Mempelajari Tafsir Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci Islam dan pedoman yang menyingkap hakikat dan ajaran-ajaran agama serta mengatur cara-cara hidup seseorang secara pribadi, secara berkeluarga, serta secara berkelompok dan secara bernegara. Dialah yang mengangkat derajat umat Islam di masa jayanya dan akan tetap menjadi sumber kekuatannya selama umat konsekuen mematuhi segala tuntunannya. Dialah yang dapat memberi roh baru dan darah baru bagi umat Islam kapan saja dan di mana saja asalkan tetap menggunakannya sebagai iman dan pedoman. 

Tidak ada suatu ilmu atau kitab yang dapat menduduki kedudukan Al-Qur’an di bidang pencerdasan akal, pembersihan hati, pensucian jiwa, menghidupkan naluri, mengenalkan manusia kepada Tuhan penciptanya dan mengantar umat pengikutnya ke tempat terdepan dan tingkat pimpinan. Karenanya mempelajari Al-Qur’an, hendaklah ia berusaha pula mempelajari bahasanya, yaitu bahasa Arab, supaya ia di samping memahami dan menangkap makna dan maksud dari ayat-ayatnya, ia dapat pula merasakan keindahan bahasanya, yang merupakan mu’jizat bagi Nabi Muhammad sebagai Rasul yang tidak dapat membaca dan menulis. 

Bagaimanapun, pengadaan tafsir bagi Al-Qur’an adalah menjadi suatu keharusan dan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Tafsir yang dapat menolong orang memahami Al-Qur’an dengan cara yang mudah namun luas. 

Tafsir Al-Qur’an hendaknya memnuhi petunjuk-petunjuk ini: 
  1. Janganlah tebalnya kitab tafsir melebihi dua kali tebalnya Al-Qur’an sendiri. 
  2. Hendaklah tiap surat didahului dengan sebuah mukaddimah yang menerangkan isi pokok surat itu. 
  3. Hendaklah tiap ayat dibubuhi nomor sesuai dengan aslinya. 
  4. Janganlah menyinggung sebab-sebab turunnya ayat kecuali jika pengertian sesuatu ayat tergantung dengan keterangan sebab turunnya. 
  5. Hendaklah menerangkan arti ayat-ayat tanpa menyinggung tata bahasanya secara mendalam. 
  6. Hendaklah hukum-hukum fiqih yang terang nashnya dalam ayat yang dicantumkan. Selebihnya diterangkan sekedar yang perlu saja. 
  7. Hendaklah dipilih tafsir yang menolak pertentangan di antara ayat-ayat. 
  8. Ayat-ayat yang berulang hendaklah ditafsirkan sebagaimana adanya dengan menyebut hikmah pengulangan itu kalau perlu. 
  9. Kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an hendaklah ditafsirkan menurut apa adanya dengan menyebut ibrah dan pelajaran yang dapat dipetik dari kisah itu.
  10. Ayat-ayat yang mengandung soal ilmiah, hendaklah ditafsirkan sesuai dengan pengertian yang terkandung dalam kata-kata ayat itu.