, maka syarat seperti melepaskan diri dari kehendak duniawiah, seperti hasrat suka menonjolkan diri, mengecilkan orang lain, atau membiarkan diri tenggelam dalam hawa nafsu maksiat yang menutup hati sanubarinya datang kepada Allah swt. Kendala yang tidak menyampaikan seorang hamba kepada Tuhannya seperti hawa nafsu, datangnya dari ambisi-ambisi duniawi yang tidak terkendali dan sangat bersifat individual yang jelek. Akibat dari suka mengikuti nafsu duniawiyah, orang mendahulukan kepentingan hawa nafsunya dari kehendak mendekatkan diri kepada Allah, dan jauh dari kehendak mensyiarkan Islam. Allah berfirman dalam surat Jatsiyah ayat 22: 

“Apakah kamu tidak melihat orang yang menempatkan hawa nafsunya sebagai Tuhan sesembahannya" Orang ini digambar oleh Nabi saw sebagai orang yang menghambakan diri, atau terbelenggu dalam pengaruh dunia lalu mereka menjadi hamba ambisi dan kehendaknya yang berlebih-lebihan. Orang-orang yang banyak mengikuti hawa nafsunya itu adalah abdul dinar (hambanya uang dinar) atau abdul dirham (hambanya uang dirham). 

Sifat -sifat tamak pun adalah salah satu penghambat bagi hamba yang ingin meninggalkan alam duniawi yang jauh dari rahmat Allah. Sebab sifat tamak akan menyulut api dengki dan iri, dan kehendak buruk lainnya seperti ingin menguasai milik orang dengan cara yang tidak benar.