Ketentuan dan Cara Sholat Mayit

Akan hal disyari'atkannya shalat atas mayit, ditunjukkan oleh apa yang telah diriwayatkan oleh al-Bukhari (1188) dan Muslim (9S1), dari Abu Hurairah RA:

 اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَى النَّجَاشِيَّ فِى الْيَوْمِ الَّذِى مَاتَ فِيْهِ، فَخَرَجَ اِلَى الْمُصَلَّى، فَصَفَّ بِهِمْ، وَكَبَّرَ اَرْبَعًا 

Bahwa Rasulullah SAW memberitahukan tentang kematian an-Najasyi pada hari wafatnya. Beliau ke luar ke tempat shalat, lalu membariskan jamaah dan bertakbir empat kali. Shalat mayit tidak sah kecuali sesudah ia dimandikan. Adapun caranya adalah sebagai berikut: 

1. Takbiratul Ihram disertai niat menyalati mayit. Sedang cara niat ialah, mendetikkan dalam hati: shalat empat takbiran atas mayit ini, fardhu kifayah. 

2. Sesudah takbir, maka meletakkan tangan di atas dada, seperti shalat biasa, lalu membaca al-Fatihah. 

3. Selesai membaca al-Fatihah, takbir lagi yang kedua sambil meng¬angkat tangan setinggi cuping telinga, kemudian letakkan lagi kedua tangan itu di atas dada, lalu membaca shalawat Nabi SAW yang mana saja. Tapi, yang terbaik ialah shalawat Ibrahimiyah, yang per¬nah kita pelajari pada Bab Hukum-hukum Shalat. 

4. Selanjutnya, bertakbir yang ketiga, disusul dengan mendoakan si mayit. Dan inilah maksud utama dari Shalat Mayit. 

Al-Bukhari (1270) meriwayatkan dari Thalhah bin Abdullah bin 'Auf, dia berkata:

 صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَلَى جَنَازَةٍ، فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ، فَقَالَ: لِيَعْلَمُوااَنَّهَا سُنَّةٌ 

Pernah aku shalat di belakang Abdullah bin 'Abbas RA atas seorang mayit. Dia membaca Fatihatul Kitab, lalu katanya: "Supaya orang- orang tahu, bahwa shalat mayit adalah Sunnah Nabi. 

Sedang an-Nasa'i (4/75) dengan isnad shahih telah meriwayat¬kan dari Abu Umamahbin Sahal RA:

 اَنَّهُ اَخْبَرَهُ رَجُلٌ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَنَّ السُّنَّةََََََََ فِى الصَّلاَةِ عَلَى الْجَنَازَةِ اَنْ يُكَبِّرَ اْلاِمَامُ، ثُمَّ يَقْرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ بَعْدَ التَّكْبِيْرَةِ اْلاُوْلَى سِرًّا فِى نَفْسِهِ، ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُخْلِصَ الدُّعَاءَ لِلْجَنَازَةِ فِى التَّكْبِيْرَتِ، وَلاَ يَقْرَأَ فِى شَيْئٍ مِنْهُنَّ، ثُمَّ يُسَلِّمَ سِرًّا فِى نَفْسِهِ 

Bahwa Abu Vmamah di beri tahu oleh salah seorang' sahabat Nabi S A W: Bahwa Sunnah beliau dalam menyalati mayit ialah, imam ber¬takbir, kemudian membaca Fatihatul Kitab sesudah takbir pertama secara rahasia pada dirinya. Sesudah itu membaca shalawat. atas Nabi SA W lalu mendoakan mayit itu dengan ikhlas pada takbir- takbir (berikutnya), tanpa membaca (Surat) pada salah satu pun di antara takbir-takbir itu, kemudian mengucapkan salam secara raha¬sia pada dirinya, 

Dalam berdoa, paling tidak memohon:

 اَللهُمَّ ارْحَمْهُ 

Ya Allah, rahmatilah dia. Atau:

 اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ 

Ya A llah, ampunilah dia. 

Sedang yang paling sempurna .ialah dengan menggunakan doa yang ma'tsur dari Nabi SAW. Jadi, pertama-tama berdoa dengan doa ini:

 اَللهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا، وَشَهِدِنَا وَغَائِبِنَا، وَصَغِيرِنَا وَكَبِيْرِنَا، وَذَكَرِنَا وَاُنْثَانَ، اَللهُمَّ مَنْ اَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَاَحْيِهِ عَلَى اْلاِسْلاَمِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلاِمَانِ ( رواه التّرمذى 1024 وابو داود 3201

Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dan yang mati di antara kami, orang yang ada dan ydng tidak ada di sini di antara kami, orang kecil dan orang besar di antara kami, yang laki-laki maupun yang perem¬puan di antara kami. Ya Allah, barangsiapa di antara kami masih Engkau hidupkan, maka hidupkanlah dia dalam keadaan Islam. Dan barangsiapa di antara kami yang Engkau matikan, maka matikanlah dia dalam keadaan beriman. (HR. at-Tirmidzi: 1024, dan Abu Daud: 3201) Selanjutnya mengucapkan:

 اَللهُمَّ هَذَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدَيْكَ 

Ya Allah, ini adalah hamba-Mu laki-laki, anak kedua hamba-Mu ... 

Tapi, kalau mayitnya perempuan, maka dirubah:

 اَللهُمَّ هَذِهِ اَمَتُكَ وَابْنَةُ اَمَتِكَ، خَرَجَ مِنْ رَوْحِ الدُّنْيَا وَسَعَتِهَا، وَمَحْبُوبِهِ وَاَحِبَّائِهِ فِيْهَا، اِلَى ظُلْمَةِ الْقَبْرِ وَمَاهُوَ لاَقِيْهِ، كَانَ يَشْهَدُ اَنَ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ وَحْدَكَ وَاَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ، وَاَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنَّا، اَللهُمَّ اِنَّهُ نََزَلَ بِكَ وَاَنْتَ خَيْرُ مَنْزُولٍ بِهِ، وَاَصْبَحَ فَقِيْرًا اِلَى رَحْمَتِكَ، وَاَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ، وَقَدْ جِئْنَاكَ رَاغِبِيْنَ اِلَيْكَ شُفَعَاءَلَهُ، اَللهُمَّ اِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِى اِحْسَانِهِ، وَاِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ، وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ رِضَاكَ، وَقِهِ فِـْنَةَ الْقَبْرِ وَ عَذَابَهُ وَافْسَحْ لَهُ فِى قَبْرِهِ، وَجَاافِ اْلاَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ، وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَاْلاَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ، حَتَّى تَتْبَعََُثَهُ اِلَى جَنَّتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ 

Ya Allah, ini adalah hamba-Mu perempuan, anak hamba-Mu. Ia telah keluar dari dunia yang menyenangkan dan luas dengan segala kegemaran dan kekasih-kekasihnya di sana, menuju kubur yang gelap dengan segala yang akan ia temui. Dulu ia bersaksi bahwasanya tiada Tuhan melainkan Engkau semata, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Mu dan Rasul-Mu, sedang Engkau lebih mengenal dia daripada kami. 

Ya Allah, sesungguhnya dia singgah kepada-Mu, sedang Engkau ada¬lah sebaik-baik yang disinggahi. Dan ia kini memerlukan rahmat-Mu, sedang Engkau tidak memerlukan mengazab dia. Dan kami benar- benar datang kepada-Mu dengan penuh harapan kepada-Mu, sebagai para pemberi syafaat untuknya. 

Ya Allah, kalau dia orang baik, maka tambahlah (pahala) pada ke¬baikannya. Dan kalau dia orang buruk, maka ampunilah dia, dan atas rahmat-Mu pertemukan dia dengan keredhaan-Mu, pelihara dia dari bencana dan azab kubur, beri kelapangan baginya dalam kubur¬nya, renggangkan bumi dari kedua sisinya, dan atas rahmat-Mu berilah dia keamanan dari siksa-Mu, sehingga Engkau bangkitkan dia menuju surga-Mu, ya Tuhan Yang Maha Pengasih di antara mereka yang mengasihi. 

Dan, kalau mayitnya anak kecil, maka doa yang kedua ini pun diganti dengan:

 اَللهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًا ِلاَبَوَيْهِ وَسَلَفًا وَذُخْرًا وَعِظَةً وَاعْتِبَارًا وَشَفِيْعًا وَثَقِّلْ بِهِ مَوَازِيْنَهُمَا، وَاَفْرِغِ الصَّبْرَ عَلَى قُلُوْبِهِمَا وَلاَ تَفْتِنْهُمَا بَعْدَهُ وَلاَ تَحْرِمْهُمَا اَجْرَهُ 

Ya Allah, jadikanlah anak kecil ini pendahulu, amal saleh, simpanan, nasihat, pelajaran dan pemberi syafaat bagi kedua ibu-bapaknya. Beratkanlah ^dengannya timbangan kebaikan keduanya, lim¬pah kanlgh kesabaran pada hati keduanya, dan janganlah Engkau beri bencana kepada keduanya sepeninggalnya, dan jangan Engkau halangi terhadap keduanyapahala (menyalati) anak ini. 

Doa-doa tersebut di atak dipetikoleh asy-Syafi'i, Rahimahullahu Ta'ala, dari kumpulan berbagai khabar. Dan boleh jadi dia sebutkan doa-doa itu menurut ma'nanya, lalu oleh sahabat-sahabatnya (para penganutnya) dipandang baik. Namun, hadits yang paling sah dalam bab ini ialah yang diriwayatkan oleh Muslim (964), dari 'Auf bin Malik RA, dia berkata: "Pernah Rasulullah SAW menyalati seorang mayit, maka saya dengan beliau mengucapkan:

 اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ لْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ ادَّنَسِ، وَاَبْدِلْ لَهُ دَارًا خَيْرً مِنْ دَارِهِ، وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَََ وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَ النَّارِ 

Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, sentosakanlah dia, dan maaf¬kan dia. Berilah dia tempat yang mulia dan lapangkan pintunya. Mandikan dia dengan air, es dan embun, dan bersihkan dia dari ke¬salahan-kesalahan sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Gantilah untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya dan jodoh yang lebihbaik dari jodohnya (yang dulu). Masukkanlah dia ke dalam surga dan peliharalah dia dari bencana kubur dan azab neraka. 

'Auf berkata: "Maka, aku mengangankan sekiranya akulah yang menjadi mayit itu, dikarenakan doa Rasul SAW bagi mayit ini." 

'Aflhi: sentosakanlah dia. Maksudnya, lepaskan dia dari apa yang tidak dia sukai. 

5. Selanjutnya, bertakbir yang keempat, disusul dengan doa:

 ااَللهُمَّ لاَتَحْرِمْنَا اَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْلَنَا وَلَهُ (رواه ابو داود 3201 عَنِالنَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 

Ya Allah, janganlah Engkau menghalangi kami memperoleh pahala [menyalati) dia, janganlah Engkau beri kami bencana sepeninggal dia dan ampunilah kami dan dia. (Demikianlah diriwayatkan oleh Abu Daud: 3201, dari Nabi SAW). 

6. Kemudian mengucapkan salam dua kali ke kanan dan ke kiri, masing-masing sama seperti salam pada shalat-shalat yang lain. 

Al-Baihaqi (4/43) telah meriwayatkan dengan isnad jayyid, dari Abdullah bin Mas'ud RA. dia berkata:

 كَانَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ التَّسْلِيْمَ عَلَى الْجَنَازَةِ مِثْلَ التَّسْلِيْمِ ففِى لصَّلاَةِ 

Nabi 'SAW mengucapkan salam (ketika menyalati) mayit seperti mengucapkan salam dalam shaiat (biasa). Dari keterangan di atas Anda lihat, bahwa menyalati mayit itu hanya berdiri saja, tanpa ruku’, sujud maupun duduk.