Berdo'a Kepada Allah SWT adalah Intisari Ibadah

Pedang bagi orang yang beriman itu adalah do'a. Dalan hal ini sesuai sekali dengan firman Allah di dalam surat Al-Mu'min ayat 60 yang berbunyi : 

Artinya : "Berdo'alah kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan bagi mu". 

Juga di dalam memperkuat ada lagi firman Allah di dalan surat Al-A'raf ayat 55, yang artinya sebagai berikut : 

"Berdo'a lah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut". 

Dan Rasulullah saw. juga bersabda berkenaan dengan do'a yaitu sabdanya yang artinya : "Do'a itu adalah otak ibadah". 

Telah berkata ustadz Syekh : "Do'a itu adalah kunci kebutuhan. Penghibur orang-orang yang miskin, juga merupakan sebagai Perlindungan bagi orang-orang terjepit, serta pelega bagi orang-orang yang dikejar-kejar kebutuhan". 

Akan tetapi menurut pendapat Sayyid Asy Syekh Abdul Qadir Al-Jailani : "Tidaklah patut bagi seorang imam dan makmum yang keluar dari Masjid tanpa do'a. 

Berdasarkan kepada firman Allah SWT. di dalam surat Al- Insyirakh ayat 7 dan 8 yang artinya : 

"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap". 

Giatkanlah dirimu di dalam berdo'a dan harapkanlah apa yang ada di sisi Allah SWT. dan mintalah dari-Nya jika engkau telah selesai di dalam beribadah kepada Allah SWT.. 

Kepada orang-orang yang tidak mau berdo'a, maka Allah SWT. telah mencelah berdasarkan pada surat At-Taubah ayat 67: artinya : 

"Dan mereka menggenggamkan tangannya". 

Sedang maksud dari ayat tersebut di atas adalah mereka tidak mau menengadahkan tangannya (meminta) kepada Kami (Allah) untuk berdo'a. 

Rahmat yang pertama kalinya ... Imam, kemudian orang yang di sebelah kirinya, lalu rahmat itu dibagi-bagikan kepada seluruh jama'ahnya. Dan berserulah Malaikat: "Beruntunglah si fulan dan merugilah si fulan". 

Yang beruntung di sini adalah orang yang telah mengangkat kedua tangannya untuk berdo'a kepada Allah SWT. setiap selesai mengerjakan shalat fardlu atau shalat wajib. 

Sedangkan si fulan yang rugi di sini adalah siapa yang telah keluar dari malaikat dan berkata : Hai fulan engkau tidak memerlukan Allah, maka engkau tidak mempunyai kebutuhan di sisi Allah SWT.. 

Do'a itu menjadi intisari dalam beribadah itu karena dua perkara : Pertama : Karena mematuhi perintah Allah SWT. yang telah berfirman, "Berdo'alah kepadaKu". Maka ia itu adalah intisari ibadah. Kedua : Apabila melihat keberhasilan urusan-urusan dari Allah SWT., maka ia putuskan harapannya dari selain Dia dan berdo'a kepada-Nya guna untuk kebaikan akan keperluannya dan inilah yang menjadi pokoknya ibadah. 

Untuk mendapatkan pahala yang telah diminta dengan cara berdo'a itu rupanya tujuan dari ibadah. Untuk melepaskan diri dari daya serta kekuatan dan merupakan pengakuan bahwa segala sesuatu itu hanya untuk Allah SWT. dan merupakan pernyataan tunduk kepada Allah SWT., itulah maksud dari Do'a menjadi intisari ibadah, (menurut Al-Hakim). 

Bersabda Rasulullah saw. : "Sesungguhnya Allah telah menyukai terhadap orang-orang selalu tekun di dalam berdo'a. Yaitu dengan kata lain bahwa selalu berdo'a dengan hati yang tulus ikhlas serta dengan dibarengi niat yang tulus. 

"Tidak ada sesuatu yang lebih utama dan mulia di sisi Allah SWT. daripada berdo'a", (sabda dari Nabi Muhammad saw). 

Telah disebutkan di dalam kitab Ihya', Nabi Muhammad saw. bersabda : "Mintalah kepada Allah SWT. dari karunia-Nya, karena Allah SWT. suka dimintai dan ibadah yang paling utama ialah menunggu kebebasan". 

Dengan menunjukkan kebutuhan kepada Allah, jika tidak maka Allah SWT. akan melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya, itulah faedah do'a. 

Dengan melalui ucapan itu do'anya orang awam, dengan perbuatan itu do'anya orang zuhud sedangkan dengan keadaan itu adalah do'anya orang-orang yang ahli ma'rifat. 

Seseorang telah berkata : "Sebaik-baik do'a adalah yang diungkapkan dari kesedihan". Apabila kamu hendak memohon kepada Allah, maka lakukanlah dengan segera atau hari itu juga dan jangan ditunda-tunda lagi. Sebab barangkali hari itu juga do'amu akan dikabulkan oleh Allah SWT., (Fatwa dari sebagian Ulama'). 

Nasehat dari seorang shufi : "Lidah para Shufi pemula dilakukan dengan do'a, sedangkan lidah orang-orang yang ahli hakekat itu adalah diam dari do'a". 

Kata seorang Ulama' : "Do'a itu adalah tangga orang-orang yang berdosa". Do'a itu adalah koresponden. Selama koresponden tersebut berjalan secara terus-menerus, maka urusannya akan terlaksana dengan baik", kata yang lainnya. Sedangkan menurut fatwa dari seorang ahli hikmah : "Lidah orang-orang yang berdosa itu adalah air mata". 

Kata dari sebagian Ulama': "Dosa itu meninggalkan perbuatan dosa". Dan do'a itu merupakan tindak kerinduan kepada kekasih", menurut pesan dari yang lainnya, sedangkan menurut nasehat dari seorang Ulama' adalah : "Merestui dengan do'a itu lebih baik daripada memberikan suatu hadiah". 

"Allah SWT. tidak akan membuka lisan seorang mukmin demi untuk memohon maaf melainkan Allah ingin membuka pintu ampunan baginya". (Menurut pendapat dari Muhammad Al-Kattani). 

Nasehat dari seorang Ulama': "Do'a itu mengharuskan pulang, berdiri di depan pintu itu lebih sempurna daripada pergi meninggalkan suatu pertemuan". 

Sedangkan telah berkata yang lainnya : "Berdo'a itu menghadap kepada Yang Maha Benar dengan lidah malu", namun seseorang telah berkata : "Dengan hati yang sangat rela itulah merupakan salah satu dari syarat berdo'a ". Dan kepada seseorang telah dikatakan bahwa :"Bagaimana caranya kamu menunggu keterkabulan do'amu. Sedangkan dirimu telah menutup jalannya dengan suatu perbuatan dosa?". 

Yang termasuk tatakrama di dalam berdo'a itu adalah berkonsentrasi dengan cara menghadirkan hati dan juga jangan sampai lengah, Nabi Muhammad saw. telah bersabda yang bunyinya adalah : 

Artinya: "Sesungguhnya Allah SWT. tidak mengabulkan do'a seorang hamba yang lalai hatinya".