Psikologi taubat

Taubat adalah proses kejiwaan yang mempunyai banyak manfaat dan dapat membantu seseorang yang pernah melakukan kejahatan atau kesalahan untuk bisa membangun dirinya kembali. Manfaat-manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. Memberikan harapan baru bagi jiwa yang telah mengalami kehancuran akibat perbuatan dosa untuk dapat dibersihkannya kembali. Harapan ini akan membuat jiwanya merasa tenang dan memandang kehidupan dengan gairah baru yang dipenuhi dengan optimisme, serta tidak pernah gentar menghadapi tantangan. 
  2. Dengan melakukan taubat, seseorang akan menghargai dirinya. Perasaan hormat ini akan tumbuh dari dirinya sendiri. Atau dengan kata lain, taubat akan membuat seseorang lebih mempercayai dirinya sendiri. Dan kenyataan seperti ini merupakan modal pertama bagi pembentukan suatu kepribadian yang lebih utama. 
  3. Taubat akan menjadikan jiwa pelaku dosa menjadi stabil dan tenteram. Sebelum itu, jiwanya penuh dengan pertarungan sengit akibat perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Seseorang yang telah stabil jiwanya takkan tergoyahkan di dalam menghadapi segala bentuk tantangan. Bahkan semuanya itu akan dihadapinya dengan penuh keberanian secara realistis. Seseorang yang berpikir secara realistis selalu siap menghadapi tantangan dan kenyataan apapun, baik yang menyangkut dirinya, pekerjaannya, kemampuannya, lingkungannya dan bidang kejuruannya. Walaupun kenyatan itu dirasakan sangat pahit. Ia menganggap bahwa seluruh kesulitan yang dihadapinya sebagai suatu tantangan agar memacu lebih aktif di dalam perjuangannya. 
  4. Taubat juga dapat membebaskan seseorang dari tekanan perasaan berdosa dan rasa takut. Sebab, seseorang yang telah melakukan dosa, maka akan merasa dirinya celaka dan terganggu oleh ketegangan-ketegangan jiwa yang menghambat keberhasilan pergerakannya. Hal ini terjadi lantaran rasa takut yang luar biasa terhadap malapetaka yang bakal menimpanya akibat perbuatan dosa.(Hadits riwayat Imam Ahmad, Turmudzi dan ibnu Majjah) 
Yang jelas, taubat dapat mendorong seseorang untuk kembali memperbaiki dirinya.

Setiap manusia, pada dasarnya tidak akan terlepas dari perbuatan dosa. Tetapi, terkadang seseorang merasa bahwa semuanya sudah “terlambat”. Sikap ini kemudian melahirkan sikap lain, yaitu sikap “semuanya sudah terlanjur” dan tidak akan pernah mendapat ampunan.

Dengan demikian, sikap seperti ini mengakibatkan dirinya justru dicampakkan ke dalam perbuatan maksiat. Dan sikap seperti ini berakibat fatal bagi individu yang bersangkutan. Dengan disyari’atkannya prinsip taubat, maka dapat dimengerti bahwa syari’at tersebut merupakan rahmat Allah yang tak terhingga. Al-Qur’an juga telah mengukuhkan masalah taubat ini pada beberapa ayat. Intinya, pintu taubat selalu terbuka bagi siapa saja yang bermaksud membersihkan dirinya dari noda dan dosa, atau siapa saja yang menginginkan kembali kepada jalan kebenaran serta kembali menghargai noma-norma rohaninya.

Posting Komentar untuk "Psikologi taubat"