Berdo'a Ketika Sulit?

"Tiadalah yang dapat menyegerakan suatu permohonan kecuali ketika dalam keadaan sulit. Dan tiada satupun yang dapat mempercepat datangnya karunia dari Allah SWT, kecuali dalam keadaan merendahkan diri dan dalam keadaan fakir". 

Sudah menjadi tradisi atau kebiasaan bahwa setiap kesulitan hidup yang telah dialami atau dihadapi oleh si hamba Allah SWT. dalam kehidupan di dunia ini, yakni antara kebahagiaan dan kesusahan atau kemudahan serta kesulitan. 

Bahwasanya setiap hamba yang sedang dalam keadaan kesulitan itu akan menyerahkan segala yang dialami itu kepada Allah SWT., (menurut perkataan dari Abu Muhammad bin Abdullah). 

Do'a si hamba akan diterima oleh Allah SWT. adalah di saat hamba mengalami kesulitan dan kekurangan, sebab di dalam Al-Qur'anul Karim Allah SWT. telah menjelaskan di dalam surat An-Naml ayat 62 yang artinya : 

"Bukankah Dia (Allah) yang mau menerima do'a para hamba yang sedang dalam kesulitan, ketika ia berdo'a kepada-Nya?". 

Mereka yang sudah terdesak di dalam kesulitan, yang sudah tidak ada lagi jalan keluar menurut kemampuan manusia, itulah maksud dari hamba-hamba yang dalam keadaan sulil dan susah, kecuali hanya Allah SWT. semata, maka tidak ada lagi suatu kekuatan yang dapat dimintai pertolongan. 

Dalam keadaan inilah maka seorang hamba mengangkat tangannya dengan penuh iba dan tetesan air mata, memohon dengan sepenuh hati, juga sepenuh harapan kepada Allah, maka do'a seorang hamba diterima oleh Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 

Sebagaimana orang yang terkurung dalam bara api di dalam rumah yang sedang terbakar, atau telah terkurung dalam kapal yang sedang tenggelam, atau seorang yang tersesat dalam hutan belantara, atau orang yang mau dibunuh oleh kawanan perampok, dan mungkin akan diperkosa kehormatannya. 

Di saat-saat seperti inilah sudah tidak ada lagi jalan lain dan tempat untuk memohon pertolongan kecuali hanya kepada Allah SWT. maka do'a hamba yang sholeh seperti saat situasi ini akan diterima oleh Allah SWT.. 

Allah SWT. telah menunjukkan suatu kekuasaan-Nya ketika kaum muslimin hampir saja mengalami kekalahan pada perang Badar, karena telah terdesak oleh musuh yang jumlah pasukannya tidak sebanding atau seimbang, waktu itu datanglah pertolongan Allah kepada kaum muslimin dan pasukan Islam, sehingga mengalami suatu kemenangan di pihak kaum muslimin, semua itu ada di dalam sejarah Nabi Muhammad saw. 

Hamba yang sedang dalam keadaan terjepit, dalam arti lain bahwa ia adalah seorang yang tekun di dalam beribadah, sabar di dalam menerima anugerah dari Allah SWT., banyak atau sedikit, menyenangkan atau tidak ia pun selalu sabar dan tabah dalam menghadapi masalah-masalah hidup, serta tetap di dalam berpengharapan baik kepada Allah SWT., maka orang seperti ini nantinya akan diperhatikan oleh Allah SWT. kepentingan hidupnya, dan Allah SWT. Maha Mendengar do'a dan pengharapan-pengharapannya. 

Orang-orang seperti ini adalah termasuk orang fakir yang tengah berada dalam tanggungan Allah, dan dari hasil zakat yang dikumpulkan dan wajib bagi para hartawan Islam mengeluarkan bagian-bagian orang fakir yang telah ditetapkan jumlahnya. 

Rizqi mereka berada di dalam genggaman Allah dan telah diatur pembagiannya menurut Allah, ia hanya menycicthkan kepada Allah/penyerahan diri kepada Allah SWT. sebab tiada daya upaya selain dari Allah Yang Maha Agung, sebab Dia yang hanya memberi kekuatan batin bagi si hamba dalam hidupnya. 

Kesabaran semacam inilah yang merupakan kekayaan dari si hamba, seperti halnya gambaran Rasulullah bahwa hamba yang tabah dan kokoh ini telah mendapatkan kekayaan dari kekayaan surga (kanzun Min Kunuzil Jannah).